Thursday, June 3, 2010

(DS - Dina_nakal) Menjadi asisten dukun hi-tech


VINA LARASATI
Scene I : Perkenalan Karakter

"Vi, mau gak jadi pacar gue?", tanya Wawan.
"emm,, sori nih Wan, tapi gue lagi gak mood punya cowok", jawabku.
"emang kenapa?".
"ya lagi males aja".
"please,,,".
"kan masih banyak cewek di kampus ini".
"ya, tapi yang paling cantik disini kan lo".
"ah, udah ah, gue lagi buru-buru nih".
"Vina,,tunggu". Aku tak mengindahkan panggilan Wawan dan pergi meninggalkannya. Wawan memang sangat tergila-gila padaku seperti laki-laki lainnya di kampusku, bahkan aku sempat melihat isi tasnya dan menemukan buku yang aneh, setelah kubuka ternyata isinya adalah biodataku.

Isi buku itu :
Nama : Vina Larasati
TTL : Bandung, 2 Desember 1987
Berat : 49 kg
Tinggi : 168 cm
Zodiak : Sagitarius
Hobi : baca, makan bakso, godain cowok
Warna favorit : Ungu, putih
Makanan favorit : bakso, pangsit, roti
Minuman favorit : jus alpuket, tequila
Artis idola : Beyonce, Christina Aguilera, Kangen Band ( )
Tempat favorit : Blitz Megaplex, Komik kafe
Ukuran bh : 34B
Nama Ayah : Kusuma Chokro Aminanto
Nama Ibu : Mona Deliawati
Dan masih banyak lagi, tak kusangka bahkan dia lebih tau tentang aku daripada diriku sendiri.

Itulah sebabnya aku tidak mau menerimanya menjadi pacarku, yah aku memang tidak mempermasalahkan wajahnya yang jelek, culun dan jerawatan itu. Tapi, seperti yang kubilang tadi, aku tidak nyaman dengannya karena dia aneh dan suka membanggakan dirinya, memang sih dia pintar dan sering ikut lomba karya ilmiah tingkat dunia, tapi aku benci kepada lelaki yang sombong. Setelah aku meninggalkannya, aku masuk ke dalam mobilku untuk pergi ke mall yang sudah menjadi tempat aku dan teman-temanku hang out. Sesampai di mall, aku langsung parkir mobilku dengan mudah karena memang sedang sepi, lalu aku keluar dari mobil dan menuju lift. Aku keluar dari lift dan menuju food court dimana teman-temanku sudah menunggu.
"hi girlz, sorry ya gue telat".
"emang lo kenapa?".
"biasalah, tadi ada cowok nembak gue".
"siapa lagi, banyak banget sih yang nembak lo?".
"itu si Wawan, anak teknik".
"oh, si Wawan yang culun itu?".
"iya".
"berani-beranian, dia nembak lo, emang dia gak ngaca apa?".
"ah, gue sih gak masalahin culunnya apa wajahnya".
"oh, jadi lo terima dia?".
"enak aja, ya nggak lah".
"terus?".
"emang sih gak masalah buat gue mukanya, tapi tau gak sih lo, masa' dia punya biodata gue gitu".
"maksud lo?".
"ya, mulai dari nama gue, nama bonyok gue, bahkan ampe nomer bh 'n jadwal menstruasi gue dia udah tau".
"hah, kok bisa dia tau?", tanya Riska
"mana gue tau, itu yang gue bikin illfeel ama dia".

Kami pun terus ngerumpi dari masalah Wawan hingga hal lainnya sampai waktu sudah menujukkan pukul 8 malam.
"girlz, balik yuk capek nih gue".
"tapi, kita nebeng ya", balas Dewi
"ok, yuk".
"anterin ampe rumah ya,pleeasssee", pinta si Rani.
"ok,,ok,,sip dah", jawabku. Lalu aku antar mereka satu persatu ke rumah mereka masing-masing, setelah itu aku pulang ke rumahku. Aku langsung parkir mobilku di garasi dengan hati-hati karena memang aku sering membuat lecet mobilku yang mengakibatkan aku mendapat omelan dari ortuku. Setelah beberapa menit ketegangan sewaktu memarkir mobil, aku pun berhasil memarkirkan mobilku dengan selamat.

Aku pun langsung ke luar garasi dan menutupnya, kemudian aku langsung masuk ke dalam rumah.
"mbok, bikinin orange jus donk".
"non baru pulang ya?", tanya Mbok Tari, pembantuku.
"iya mbok, tadi abis jalan-jalan, tolong ya mbok bikinin orange juice".
"sip non, beres, non mau makan sekalian?".
"gak usah ah, aku mau tidur aja, capek".
"ok, non, ntar Mbok bawain minumannya ke kamar".
"makasih ya Mbok". Setelah beberapa menit aku menunggu di kamar sambil rebahan di ranjang dan menyetel radio, Mbok Tari membuka pintu kamarku sambil membawa minumanku.
"ni non minumannya".
"makasih banyak mbok, oh ya mbok, ntar kalau mama ama papa udah pulang, aku gak usah dibangunin ya, capek berat nih".
"ok non". Lalu Mbok Tari keluar dari kamarku, aku segera meminum habis orange juice karena memang aku kehausan. Tanpa sadar, hanya dalam waktu 5 menit mataku sudah memaksaku untuk menutup, kuturuti kemauan mataku dan aku pun berpetualang di negeri mimpi.

Tiba-tiba aku berada di dalam sebuah kamar dimana banyak foto-fotoku tertempel di dinding baik yang sedang foto dengan teman-temanku baik yang sedang sendirian. Tiba-tiba ada seseorang masuk, setelah kuteliti ternyata orang itu adalah Wawan tapi telanjang bulat dengan penis yang cukup besar menggantung di tengah-tengah daerah selangkangannya. Aku mau bicara, tapi suaraku sama sekali tidak keluar. Wawan mendekatiku dan mulai mengelus-elus bahuku dan pipiku, tangan Wawan mulai merayap lebih ke bawah lagi sehingga kini kedua tangannya memegang kedua buah payudaraku dengan mantap. Wawan lebih mendekatkan dirinya lagi kepada diriku sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku, dan dia langsung mendekatkan bibirnya ke bibirku yang tipis dan mungil. Dia lumat bibirku dengan penuh bernafsu seolah dia tak mau melepaskan bibirku, lalu dia mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulutku dan menggerak-gerakkan lidahnya di dalam rongga mulutku, sementara itu tangannya mulai meremas-remas kedua buah payudaraku dengan gerakan memutar membuatku mendesah keenakan. Tanpa sadar aku memainkan lidahku juga dan membelit lidahnya sehingga kami seperti bermain di dalam rongga mulutku dengan lidah kami.

Aku menutup mataku karena entah kenapa aku menikmati dicumbu oleh Wawan. Akhirnya, setelah puas melumat bibirku, Wawan pun melepaskan cumbuannya terhadap bibirku dan mulai menurunkan ciumannya ke leher jenjangku membuatku kegelian. Hei, aku baru sadar, kata orang-orang kalau sedang mimpi tidak terasa apa-apa dan tidak ingat semuanya, tapi kok aku merasa geli dan aku ingat kalau aktifitas terakhirku sebelum tidur yaitu rebahan di kasur. Tapi, begitu aku menyadarinya, Wawan sudah mulai menjilati payudaraku yang masih terbungkus baju berwarna putih sehingga baju yang kupakai waktu itu basah karena jilatannya. Lalu dia mulai membuka kaosku dari bawah dengan kedua tangannya sehingga lama kelamaan baju yang menutup bagian atas tubuhku terbuka dan perut serta bh yang menutupi payudaraku bisa terlihat olehnya. Aku pun meluruskan tanganku ke atas sehingga dia bisa membuka bajuku, setelah membuka bajuku, dia membuka kaitan bhku dengan kedua tangannya sementara dia jilati belahan payudaraku membuat birahiku semakin di puncak saja. Setelah beberapa detik berusaha, kait bhku pun terlepas dan bhku langsung dilepaskan olehnya lewat kepalaku lagi.

Wawan menyuruhku agar tanganku tetap lurus ke atas sehingga dia bisa menjilati payudaraku dengan leluasa. Wawan menjilati kedua buah payudaraku yang montok dan kencang mulai dari pangkalnya alias dekat ketiakku. Aku merasa geli yang teramat sangat karena dia kadang-kadang menjilati ketiakku sehingga aku ingin menurunkan kedua tanganku tapi tidak bisa karena ditahan olehnya dengan kedua tangannya. Setelah itu, dia alihkan jilatannya ke belahan payudaraku dari atas hingga turun ke bawah, kemudian setelah belahan payudaraku basah oleh air liurnya, dia jilati seluruh permukaan payudaraku yang putih mulus dengan lidahnya hingga semuanya tertutupi air liurnya. Kini dari semua sudut payudaraku, sekarang tinggal putingku saja yang belum tersentuh lidahnya. Tanpa buang-buang waktu, dia gerakkan lidahnya menuju putingku, lalu dia mulai menjilati, menyedot, dan mengigiti putingku yang masih agak berwarna pink itu sementara putingku yang satunya dipelintir dan ditarik-ditarik oleh kedua jarinya membuatku semakin merasa nikmat saja.

Rupanya dia sudah tidak tahan lagi, dia berjongkok sehingga kini vaginaku tepat berada di depan wajahnya, Wawan merangkul pantatku dengan kedua tangannya sehingga vaginaku semakin mendekat ke arah wajahnya. Wawan menjilati vaginaku mulai dari daerah selangkanganku sampai ke bibir vaginaku yang masih tertutup rapat.
"aahhh,,,mmmhhh,,,", desahku menerima serangan lidah Wawan di sekitar vaginaku.
"aaahhhh,,,akkuu keellluuaarrr", erangku ketika mencapai orgasme karena sudah tidak tahan. Aku sudah tidak bisa membedakan lagi ini mimpi atau bukan karena rasa nikmat yang kurasakan begitu nyata. Kemudian, Wawan menyeruput habis cairan yang mengalir keluar dari vaginaku tanpa menyisakannya.

Begitu menghabiskan cairanku, Wawan menyuruhku tiduran di ranjang, aku menurutinya tanpa pikir panjang. Dia mendekati tubuhku yang sudah terbaring pasrah di atas ranjang, Wawan membuka kedua kakiku lebar-lebar sehingga vaginaku yang sangat bersih dan harum terlihat olehnya. Wawan seperti serigala yang kelaparan melihat bentuk vaginaku yang sangat bagus dan dalamnya masih merah merekah. Wawan letakkan kedua kakiku di bahunya dan dia langsung menaruh penisnya di depan bibir vaginaku yang masih tertutup rapat. Dia elus-eluskan penisnya di belahan bibir vaginaku membuatku menjadi semakin menginginkannya dan tanpa sadar aku berkata.
"ayoo,,cepeet Wan,,gue udaahh gaakkk taahaann". Dia tersenyum melihatku yang sudah berhasil ia kuasai. Wawan membuka bibir vaginaku dengan kedua jarinya dan dia langsung bersiap-siap dengan menaruh penisnya di depan lubang vaginaku dan..
"bleess,,,mmhhhh", desahku ketika penis Wawan yang tidak begitu besar menembus masuk ke lubang vaginaku. Tanpa berlama-lama Wawan langsung mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku.
"aahhh,,,teeruusss,,", desahku karena memang terasa nikmat.

Desahan-desahan lembut keluar dari mulutku yang tak henti-hentinya menerima hujaman demi penis Wawan menerjang vaginaku. Selama terus menggenjotku, tangannya meremas-remas kdua payudaraku dan memilin-milin putingku, juga dia terus mencumbuku seolah aku kekasihnya yang sudah berpuluh-puluh tahun tak bertemu. Dia putar-putarkan pinggulnya sehingga penisnya terasa berputar di dalam vaginaku. 15 menit kemudian, aku tak tahan dan akhirnya aku orgasme untuk yang kedua kalinya, tapi cairanku tertahan oleh penis Wawan yang sedang tertanam di vaginaku sehingga berbunyi kecipak air setiap kali penisnya bergerak keluar masuk vaginaku. 5 menit kemudian, aku merasakan penis Wawan berdenyut-denyut dan akhirnya, Wawan pun oergasme dan menyemburkan spermanya di dalam vaginaku. Spermanya benar-benar terasa hangat di dalam vaginaku. Setelah itu, tiba-tiba aku tersadar dan membuka mataku, jantungku berdegup kencang seperti sehabis mimpi buruk, tapi itu memang mimpi buruk kurasa. Selain merasa deg-degan, aku juga merasakan vaginaku basah, maka dari itu aku langsung membuka selimut dan melihat ke arah selangkanganku yang terbalut celana tidurku yang terbuat dari katun. Jelas sekali, di celanaku basah hanya di bagian selangkanganku saja, karena penasaran, aku membuka celana tidurku, dan karena kalau tidur aku tidak memakai celana dalam, aku pun bisa langsung melihat vaginaku belepotan dengan noda putih.

Aku mencolek sedikit cairan putih itu, cairan itu sangat lengket dan ketika aku memutuskan untuk sedikit menjilatnya agar lebih yakin, aku jadi benar-benar yakin kalau itu adalah sperma yang sudah bercampur cairanku sendiri.
"hah?! kok bisa ada peju disini? apa gara-gara mimpi tadi?", tanyaku keheranan juga ketakutan. Untungnya sudah jam 8 pagi sehingga aku bisa bangun dan bertanya ke teman-temanku. Siangnya, aku bercerita kepada teman-temanku, dan mereka mengatakan kalau aku harus ke dukun.
"apaan lo bilang Wi, dukun? gak ah, gue kan paling anti ama yang begituan".
"coba dulu dah, nih gue kasih alamatnya".
"yaudah, tapi gue gak bakal ke sana, daripada gue ke dukun mendingan gue dugem".
"ada benernya juga Lo", sambung Riska.
"yaudah, ntar malem kita dugem yuk".
"ok, gurlz nanti malem kita dugem ya".

No comments:

Post a Comment