Thursday, June 3, 2010

Pacarku, guru sex-ku....

Kenalkan namaku Sandra, 23 tahun, saat ini aku kuliah di sebuah PTS di Semarang, hobiku banyak, antara lain main internet, renang, membaca, dan having sex. Aku mengenal sex sejak umurku masih 14 tahun, pada saat aku kelas III SMP. Saat itulah aku kehilangan keperawananku. Sebelumnya aku adalah seorang gadis kecil yang lugu, sex adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi dilakukan. Keluargaku, aku dan papa mamaku sangat taat beragama, setiap Minggu kami selalu ke Gereja dan aktif dalam semua kegiatan gereja.

Inilah kisah hidupku, akan kuceritakan kepada para pembaca sekalian, Saat itu aku masih duduk di bangku SMP kelas III, aku sedang mengalami masa puberku, masa-masa dimana sifatku telah berubah, dari yang kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa, toketku sudah tumbuh dengan sempurna dan berukuran cukup besar dibandingkan dengan teman-teman seusiaku, bahkan sedikit kebesaran dibandingkan dengan tubuhku yang mungil, rambut kemaluanku pun sudah tumbuh, walaupun tidak begitu lebat, dan aku mulai mengenal lawan jenis. Waktu itu dengan wajah yang tidak mengecewakan, dan tubuh yang boleh dibilang cukup seksi, aku menjadi primadona di sekolahku, banyak sekali teman-teman pria yang mengejarku, dan seringkali mereka menggodaku, tapi diantara sekian banyak cowok-cowok yang mendekatiku, tidak ada satupun yang aku tanggapi, malah aku lebih tertarik dengan teman sekelasku yang bernama Rian, sekedar untuk diketahui, Rian adalah cowok yang biasa-biasa saja, tubuhnya agak sedikit gemuk, wajahnya juga tidak seganteng Brad Pitt, juga tidak sejelek Mandra, dan sedikit pendiam. Anehnya, aku merasa ada sesuatu pada dirinya, sesuatu yang menarik, yang membuatku penasaran, aku juga tidak tahu apakah aku menyukai Rian, atau sekedar rasa penasaran, atau apa? Aku tak tahu. Pada awalnya aku agak ragu untuk mendekatinya, seribu perasaan berkecamuk di hatiku, bagaimana kalau dia tidak menyukaiku? Bagaimana kalau dia menolakku? Dan beribu what if terus mendera pikiranku. Tetapi, sambutannya benar-benar diluar dugaan, dia bahkan mengatakan bahwa telah lama dia memperhatikanku, tapi dia terlalu pasif, dan perasaan itu dipendamnya. Dengan demikian, kami menjalani hari-hari yang menyenangkan bersama-sama, menikmati indahnya cinta pertama alias cinta monyet kami.

Pada suatu hari saat aku dan Rian sedang berduaan di kantin sekolah, Ina dan Johan pacarnya memanggilku,
"San, nanti siang sesudah jam sekolah, kita bikin tugas yuk".
Ina, Johan, aku dan Rian memang satu kelompok dalam mengerjakan tugas Biologi.
"OK", sahutku.
Siang itu kami berempat mengerjakan tugas di sekolah, dan tak terasa sudah hampir pukul tiga sore, seluruh ruangan kelas- kelas sudah sepi, kantin sudah tutup, bahkan guru-guru pun sudah pulang, hanya ada satpam di pintu gerbang sekolah.
"Yuk pulang, udah mau jam tiga nih, nanti aku dimarahin Mama" Si Ina dengan gaya centilnya berkoar-koar.
"Han, anterin yah.... Sekalian kamu ngomong sama Mama ya.... Please.." Ina memelas.
"Iya deh...., sun dulu doooong..."
"Ihhh, nggak tau malu.... Menggunakan kesempatan dalam kesempitan..." cibir Ina.
"San, Ian, aku pulang dulu ya..., daahh" lanjut Ina lagi.
"Kita pulang juga yuk Ian," kataku setelah Ina dan Johan pulang.
"Sebentar.... San, boleh aku ngomong?"
"Hmmm?" aku masih sibuk membereskan tasku.
"San, boleh ngga aku nge-sun kamu?" Oooopppss..... wajahku langsung merah, aku cuma mengangguk kecil.
Lalu Rian menciumku di kening, lalu turun di kedua pipiku, aku merasa wajahku sangat panas, pasti sudah benar-benar merah padam. Tiba-tiba, tanpa aku sadari, Rian memagut bibirku, spontan kudorong tubuhnya.

"Rian!! Apa-apaan sih?" Rian mendekat, dan kembali mencium bibirku dengan ganas, dia mengulum bibirku, kemudian lidahnya masuk dan menari-nari di dalam mulutku, aku mencoba untuk meronta, tapi cengkeraman tangannya yang kuat membuatku tak berkutik. Sementara itu, Rian terus mencium bibirku, dan badannya mendekap tubuhku erat-erat. Mataku terpejam, dan aku pun termakan oleh cumbuannya, bagaimanapun aku berusaha, aku adalah seorang gadis yang normal, akhirnya nafsuku timbul juga. Aku tak menolak lagi ketika Rian mengendurkan pegangannya, kemudian dengan tangannya yang kuat, dibalikkannya tubuhku, dan dia mulai menciumi tengkukku, nafasnya yang terengah-engah dapat kudengar d engan jelas, aku kegelian saat dia menjilati tengkukku, dia menciumi telingaku, aku benar-benar terangsang, dan perlahan-lahan tangannya mulai bergerilya, dekapannya dikendurkan, lalu toketku dielus elus dari luar baju seragamku. Saat itu aku hanya diam saja, entah setan mana yang merasuki diri kami, yang jelas aku sangat menikmati cumbuan dan serangan-serangan Rian. Rian semakin berani, kancing seragamku dibukanya satu-persatu, lalu tangannya menyusup di balik bajuku, dan meremas- remas toketku yang masih dibalut BH. Sepertinya dia masih belum puas juga, kaitan BH-ku dibuka, lalu dengan sigap tangannya kembali meremas- remas toketku,
"ouuhhhhh......" erangku saat Rian meremas-remas toketku ini. Nafas Rian pun semakin tak beraturan, dia sangat bernafsu meremas-remas toket di dadaku dan akupun mulai mendesah keenakan, kedua putingku mengeras, dan Rian masih saja meremasnya sambil terus menciumi tengkuk dan telingaku, kemudian dia membalikkan tub uhku lagi, dan aku didudukkan di atas meja, lalu dia mulai menciumi toketku yang menyembul dari balik seragamku dengan indahnya. "San, punyamu bener-bener bagus, gede, kenceng lagi" pujinya.
Aku hanya tersenyum, dan Rian kembali beraksi, dikecupnya putingku, lalu dijilatinya, dikulum dan dimainkan oleh lidahnya, aku terus menerus mengerang dan aku merasakan kemaluanku sudah basah sekali,
"oooggghhh...., terus Ian..... jilatin, uhhhh..... enak bangeettt..." Rian semakin menjadi-jadi, rok seragamku disingkapnya ke atas, lalu CD-ku ditarik hingga lepas, saat itu aku sama sekali tidak menolak, hanya kenikmatan yang aku rasakan saat dia mencumbuku habis-habisan.
Perlahan-lahan jilatan Rian menyusuri seluruh tubuhku, dari toket, lalu turun di perut dan di pahaku, sambil tangannya merabai seluruh tubuhku. Aku benar-benar blingsatan dibuatnya, sentuhan tangannya begitu hangat dan mesra, membuatku merasakan sensasi baru yang tak pernah kualami sebelumnya. Jilatan Rian menyusuri seluruh tubuhku dan saat lidahnya menyentuh bagian terlarangku, aku mengerang karena kenikmatan yang kurasakan.
"Mmmmmhhhh", tetapi Rian menjilati memekku hanya sebentar saja, lalu dia kembali menjilati pahaku, dan sebentar kemudian dia kembali menuju memekku lagi, begitu seterusnya, membuatku merasa tersiksa, karena aku menunggu rasa nikmat yang kurasakan saat dia menjilati memekku.
"Ayo dooong Ian, jilatin.... Please.... Please...."
Kutekan kepalanya ke pangkal pahaku dan dia pun akhirnya menjilati memekku yang sudah benar-benar basah dengan ganasnya. Kurasakan jilatannya benar- benar nikmat, apalagi saat klitorisku dimainkan dengan ujung lidahnya "ooouuuuuhhhh.....ooooggghhhh. .... ahhhhhhh...... aaaaaauuuhhhh...... terus Ian.... Auuuhhhh....." aku terus menerus mengerang, dan Rian makin bernafsu menjilati bibir memekku dan klitorisku.
Setelah beberapa menit, aku merasa tubuhku seakan melayang-layang di udara, dan kurasakan dari liang kewanitaanku mengalir cairan yang hangat, seeerrrrr...serrrrr..serrrrr .... saat itu aku nyaris tidak sadar, yang aku rasakan hanya kegelapan, namun kenikmatan menjalar di seluruh tubuhku. Rian berdiri dan tersenyum, "Enak San?" aku mengangguk lemah, seluruh tubuhku seakan tak bertenaga,
"Mau lagi?" Aku paham keinginannya, aku tersenyum pasrah, "Sebentar dong, aku istirahat dulu, aku capek." jawabku.
Rian mengangguk, lalu membantuku membuka bajuku yang belum terbuka dengan sempurna, juga BH dan rok seragamku, lalu Rian melepaskan baju, celana dan CD-nya, terlihat sebuah benda yang mengacung ke atas dengan gagahnya, dikelilingi bulu-bulu yang lebat, dengan urat-urat yang menonjol di sekeliling batangnya.
Dalam hati aku cukup terkejut melihat "barang" Rian yang sebesar itu, apalagi dari yang kudengar dari teman-teman, biasanya orang gemuk barangnya kecil, tetapi berbeda dengan Rian, batangnya terlihat keras dan panjang, dan saat itu aku merasa tergoda ingin menyentuhnya. Tanpa disuruh, aku pegang batang kemaluan Rian yang besar itu, lalu aku mainkan dengan tanganku, uuuhhhh... benar-benar menggemaskan, Rian hanya merem melek saat kumainkan kemaluannya dengan tanganku, lalu spontan aku berlutut di hadapannya, dan kujilati kantung testisnya, sambil tanganku mengocok batangnya, Rian mulai mendesah dan mengerang, mendengar desahannya yang menunjukkan kenikmatan, aku semakin bersemangat ber"karaoke", kumasukkan batang kemaluan Rian ke dalam mulutku yang kecil sehingga mulutku terasa penuh, dan kepala kontolnya terasa menyodok hingga kerongkonganku, aku terus menerus menjilati, mengulum dan memainkan kontol Rian dengan mulut dan tanganku.
"Mmhhh........mmmmhhhhhh.....m mmmhhhhh......" Rian terus mendesah, membuatku kembali bergairah dan memekku sudah basah kuyup karena cairan yang tak henti-hentinya membasahi liang kenikmatanku.
Beberapa lama kemudian, Rian mengangkatku dan aku ditidurkan diatas meja, kakiku dibukanya lebar-lebar, memperlihatkan memekku yang tertutup rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat.Rian membuka bibir memekk u sedikit, terlihat belahan merah merekah, lalu Rian menggosok-gosokkan kontolnya di lipatan memekku itu, "oooouuhhhh...."rintihku, sejuta rasa kenikmatan dan rasa geli manjalr di seluruh tubuhku.
"Rian.... Masukin dong sayang.... Ayo...." pintaku memelas, tapi Rian hanya tersenyum dan terus menerus menggosok-gosokkan kontolnya di bibir memekku, aku terus menunggu.... menunggu, tapi tusukan yang kunantikan tak kunjung datang. Rian masih tampak santai, sedangkan aku benar-benar sudah berada di puncak rangsangan, foreplay Rian yang sungguh hebat dan membuatku sangat terangsang.
"Rian.... Please...masukin ya....please... aku sudah nggak tahan...." Akhirnya Rian mengabulkan permintaanku, kontolnya diarahkan persis di lubang kewanitaanku yang telah basah oleh cairan pelumas alami, lalu didorong sedikit sampai sebatas kepala kontolnya
"Auuuuhhh...." Pekikku tertahan
"Pelan-pelan dong sayang.... Sakit...."
Sejenak kemudian Rian kembali mendorong, pelan-pelan sampai seluruh kontolnya tenggelam dalam memekku, sl eeeeeepppp...,
"Aduuuuuuhhhhh.... sakiiiiiit...aduuuuhhhh....." rintihku saat kontol Rian merobek selaput daraku.
Rian mulai menggoyangkan badannya maju mundur, dan seiring dengan itu, rasa sakit yang tadi kurasakan berangsur-angsur menghilang, dan digantikan dengan rasa nikmat yang tiada tara, jauh lebih nikmat daripada cuma dijilati.
"Uuhhhhh....sempit banget...oooohhhh... nikmat banget San...." Rian terus menggoyangkan badannya maju mundur dengan irama yang konstan, sambil tangannya menjelajahi seluruh tubuhku.
Dia mengelus kepalaku, lalu meraba tanganku, meremas-remas toketku dan ujung jarinya memainkan puting toketku, membuatku terbuai dan terhanyut di dalam permainannya.
Sementara itu, desahan dan erangan tak henti-hentinya keluar dari mulut kami berdua.
"Ahhhh....aaaaahhhhh..... uuuhhhhhhh.....mmmhhhhh.....te ruuuussss Ian..... goyangin terusss....shhhh.... mmmhhhhh....." Aku goyangkan juga badanku mengikuti gerakan tubuh Rian, dan suara-suara yang keluar karena gesekan kontol Rian dan memekku semak in menambah gairah darah muda kami, "sleeerrrppp....slerrrrrppp... ..sleeerrppp.... creeeekk...creeekkkk....creeee eppp..."
Aku melihat Rian benar-benar menikmati permainan ini, nafasnya tersengal- sengal, mukanya memerah, dan desahan-desahannya tak beraturan.
"San..., ganti posisi yuk...." Lalu Rian menurunkan aku dari meja, lalu membungkukkan aku dan kami bermain dengan gaya doggy, sambil tangan Rian memegangi toketku dari belakang dan meremas-remasnya. Kami terus bermain sex dengan bernafsu, dan kira-kira lima menit kemudian, aku merasa bahwa aku akan mengalami orgasme lagi,
"Rian....akuuu....akuuu..mauuu .... mauuu... keluaaarrrr... "
"Iyaaaa....., keluarin ajaaaa..." Rian menyodokku lebih cepat, dan aku tak kuasa menahan keluarnya cairan kenikmatanku yang membanjiri memekku, "serrrr...serrrrr... serrrr..." aku merasa memekku berkedut-kedut dan mencengkeram kontol Rian yang masih terbenam di dalamnya.
"Ooohhhh.... San.... enak bangettt.... memekmu bisa nyedot...."
Aku tidak menjawab, hanya bisa tersenyum, "Go yangin Ian.... Kamu belum kan...?" tanyaku.
Rian kembali menidurkan aku diatas meja dan mulai menggoyangkan badannya lagi maju mundur, dan aku merasa gairahku menaik lagi, "teruussss.... teruuuus....Ian.... mmmhhhh... oouuhhhhh.... Aku kembali merasakan kenikmatan dalam bercinta.... Dan Rian masih tampak segar bugar.
Kami terus bergumul dan saling memeluk, sambil tangan Rian sesekali meremas toketku dan menjelajahi seluruh tubuhku.
Beberapa menit kemudian, "ooouuuhhhh..... Rian.... I love you Rian....I love you.... Mmmhhhh... aku... aku... mau keluar lagi sayang...."
Iya.... Tunggu...sebentaaarr... akuu.. juga... mau... keluaaarr...."
"Creeeeeeeettttt......creeeeee tttt......serrrrrr.....cruuuuu tttttt.... seerrrrr.....cruuuutttttt..... serrrrrr....." "ooooghhhhh...... ouuuuuhhh.....mmmmhhhh.... mmmmmhhhhh......uuhhhhh...enak kkk San....."
Kami mencapai puncak bersama-sama, sperma Rian membanjiri memekku, dan aku terkulai lemas, karena telah mengalami orgasme sebanyak tiga kali, sejenak kupejamkan mata merasakan nikmatnya bermain sex, betapa indah dunia....

Tak lama kemudian Rian berkata, "San, pulang yuk sayang, sudah jam empat lebih nih" Aku mengangguk, kemudian mengenakan baju seragamku lagi, dan sedikit terkejut saat aku melihat sedikit noda darah di lantai kelas, buru-buru kubersihkan dengan sobekan kertas.
"Kamu nyesel San?" Aku tersenyum, "Nggak, sama sekali aku nggak nyesel, omong-omong, kamu sudah biasa beginian Ian? Kok kayaknya kamu mahir banget"
"Ini juga pertama buat aku, aku biasanya cuma onani sambil nonton BF"
"Idiiihhhh... demen nonton BF yaaaaa......"
Kami tertawa bersama, kemudian kami pulang dengan penuh keceriaan, untunglah sesampai di rumah, kedua orangtuaku belum pulang dari kantor, yang ada hanya pembantu. Aku langsung mandi dan saat orangtuaku datang, aku bersikap biasa, seakan tidak ada apa-apa yang terjadi. Semenjak saat itu, nafsu seksku begitu menggebu-gebu, dan aku sering banget having sex, bukan hanya dengan Rian, tapi juga dengan teman-teman priaku yang lain, tentu saja tanpa sepengetahuan Rian. Rasanya jika sehari saja aku tidak melakukan, rasanya seperti mau mati. Tapi sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga, perilakuku diketahui oleh Rian dan akhirnya aku putus dengan Rian setelah "cinta monyet" kami sudah berjalan tiga tahun, tepatnya saat aku kelas III SMU. Sampai saat ini, entah sudah berapa banyak kontol yang masuk di memekku, dari yang berukuran kecil sampai yang super sudah kucoba semuanya. Buat pembaca wanita, jangan beranggapan bahwa kontol kecil tidak dapat memuaskan kita, percayalah, aku sudah mencobanya, dan aku menarik kesimpulan bahwa seberapapun ukuran kontol, kita tetap bisa menikmatinya. Saat ini pun aku tidak peduli siapa yang mau "bertanding" denganku di ranjang, asalkan aku menyukainya, dan dia dapat memuaskanku, pasti aku mau.

Tamat

No comments:

Post a Comment