Tuesday, February 22, 2011

rape of feby febiola

Jay berjalan menyusuri lorong lokasi syuting. Ia adalah salah satu figuran dalam sinetron ini, yang berkisah tentang dunia kampus. Ketika ia melintasi sebuah ruangan berwarna kuning yang menarik perhatiannya, ia melongok ke dalam dan melihat ada kursi sofa kulit warna hitam dan meja kecil dengan kotak donat diatasnya. Disebelah kanan sofa tersebut terdapat lemari pakaian, dan disebelah kiri ada cermin panjang.

"Ooo..donat..!!" kata Jay dalam hati. Diambilnya beberapa buah, lalu disambarnya sebuah majalah dan iapun membaringkan diri di sofa tersebut. Tak beberapa lama iapun mengantuk dan tertidur di sofa tersebut.

Feby Febiola bergegas masuk ke dalam ruangan ganti pribadi yang disediakan untuknya dan suaminya, Bruce, yang berkebangsaan Perancis. Karena sibuknya shooting sinetron, Feby dan suaminya jarang mempunyai waktu luang untuk mereka, sehingga Bruce sering datang ke lokasi shooting agar bisa mendapatkan waktu untuk bercinta dengan Feby Febiola, istrinya yang cantik. Bagi Feby, Bruce adalah pria pertama dan satu-satunya yang pernah menikmati kemulusan tubuh Bintang Lux tersebut. Bruce sangat pandai dalam bercinta, dan hampir tiap kali membuat Feby merasakan nikmatnya sex. Bruce piawai menggunakan lidahnya, menyapu bibir vagina dan klitoris Feby, membuat istrinya itu menggelinjang dan merintih-rintih kenikmatan. Walaupun demikian, Feby tidak pernah mau mengulum penis Bruce, apalagi melakukan anal sex seperti yang sering diminta oleh pria Perancis itu.



Feby adalah tokoh utama dari sinetron ini, dimana ia memerankan seorang mahasiswi kembang kampus yang juga seorang cheerleader. Pada pengambilan gambar sebelumnya, ia menggunakan rok cheerleader yang tingginya 4 cm diatas lutut, sehingga mempertontonkan kemulusan pahanya, serta t-shirt putih ketat yang tak mampu menyembunyikan keindahan buah dadanya. Feby melihat bahwa "Bruce" (atau orang yang disangkanya sebagai Bruce) sedang tertidur lelap diatas sofa. "Kasihan..dia pasti lelah menunggu syuting. Aku harus memberikan alasan yang bagus agar dia terbangun. " pikir Feby. Feby pun kemudian membuka lemari pakaian untuk berganti.

Tepat pada saat itu, Jay terbangun, dan melihat bahwa ada orang sedang berganti pakaian. "Waduh..gawat!! " pikirnya. Ia kemudian melihat bahwa pintu kamar mandi terbuka, dan cepat-cepat ia masuk bersembunyi di dalamnya. Dari kamar mandi Jay kemudian mengintip keluar, dan ia tidak bisa mempercayai matanya.

Feby Febiola!! Bintang sinetron yang sering menghiasi mimpi-mimpi seksual Jay, kini sedang melepas pakaiannya satu persatu di hadapan mata pria itu. T-shirt ketat Feby Febiola sudah ditanggalkan, dan sekarang bintang cantik itu melepaskan BH-nya. Feby lalu mengagumi buah dadanya sendiri di kaca, buah dada yang bulat dan penuh, dengan puting yang kemerahan. Feby tahu bahwa Bruce-pun menyukai payudaranya, asal ia tidak terlalu keras meremas-remasnya, Feby senang dengan perlakuan Bruce pada buah dadanya itu. Sementara itu di kamar mandi, Jay tak henti-hentinya mengocoki kemaluannya melihat adegan telanjang Feby Febiola.

Lalu Feby mengenakan t-shirt tanpa bra, dan kembali ke dalam ruangan untuk menemui "Bruce". Tetapi didapatinya sofa tersebut kosong. "Kemana dia?" tanya Feby dalam hati. "Padahal aku ingin memberikan pelayanan untuknya"
Jay yang ada di kamar mandi sudah tidak kuat lagi menahan nafsunya. "Aku harus bisa meniduri Feby Febiola" katanya. Pelan-pelan ia keluar, dan mendekati Feby Febiola dari belakang. "Sekarang atau tidak sama sekali" tekad Jay. Ia memeluk Feby dari belakang dan mencium lehernya yang jenjang nan mulus.

"Oh..dari mana saja kamu..? Tanya Feby sambil kegelian ketika lidah Jay menyapu leher hingga belakang telinganya. Tangan Jay telah berada pada payudara bulat dan montok milik Feby. Ia seakan bermimpi ketika meremasi buah dada bintang pujaannya itu. Keindahan buah dada Feby Febiola mungkin hanya kalah dari Tamara Blezinski.

"Ooohh..Bruce.." Feby mendesah merasakan nikmatnya payudaranya diremas-remas oleh Jay. "Ayo sayang..aku sudah kepingin.." pinta Feby. Jay kemudian mendorong tubuh Feby hingga Feby berlutut di sofa, dan menarik turun celana dalamnya. Pantat Feby yang bulat indah itupun tampak di hadapan mata Jay, menyebabkan kemaluan Jay yang sudah tegang seakan mau meledak. Tanpa berlama-lama Jay membuka celananya sendiri dan segera menaruh kemaluannya di depan liang vagina Feby.

"Ooohh.." Desah Feby dan Jay bersamaan ketika penis Jay menembus liang vagina Feby Febiola. Jay dengan cepat menggenjot Feby doggie style. Liang vagina Feby masih rapat walaupun sudah setahun lebih menikah. Karena nafsunya sudah di puncak, Jay mulai merasakan penisnya berdenyut-denyut, siap menumpahkan air maninya dalam lubang kemaluan Feby. Dipercepatnya kocokan dalam kemaluan artis cantik itu, dan dalam sekejap Jay pun menumpahkan spermanya dalam kemaluan Feby Febiola. Tapi Jay terus memompa penisnya keluar masuk vagina Feby sehingga tak lama kemudian, Feby pun mencapai orgasme.

Feby terkapar lemas di sofa menikmati sisa-sisa orgasmenya setelah digarap Jay. Sperma Jay sebagian mengalir keluar dari vaginanya. Tapi Jay sepertinya belum puas karena penisnya kembali mengeras.
"Dia cantik sekali!!" seru Jay dalam hati. Iapun berkeinginan untuk merasakan jepitan payudara Feby yang montok itu. Matanya mencari-cari di sekeliling dan ia menemukan sehelai selendang yang kemudian diambilnya. "Ini harusnya cukup" pikirnya. Ia lalu menutup mata Feby Febiola dan membalikkan tubuh mulus artis pujannya itu. Jay kemudian meremas-remas payudara Feby dengan lembut. Kemudian ia menciumi bongkahan payudara yang montok itu. Feby menggelinjang-gelinjang kegelian: " Ooohh..Bruce.." rintih Feby manja.

Jay kemudian mengangkangi tubuh Feby dan meletakkan penisnya yang sudah tegang itu di belahan dada montok yang selalu dimimpikannya. Feby menekan kedua buah dadanya sehingga penis Jay terjepit erat ditengah. Jay tidak membuang waktu dan segera memaju mundurkan penisnya di tengah jepitan payudara Feby. Dalam sekejap penis Jay memuntahkan sperma yang mengalungi leher jenjang Feby. Dengan tiba-tiba Jay memasukkan penisnya kedalam mulut Feby tepat ketika penisnya menyemprotkan muntahan sperma kedua. Mau tak mau Feby Febiola menelan sperma Jay dan membuat bintang film cantik itu ingin muntah. Seumur hidup belum pernah ada kemaluan lelaki, bahkan suaminya sekalipun, yang masuk ke mulutnya. Kini ia harus menelan spermanya pula.

Feby cepat-cepat bankit berdiri berusaha memuntahkan sperma di mulutnya. Namun Jay menangkap tubuh mulus Feby dan melempar kemabli ke sofa. Jay kemudian menunggingkan Feby sehingga pantatnya yang padat itu terangkat ke atas. Ia kemudian menyibakkan belahan pantat Feby dan menaruh ujung penisnya di depan anus perawan Feby Febiola.

"Bruce!! Jangan!! Kamu kan tahu saya tidak mau..AAHH!!" Feby Febiola menjerit keras kesakitan ketika anusnya ditembus oleh penis Jay. Lubang pantatnya yang sempit dan masih perawan itu diperkosa dengan kasar oleh Jay.

"KELUARKAN BRUCE!! SAKIITT!! OOHH!! " Feby berteriak-teriak merasakan anusnya robek oleh kemaluan Jay. Wanita cantik itu menangis sambil meremasi sofa tempat ia digagahi melalui anus oleh "suaminya". Tak lama kemudian, Jay memuntahkan spermanya dalam lubang anus Feby.

"Ooohh..Bruce..kamu tega sekali.." tangis Feby kesakitan. Darah bercampur sperma mengalir keluar dari liang anus Feby yang baru saja diperawani Jay. Jay kemudian mengambil celana dalam Feby. Diusapnya darah dan sperma dari pantat bintang Lux yang cantik itu dengan celana dalamnya. Dan kemudian Jay pun keluar meninggalkan kamar Feby Febiola dengan senyum kepuasan.

[KISAHBB - PEMERKOSA ARTIS] Sarah Azhari XXX

“Oom Henry! Oom harus tanggung jawab dong.. Masa hasilnya jadi kacau begini?!” teriak Sarah dengan keras ke arah Henry Yosodiningrat, pengacaranya yang sedang berusaha keras untuk menenangkan Sarah Azhari yang sedang kesetanan.
Mereka berdua sedang sewot menyusul hasil persidangan Sarah Azhari yang berakhir buruk, dan Sarah sebagai terdakwa dinyatakan bersalah oleh hakim dalam dakwaannya melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap Navis Qustubi, seorang wartawan infotainment.

“Saya ngerti Sar.. kamu lagi kalut. Kamu harus tenang dulu, karena saya jamin semuanya akan beres kalo kamu bisa tenang terlebih dahulu.” ujar Henry sabar sambil berusaha menenangkan Sarah yang dari 2 jam yang lalu tak kuasa menahan tangisnya.
“Sekarang saya musti ngapain lagi , oom! Coba jawab?! Semua permintaan oom udah saya penuhin. Duit berpuluh-puluh juta buat bungkem si hakim brengsek itu udah saya kasih.. Tapi masa hasilnya jadi kaya gini..”, Sarah mulai bernada pasrah, namun masih belum juga merendahkan nada suaranya.
Sudah dari siang ia bersembunyi di apartemen Henry Yosodiningat dan menghilang dari kejaran wartawan infotainment yang bagai lalat ketiban sampah, tak henti-hentinya mengelilinginya dan mengurung rumahnya mengharap sepatah duapatah kata berharga penuh makna keluar dari bibirnya.
Ia kini duduk lemas sambil menahan tangisnya, disampingnya Henry Yosodiningrat duduk sambil melingkarkan tangannya ke pundak Sarah, tetap berusaha menenangkan kliennya yang nampak makin histeris.
“Oom tahu, hasilnya agak mengecewakan. Tapi itu semua diluar kuasa Oom. Percaya deh, oom juga tidak mengira kita bisa ditipu dengan lihay oleh si bangsat itu.” Henry masih dengan suara beratnya memberi penghiburan bagi Sarah, layaknya seorang bapak kepada anaknya.

“Tapi Oom.. saya ga boleh masuk penjara! Saya ga mau masuk penjara busuk itu!” Sarah mulai histeris lagi.
“Oke, oke.. gini aja. Oom masih punya satu peluru lagi. Kamu jangan nangis terus dong.. “ Henry pun akhirnya tampak mulai kehilangan kesabarannya menghadapi ulah Sarah yang ngga bisa tenang.
Mendengar jawaban Henry, Sarah pun mulai melunak, “maksud Oom, masih punya peluru?”
“Udah. Kamu tenang aja. Oom akan atur semuanya. Oom akan telpon beberapa orang dulu, tapi oom mau kamu mandi dulu.. Supaya kamu segeran dan ga keliatan kumel kaya gini. Emangnya kamu ga cape dari tadi nangis abis 2 ember?!” ujar Henry kembali ke sifat kebapakannya.
Sarah pun mulai tersenyum menanggapi candaan Henry. “Aah, oom jahat. Gue lagi pusing, masih diledekin juga..”
“Udaah! Mandi dulu gih sana! Make up kamu udah luntur gitu, kalo oom potret bisa seneng tuh wartawan2 temen kamu itu,” ujar Henry sambil mendorong pantat Sarah yang montok untuk segera berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
“Iih.. pokoknya Sarah ga mau tau. Abis Sarah mandi, oom udah harus bisa bikin Sarah ga bakal nangis lagi, janji?” dengan genit Sarah merajuk namun ia mulai bisa melupakan kesedihannya untuk sementara.
“Kamu itu selaluuuu maen ngancem! Ga kapok apa udah ngancem si Navis?!” dengan gemas Henry membalas ancaman Sarah dengan mengelus dagunya lembut sambil berdiri dan melangkah ke arah ruang tamu untuk segera mengambil telepon.


Sarah keluar dari kamar mandi sambil berbalut kimono sutra berwarna hijau pupus. Persis seperti penampilannya di dalam iklan obat multivitamin untuk pria yang masih dengan gencar ditayangkan di tivi nasional. Sesudah 30 menit ia berendam dan kemudian merasakan hangatnya air shower menyiram tubuh seksinya, akhirnya ia bisa sedikit melepaskan kepenatan dan kegalauan hatinya yang tak kunjung usai, selepas hakim keparat itu mengumumkan vonis bahwa ia harus menjalani hukuman penjara selama 4 bulan.
“4 bulan penjara?! Hhhh… enak aja! Mendingan gue entot aja si hakim gebleg itu sekalian daripada gue nginep 4 bulan di penjara sial itu.” pikir Sarah sambil merengutkan mukanya pertanda kesal yang muncul masih sambil mengingat muka
sang hakim ketika membacakan vonis untuknya.
Sambil mengibaskan rambutnya yang masih basah, ia berjalan keluar dengan kimono yang tak menyembunyikan keindahan paha mulusnya. Di ruang tamu, ia tak menjumpai Oom Henry yang tadi menemaninya duduk di sofa tengah.
“Oom? Oom Henry?”, ia pun melangkah ke ruang kerja Oom Henry sambil meneriakan namanya. Ia sudah tak asing lagi dengan semua ruangan di apartemen ini, karena ia sering meminjamnya untuk sekedar bersembunyi dan menginap dua tiga hari untuk menenangkan diri dari kejaran wartawan. Maka dari itu, ia pun tak canggung untuk hanya berjalan mengelilingi apartemen ini dengan hanya mengenakan kimono tidurnya yang mini, toh Oom Henry sudah dianggap ayah olehnya, dan perilakunya selama ini juga tak pernah menjurus ke arah hal yang bukan-bukan.
Henry Yosodiningrat dalam bayangannya adalah seorang pengacara yang profesional dan juga seorang yang sangat sabar dalam menghadapi semua keluhan-keluhannya.

Setelah semua ruangan Sarah kelilingi, jejak Henry Yosodiningrat masih belum muncul juga ke hadapannya. Ia pun mencari tas tangannya untuk mencari handphonenya untuk sekedar mencari tahu perginya Henry. “mungkin Oom Henry turun sebentar ke bawah buat beli makanan,” pikir Sarah tanpa curiga.

Tepat ketika Sarah menemukan handphonenya, suara bel apartemen terdengar menandakan seseorang datang. “Aah, itu dia! Pasti dia kelupaan kunci lagi”, Sarah pun meletakkan handphonenya lalu berbalik melangkah ke arah pintu apartemen untuk segera membukakan pintu.

“Dasar kakek-kakek pelup….” belum habis Sarah menyelesaikan kalimatnya, pintu pun terbuka dengan keras dan ia pun terdorong kebelakang karena kaget tak menyangka akan sambutan yang akan diterimanya dari balik pintu yang ia buka.
Ketika ia sudah melihat dengan jelas orang yang masuk dengan paksa ke dalam apartemen itu, dan menutup kembali pintu di belakangnya sambil menguncinya, ia pun berteriak histeris, “Heh! Anjing lo ya?! Masih punya nyali lo dateng ke tempat ini?!”

Di hadapannya berdiri Navis, sang wartawan yang menuntutnya dan juga sekaligus orang yang paling Sarah benci dan ngga pengen ia liat untuk seumur hidupnya, sekarang berdiri tegak sambil tersenyum di hadapannya.

“Masih pake senyum-senyum segala?! Belum puas lo senyum-senyum di depan temen-temen wartawan lo yang bangsat itu, hah?” Sarah pun mulai meracau tak keruan sambil mulai maju ke arah Navis ingin melabraknya kembali seperti yang ia lakukan sebelumnya, yang kemudian menjadi awal perkara Sarah Azhari yang terkenal itu.
Namun Navis dengan tenang tanpa kesulitan berarti menangkap tangan Sarah yang kali ini berusaha menamparnya dengan kencang.
“Tenang dulu neng. Gue ga akan kesini kalo gue ga diundang.” Navis berujar pelan sambil melangkah maju perlahan ke arah ruang tamu.
“Eh, sialan lo! Yang mau ngundang lo kemari cuma setan kuburan yang ga bisa tenang kalo belum ngeliat muka lo ketawa di balik penjara!” teriak Sarah masih histeris sambil ia pun melayangkan tangan yang satu lagi ke arah muka Navis.

Tanpa repot, Navis pun menangkap tangan Sarah yang satu lagi sehingga kini kedua tangannya memegang tangan Sarah yang menggeliat-geliat penuh tenaga dengan mata melotot penuh amarah.
“Ck ck ck.. mulut lo itu beneran kotor ya?! Gue ga bisa ngebayangin apa teriakan lo pas si Oom Henry ngerasain memek lo.” balas Navis yang mulai nakal melihat Sarah Azhari di hadapannya hanya berbalut kimono sutra yang dalam geliatan tubuhnya malah semakin membuat lekuk seksi tubuhnya semakin tampak jelas di mata Navis.

“Eh, tai kucing lo! Berani ngatain Oom Henry kaya gitu?! Tunggu aja sampe dia datang kemari. Lo bakal dituntut masuk penjara sampe mampus karena berani nganiaya gue kaya begini.” Sarah mulai sedikit menyadari bahwa keadaan agak tidak menguntungkan baginya, karena ia hanya sendirian di ruangan apartemen ini. Dan matanya menangkap kilatan nakal mata Navis yang menatap belahan dada montoknya yang terbuka lebar karena kimono yang ia kenakan memang tak cukup tinggi untuk menyembunyikan keindahan belahan dadanya.

“Udah deh! Ga usah ngarepin si Oom. Sama gue sekarang aja, gue jamin lo bisa kelejotan ngerasain kontol gue ngerobek memek Arab lo!” Navis seperti makin terbuai dengan kata-kata kotor Sarah yang seakan mengundangnya untuk semakin berani.
Masih berusaha melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Navis, Sarah pun semakin terdorong mundur ke arah sofa tengah dimana tadi ia duduk. Ia kini semakin yakin bahwa Navis sudah mulai tak terkendali. Ia faham betul arti tatapan mata lelaki yang melotot penuh nafsu ke arahnya sekarang ini, yang disebabkan kimono sutranya tak kuasa menutupi tubuh seksi dan montok yang telah membuai jutaan pria di layar kaca. Di benak lelaki seperti ini, hanya ada nafsu liar penuh birahi yang ia tahu betul kemana arahnya.

Navis pun melepaskan genggaman tangannya sambil mendorong Sarah dengan keras ke arah sofa di belakangnya. Mata wartawannya yang terlatih sekilas melihat bayangan gelap di selangkangan Sarah Azhari yang tersingkap sedikit ketika duduk terjatuh di atas sofa itu. Benaknya langsung menari-menari kegirangan mengetahui Sarah tak mengenakan celana dalam di balik kimono mininya itu.
“Aauw! Oke-oke.. Ga usah maen kasar begini dong..” Sarah mulai melunak menyadari bahwa ia berada di ujung tanduk dan ia tak bisa mengharapkan bantuan orang lain untuk menyelamatkannya saat ini. Ia harus berpikir keras bagaimana caranya meredam nafsu liar binatang yang berdiri di depannya agar ia bisa mengendalikan situasi.

Melihat Sarah yang mulai melunak, Navis pun berdiri tenang di hadapan Sarah yang duduk mencoba merapikan kimononya yang tersingkap kemana-mana. “Ga usah dirapiin lah Sar. Bentar lagi tu baju juga udah ga nempel lagi di badan lo!” ujarnya sambil tersenyum penuh arti.
“Nngg. Gini deh. Gue tau persis apa yang lo mau. Tapi lo ga bisa dapetin itu dengan gratis dong. Gue mau lo urus sesuatu di pengadilan, baru deh lo bisa puas-puasin nikmatin badan gue.. “ ujar Sarah pelan sambil tersenyum dipaksakan.. Ia berusaha membujuk Navis agar bisa lebih tenang, dan dengan demikian ia berharap bisa mengendalikan suasana. Toh, sebagai seorang wanita cantik berbodi super seksi yang biasa berakting di sinetron, hal seperti ini adalah hal biasa baginya.

Navis hanya tertawa terbahak mendengar tawaran Sarah Azhari yang kini nampak semakin menggoda dengan senyumnya yang seakan malah mengundang Navis untuk semakin berani melakukan apa saja terhadapnya.
“Sar.. sar, Lo bukan dalam posisi ngasi tawaran sama gue. Kalo pun gue mau jebol lobang pantat lo sekarang, lo ga bisa apa-apa juga kan?” Navis pun mulai berani nakal, dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh toket Sarah yang benar-benar menantang dibalik kimono tipisnya. Udara AC yang dingin, membuat kedua puting toket Sarah mengeras dan membuatnya nampak terjiplak jelas dari luar kimononya, Navis pun semakin geregetan dibuatnya.

Sarah Azhari kini sadar bahwa lelaki di hadapannya ga bisa dikuasai dengan mudah. Ia baru ingat bahwa Navis yang mulai menggerayangi toketnya adalah seorang wartawan. Jadi memang bukan hal sulit bagi wartawan untuk bersilat lidah dengan seorang artis.
Otak Sarah berputar keras mencari akal bagaimana caranya ia bisa lepas dari tangan Navis, sementara tanpa ia sadari Navis yang sudah semakin bernapsu kini malah sudah berhasil melonggarkan tali kimono Sarah, sehingga tangannya semakin bebas bermain-main dan meremas-remas toket Sarah yang membusung indah.
“Eeh.. jangan kasar begini dooong.. “ ujar Sarah berusaha memainkan suaranya dengan lihai hingga bernada merayu, walaupun sebenarnya ia benci setengah mati dengan setan busuk yang sekarang malah mulai menjulurkan lidahnya untuk menikmati toketnya dengan ganasnya.
“Sini aku bukain baju lo dulu deh.. biar lo lebih enak,” Sarah mulai menjalankan strateginya dan mulai mendorong Navis perlahan untuk duduk di sofa, dan ia mencoba untuk berdiri mengambil posisi yang lebih menguntungkan baginya untuk mencoba melarikan diri.

Namun tanpa disangka-sangka, Navis malah melayangkan tangannya dan menampar muka Sarah dengan kencangnya. Kontan Sarah Azhari sang artis seksi itu pun terjatuh kembali ke sofa empuk di belakangnya, sehingga ia kini dalam posisi tertidur. Sarah yang kaget bukan main karena Navis malah menyerangnya tiba-tiba, tanpa bisa berkata-kata ia meraba bibirnya yang terasa sedikit berdarah karena tamparan Navis yang sangat kencang barusan.
Navis yang nampaknya belum puas dengan tamparannya barusan, langsung menarik dan merobek kimono yang diapakai Sarah, sehingga kini kedua toket Sarah yang membusung tampak terlihat jelas keindahannya.
Navis pun berada di atas angin, dengan kasar ia pun memaki Sarah, “Lo pikir lo bisa gampang ngibulin gue hah? Perek sialan! Cewe kaya lo cuma pantes buat diperkosa pake cara kasar.. Lo belum pernah kan diperkosa ama orang jalanan kaya gue. Biar lo rasain bedanya laki-laki sejati ama laki-laki bencong yang selama ini ngerasain memek lo!!” sambil menyelesaikan makiannya, Navis pun merangsek dan mengarahkan mukanya ke arah selangkangan Sarah.

Sarah Azhari yang masih syok dengan serangan Navis yang bertubi-tubi tak menyangka bahwa ia sudah nekat dan sekarang sedang mengancam memeknya. Kedua tangannya berusaha menahan muka Navis yang sudah demikian dekat dengan memeknya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melawan kuasa nafsu binatang Navis yang sudah demikian liar.
Namun Navis memiliki tenaga yang luar biasa besar. Walaupun Sarah menahan kepala Navis dengan kedua tangannya, ia tetap saja mampu maju menjulurkan kepalanya hingga akhirnya mulutnya berhasil memagut bibir memek Sarah yang masih terlipat rapi. Dengan buas dan penuh nafsu, ia melalap memek Sarah dan memainkan klitoris Sarah yang masih menguncup dengan lidahnya melalui gerakan naik turun yang lihay.

Sarah yang kalah tenaga, hanya bisa mengerang murka, “Aaaaahhh… anjiiinnng. Goblok lo! Bangsat bajingan.. Gue ga rela diperkosa ama bangsat kaya elo..!”
Dalam hatinya kini berkecamuk perasaan jijik dan terhina karena dirinya yang artis kelas atas Indonesia bisa dipermainkan oleh pria hina dan tak bermoral seperti Navis. Baru kali ini ia merasa dipermalukan seperti ini. Biasanya ia bisa mentolerir orang-orang seperti Navis yang hanya bisa berkomentar nakal dan menggodanya ketika ia harus berhadapan dengan mereka. Namun ketika kali ini memeknya dilumat-lumat oleh salah seorang dari golongan wartawan yang menurutnya adalah golongan rendah, harga dirinya terkoyak dan ia merasa murka luar biasa.

Kedua tangan Navis kini bekerja dengan giat membuka kedua kaki jenjang Sarah lebar-lebar, sehingga ia bisa dengan lebih leluasa menikmati harumnya memek Sarah.
Ia begitu bernafsu menjilat dan mengulum kelentit Sarah yang cukup besar untuk ukuran wanita Indonesia. Mungkin karena Sarah Azhari memiliki darah keturunan bangsa Arab, sehingga semua organ vitalnya juga mengikuti leluhurnya. Yang pasti wangi dan harum memek Sarah Azhari yang baru saja selesai mandi seperti ini, membuat Navis lupa daratan dan menyapu semua sudut memek Sarah dengan lidahnya dan mulai menusuk-nusuk ke bagian liang dalam dari memek Sarah.

Dan hasilnya memang langsung kelihatan. Walaupun Sarah Azhari meronta-ronta dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan memeknya dari serbuan mulut Navis, namun hati kecilnya dan alam bawah sadarnya mengatakan bahwa jilatan dan kuluman Navis di memeknya mulai membawa rangsangan yang dengan cepat naik ke otaknya.
Mulutnya masih mengeluarkan makian-makian kotor, “Lepasin gue, Bangsat!!! Gue ga rela!” Namun jauh di dalam hatinya, ia mengakui bahwa memeknya menikmati semua perlakuan kasar dari lidah Navis di semua area selangkangannya yang sudah lembab dan basah dijelajahi oleh Navis.
Tanpa sadar, Sarah malah mengeluarkan erangan nikmat tak sengaja, “Hhhhhhh… sshhhsss!”
Tangannya berusaha mendorong kepala Navis agar melepaskan lidahnya dari penyiksaan nikmat terhadap memeknya. Namun mulutnya berkata lain, “nggggghhhh..”
Navis pun sadar betul akan hasil emutannya terhadap memek Sarah. Mendengar erangan dan lenguhan Sarah akan aksinya di selangkangannya, Navis pun semakin pede lalu dengan kedua tangannya, seketika ia mengangkat kedua kaki Sarah, sehingga terangkat ke arah mukanya sendiri. Ia menekan lutut Sarah hingga kini menempel ke bahunya sendiri, membuat posisi memeknya menjadi terbuka lebar sementara Navis yang berada di depannya, kini mulai membuka celananya dan begitu ia terbebas dari belenggu celana dalamnya, tampaklah kontolnya yang sudah tegak berdiri pertanda ia pun sudah terangsang sempurna.

Sarah hanya bisa melongo melihat kontol Navis yang tak disangkanya ternyata berukuran lebih besar dari kebanyakan pria yang sudah pernah menidurinya. Sesaat ia pun lupa bahwa Navis yang berkontol besar dihadapannya ini adalah bajingan yang sesaat lagi hendak memperkosanya.
Melihat Sarah yang dalam kondisi terpana, Navis pun tersenyum, “Jangan takut Sar.. selama ini belum pernah ada yang kecewa kok ama kontol gue. Gue jamin, lo pasti teriak-teriak minta dikocok lagi!”
Mendengar perkataan Navis, Sarah pun tersadar bahwa ia sudah di ujung tanduk. Sesaat lagi ia akan diperkosa oleh Navis, wartawan pinggiran yang sama sekali tak sepadan dengan status dirinya yang artis papan atas. Ia pun mengerahkan segala tenaganya untuk melepaskan diri dari Navis. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, ia berusaha bangkit dari kurungan Navis, “Anjiing! Lo ga akan bisa perkosa gue! Bangsaaat..”

Suara Sarah yang histeris hanya membuat Navis semakin nafsu untuk segera memasukkan kontolnya ke memek Sarah. Ia pun menindih tubuh Sarah yang gagal untuk melepaskan dirinya. Dengan tangannya yang memegangi kedua betis Sarah, sekaligus mengunci tubuhnya hingga ia tak bisa bergerak bebas, Navis pun mengarahkan ujung kontolnya yang 18 cm panjangnya, tepat diatas lubang memek Sarah Azhari yang sudah basah berkilat-kilat.

“AAAAAaaaahhhhh… HHHgggghhh! Taaaiiiii!!! Gobbloook!” Sarah hanya bisa meracau tak keruan, kesal dan murka karena dirinya tak kuasa untuk menahan Navis yang kini perlahan-lahan sudah memasukkan kontolnya hingga ujungnya kini malah sudah menyentuh dinding dalam memek Sarah.
Navis pun membiarkan kontol panjangnya untuk beradaptasi sejenak dengan sempitnya memek Sarah.. “Lumayan Sar.. memek lo masih bagus. Gue kirain lo punya udah dower karena keseringan dikocok-kocok ama orang laen” sambil kemudian Navis pun menggetarkan pantatnya sehingga kontolnya yang berada dalam memek Sarah ikut bergoyang dan hasilnya Sarah pun berteriak antara murka, kegelian atau keenakan, “Eehhh, Anjiiing ngggghhhhh… ! Lo ngapain?!”

Navis pun tertawa senang melihat reaksi Sarah yang tidak menyangka akan getaran kontolnya yang seringkali memang menjadi senjata andalannya dalam memulai ritual permainan seksnya. Ia sangat senang, karena biasanya ia hanya bisa mainin kontolnya di memek cewe-cewe panti pijat murahan, namun sekarang ia seakan mendapat rejeki nomplok. Memek Sarah Azhari artis sinetron yang jadi pujaan banyak pria hidung belang, kini berada dalam kuasa kontolnya, dan ia berniat untuk menikmati perkosaan ini selama mungkin.
Kini ia pun mulai mengocok kontol panjangnya, masuk keluar memek Sarah secara perlahan, sambil ia memejamkan matanya dan menikmati betapa sempit dan nikmatnya memek Sarah yang seakan-akan merespon gerakan kocokan kontolnya dengan begitu pas. Memek Sarah mengedut-ngedut dan memijat pelan setiap kali kontol Navis bergerak memasuki lorongnya.

Pijatan memek Sarah terhadap kontol Navis yang sedang mengocoknya, seakan-akan sudah berjalan otomatis, menandakan bahwa memeknya juga menikmati perkosaan ini. Sarah yang kini mulai terpengaruh oleh kenikmatan yang dirasakan memeknya, mulai bingung akan reaksi yang harus ia berikan.
Ia sadar, memeknya sudah menyatakan bahwa kontol Navis memang diatas rata-rata. Pijatan memeknya yang juga menjadi kebanggaannya, hanya muncul secara otomatis bila ia memang juga menikmati permainan seks yang menggebu-gebu seperti sekarang ini. Bedanya kali ini, ia bukan bermain dengan pacar-pacarnya yang biasanya merupakan laki-laki tampan dan wangi. Di hadapannya sekarang ini, adalah Navis, seorang wartawan yang berpakaian kemeja flanel kumal, dan bau. Namun, kondisi Navis sekarang ini malah membuat Sarah mulai kehilangan konsentrasi. Mungkinkah kekontrasan Navis dibanding pacar-pacarnya selama ini malah membuat ia terangsang hebat dengan cepatnya?

Ia akui, biasanya nafsu seksnya ga pernah naik secepat ini. Apalagi semua laki-laki yang biasanya mengemis-ngemis untuk bisa tidur dengannya, pasti memperlakukannya secara lembut seperti seorang putri. Semua lelaki akan takluk dan dengan sopan seperti kucing akan bersedia menuruti segala kemauannya.
Namun perlakuan kasar yang ia terima sekarang dari Navis, sama sekali belum pernah ia rasakan dari lelaki manapun. Kontrol akan lelaki yang biasanya dengan mudah ia kendalikan kini seakan tak berlaku lagi. Hal inilah yang membuatnya beringas sekaligus terangsang dengan hebat. Ia sadar, memeknya sudah takluk akan kocokan kontol Navis yang bergerak bukan saja maju mundur namun sekaligus membor memeknya dengan gerakan berputar yang memberikan kenikmatan sempurna bagi memeknya.
Sekarang tinggal Sarah yang berjuang keras untuk tetap bisa mengontrol dirinya dan tidak melepaskan kendali atas nafsu liar yang sudah demikian meletup-letup didalam dirinya.

“Nnnnggggghhhhh…pp!” Ia berusaha mengendalikan lenguhannya yang seakan memberontak atas kemauan dirinya untuk tidak menikmati pemerkosaan ini.
“Njjing! Lo boleh berhasil perkosa gue.. tapi gue sama sekali ngga..” sebelum Sarah berhasil menyelesaikan kalimatnya, Navis malah membungkam bibir seksinya dengan bibirnya sendiri. Ia pun melumat gencar bibir Sarah Azhari yang tak menyangka Navis berani meluncurkan serangan ke mulutnya.
Dalam usahanya menghindar dari pagutan Navis, ia malah seakan memberikan kesempatan bagi Navis untuk menikmati bukan saja mulut seksinya, namun juga leher jenjangnya. Hal ini malah membuat Navis semakin senang dan bersemangat menghisap, menjilat dan menciumi sekujur muka dan leher Sarah Azhari. Aroma Sarah Azhari yang begitu harum ia nikmati bukan saja dari mulutnya yang wangi, namun juga dari lekukan leher Sarah yang aromanya begitu bikin ia mabuk dengan birahinya sendiri.

“Aaaahhh… hhheeeuuuhhh..” Sarah kini mulai kehilangan konsentrasinya.
Ia mulai tak tahan akan rangsangan dan ciuman bertubi-tubi Navis di lehernya. Ia harus mengakui, seluruh titik rangsangannya sudah dilalap sempurna oleh Navis. Mulai dari memeknya yang biasanya tak merespon sembarangan kontol dengan pijatan-pijatan khasnya, hingga lehernya yang menjadi titik lemah dari kontrol birahi Sarah.
Pagutan Navis yang membuahkan bekas-bekas merah di lehernya membuatnya mendesah keras, dan mulai menggerakkan tubuhnya seakan ia memang berada dalam permainan seks yang nikmat, dan bukan pemerkosaan yang brutal.
“Nngggghhh.. gue.. ga… taaaahhh… aaann…!” Sarah pun mengeluarkan tanda menyerahnya sambil terengah-engah. Ia akhirnya harus mengakui bahwa ia juga sepenuhnya menikmati kocokan kontol Navis di memeknya yang sekarang sepertinya sudah sangat dekat akan ledakan orgasme pertamanya.

Navis pun sadar, bahwa Sarah sudah berada dalam genggaman birahi dan permainan seksnya. Ia percaya, sekarang Sarah tak akan memberontak lagi, sehingga ia pun berani melepaskan kunciannya.
“AAAAAAaaaahhhh… aaaaannnnjjjiiiinnnnggg!” teriak Sarah dengan histeris menandakan bahwa orgasme pertamanya begitu dahsyat, sehingga ia meracau dengan tak terkendali. Navis pun merasakan kedutan dan semburan cairan orgasme dari memek Sarah yang membuatnya tersenyum lebar, “Hehehe… enak kan Sar?”

Ia kini menarik tubuh Sarah untuk berdiri. Navis sendiri duduk di sofa empuk yang tadi ia jadikan tempat pemerkosaannya. Sarah yang masih lemas dan tak menyangka orgasme pertamanya begitu dahsyat.. mengikuti dengan pasrah perintah Navis yang mengarahkannya untuk duduk mengangkangi kontolnya. Posisi Sarah yang kini menduduki Navis yang duduk di sofa, membuatnya bebas untuk melarikan diri. Namun hal ini tak ia lakukan. Ia kini tak bisa berpikir dengan jernih lagi. Yang ia ingin rasakan adalah kenikmatan bertubi-tubi dari kontol Navis yang kini sedang berada di bawah memeknya yang masih mengedut-ngedut ringan akibat pengaruh permainan kontol Navis barusan.

Sambil memegang bahu Navis sebagai pegangan, Sarah pun mulai menurunkan lubang memeknya hingga pas berada di ujung kontol Navis yang masih berdiri tegak dan keras.
“Punya lo kok masih keras gini, hah? Lo pake obat ya?” ujar Sarah yang walaupun sudah tak berontak namun tetap bernada galak.
“Aahh.. udah lah. Lo entot aja kontol gue.. Ga usah banyak tanya!” jawab Navis sambil tangannya memegang panggul Sarah dan menekannya ke bawah sehingga kontolnya mulai memasuki memek Sarah kembali yang hangat.

“HHmmmppphh! Aaahhhhssss… “ Sarah hanya bisa memejamkan matanya, merasakan betapa nikmatnya kontol Navis yang begitu besar mengisi lorong memeknya dengan sempurna.
Sebagai jawabannya, ia kini mulai menggenjot kontol Navis dengan gerakan yang begitu liar. Naik turun dan putaran pinggulnya membuat pantatnya beradu keras dengan kedua paha Navis, hingga berbunyi “Plak.. plaks… ceplaks!” dengan kencangnya.

“Hmmmmhh.. Ternyata jago juga lo ngebor kontol ya, perek?” Navis berbicara kotor pada Sarah, sambil merem melek keenakan merasakan kocokan memek Sarah atas kontolnya.
Perkataan kotor Navis, malah membuat Sarah semakin bergelora. Ia meraih salah satu toketnya, lalu menyodorkannya ke mulut Navis yang langsung merespon dengan sigap.
Puting Sarah yang memang sudah mengeras karena udara dingin dan juga karena gelora nafsu birahi yang menguasainya, dilumat oleh bibir Navis dengan penuh nafsu. Ia sedot dan jelajahi dengan lidahnya semua area puting toket Sarah yang begitu kenyal dan besar.
“Aahhhhss… Enaaaak… terruusss bangsaaat!” Sarah pun menjawab dengan perkataan yang tak kalah kotornya. Ia melemparkan kepalanya kekiri dan kekanan, membuat rambut panjangnya berlenggak lenggok dengan indah seperti gadis di iklan shampoo, sebagai pertanda ia begitu menikmati permainan seks yang sudah lama tak ia rasakan dengan begitu liarnya.

Kini Navis praktis hanya duduk manis dan membiarkan Sarah menguasai permainan dengan dahsyatnya lenggak lenggok pinggulnya mengocok kontol yang masih dengan kuat bertahan. Ia setengah mati menahan gejolak kontolnya agar jangan meledak terlebih dahulu. Ia masih ingin merasakan semua kenikmatan yang bisa ia raih dari tubuh Sarah Azhari.
“Shhhiiiit! Kontoooolll Elo enaaaaaakkk bangeeeeett! Entooooooootttt guaaaaaaa!” Sarah berteriak histeris dan ambruk merebahkan dadanya ke tubuh Navis di depannya, bersamaan dengan ledakan orgasme kedua yang dirasakan sangat nikmat oleh Sarah mengisi sekujur tubuhnya.
Memeknya berkedut-kedut kencang sekali, sekaligus memijat kontol Navis dengan remasan-remasan mesra. Seluruh tubuhnya kini basah berkeringat dan menempel lengket dengan tubuh Navis yang juga tak kalah basah.
Masih dalam posisi Sarah menduduki kontolnya, Navis pun memeluk Sarah dan mulai mengelus-elus punggung Sarah, lalu bagaikan kekasih yang baik ia mengecup bahu Sarah dengan lembut.
Sarah yang masih terpejam merasakan nikmatnya orgasme keduanya, sejenak melupakan siapa orang yang sedang mengecupnya saat ini. Yang ia tahu, seisi relung tubuhnya sedang bergejolak merayakan perayaan besar yang sudah lama tidak ia rasakan.

Navis pun beranjak dari atas sofa lalu berdiri sambil memegangi Sarah yang masih lunglai lemas sambil terpejam. Ia berdiri di depan Sarah lalu kemudian memutar tubuhnya, sehingga kini ia berada di belakang Sarah. Kedua tangannya mengelus toket Sarah dengan lembut dari belakang, lalu ia pun mengecup leher dan bahu Sarah dengan perlahan dan penuh kemesraan.
Sarah yang masih terlena, pun tersenyum dan melirik sebentar ke arah Navis yang sedang sibuk memberi kenikmatan di titik terlemah di lehernya.
Kontol Navis yang masih juga tegang dan keras terasa menekan belahan pantatnya dari belakang dengan perlahan.
“Lo gelo juga ya? Gue udah kelejotan kaya gini, kontol lo masih belum keluar juga!” Sarah hanya berkata lembut mengomentari gerakan kontol Navis yang bergerak ringan menggoda belahan pantatnya.
“Hmmmm..” Navis hanya menggumam ringan, sambil memandu tubuh Sarah, sehingga kini kedua tangannya berpegangan ke sandaran sofa. Dengan posisi yang agak menungging seperti ini, Sarah pun segera faham bahwa Navis ingin mengocok memeknya dalam posisi doggie style sambil berdiri, “Hehe.. anjing lo ya, tau aja kalo gue paling suka kalo dientot dari belakang.” Sarah sudah lupa daratan. Yang ia tahu sekarang, ia adalah budak dari Navis. Dan untuk semua kenikmatan yang sudah ia peroleh, ia pasrah akan semua perlakuan Navis kepada tubuh montoknya. Yang ia inginkan adalah kenikmatan demi kenikmatan datang dan meledak di dalam tubuhnya.

“Hehe.. artis perek, lo udah siap buat gue jebol dari belakang?” Navis pun buka suara seakan menandai serbuan kontolnya yang sebentar lagi akan beraksi.
“Ah, rese lo! Buruan masukin kontol gede lo… Memek gue udah dingin lagi nih..” Sarah pun menjawab ancaman Navis dengan nada gurauan.

“Siapa bilang memek lo? Gue mau jebol lobang pantat lo yang seksi ini.. Gue yakin pasti belom ada yang merawanin lobang pantat lo kan, Sar.. hehehe.” Navis pun mulai menggerakan kontolnya ke permukaan dubur Sarah.
“EEEHHHH! Apaan tuh! Gue ga mau dianal!! Anjiiiiiiiing Lo!!” Seketika Sarah pun panik ketika menyadari bahwa Navis telah menjebaknya. Namun posisinya yang terkunci seperti ini membuatnya tak berdaya untuk melepaskan dirinya.
Navis pun semakin beringas mendengar erangan Sarah yang panik. Birahinya semakin naik, dan dengan cepat ia menusukkan kontolnya yang besar ke lubang dubur Sarah yang masih sempit..
“AAAAAAAAAGGGGHHHHHH!! Sakiiit Bangsaaat!!” Sarah melotot kesakitan akibat tekanan paksa kontol Navis di lubang duburnya yang masih kering.
Ia tak kuasa menahan air matanya yang keluar karena rasa sakit yang teramat sangat. Sementara Navis yang baru berhasil memasukkan 2/3 kontol panjangnya, mendiamkannya sebentar, agar lubang dubur Sarah beradaptasi sejenak dengan batang besar di dalamnya.

“Bang.. gue mohooon, gue jangan dianal bang.. Sakit bangeeet..” dengan memelas Sarah berusaha memohon kepada Navis, yang sekarang malah sudah dipanggilnya abang. Harga dirinya benar-benar runtuh sekarang.
Mendengar hal ini, Navis malah tertawa terbahak-bahak.. “Alaah, udah lah. Bentar lagi juga udah ga sakit. Ntar palingan lo minta nambah. Dasar perek binal!” Sambil kemudian ia memasukkan sisa ujung kontolnya ke dalam dubur Sarah.

“HHHggggghhhhhaaaaaaaaaaanjiii iiing!” Sarah pun roboh tak bertenaga di atas sofa empuk itu karena rasa sakit yang tak terperi menderanya. Namun Navis dengan sigap segera memegangi tubuhnya yang lunglai, kedua tangannya langsung mendekap dan menopang toket Sarah yang tergantung indah di balik punggungnya.
Sambil meremas-remas toket Sarah yang kenyal dan montok, Navis pun mulai menggenjot kontolnya maju dan mundur, masuk keluar lubang dubur Sarah yang kali ini sudah menganga lebar karena desakan paksa kontol Navis yang sangat besar di lubang dubur Sarah yang sempit.

Sambil menggigit bibirnya, Sarah merasakan betapa ngilunya lubang pantatnya akibat gesekan kontol Navis yang menggenjotnya tanpa belas kasihan. Semakin dalam Navis memasukkan kontolnya, terasa semakin luar biasa rasa sakit yang dirasakan Sarah hingga akhirnya ia meneteskan air mata, tak tahan dengan rasa sakit yang menderanya.

Gesekan Navis mulai melukai lubang dubur Sarah hingga lecet dan mulai mengeluarkan darah. Namun hal ini malah membuat Navis semakin panas dan bernapsu untuk menggenjot dengan lebih cepat.
“Hmmmmmhhhhh…, gila enak bangeeeet! Pereeek, rapet bangeet!” Navis mulai meracau dan merasakan gelombang birahi erotis di dalam tubuhnya mulai bertalu-talu naik dengan cepat dan segera mencapai klimaksnya.

Sarah sudah tak bisa lagi merasakan lubang duburnya. Rasa sakit yang teramat sangat membuatnya kebal dan hanya bisa merasakan betapa besarnya kontol Navis yang masih terus menggenjotnya dengan bernapsu. Rasa sakit akibat lecet di duburnya yang mulai menghilang kini berganti dengan rasa birahi yang perlahan mulai menguasai dirinya. Terlebih remasan tangan Navis di kedua toketnya mulai dirasakannya sebagai pijatan lembut yang menenangkan hatinya.
“Hhhh… baaaaangg… ampuuuun baaaang, gue ga tahan niih” Sarah pun mulai bingung antara harus minta ampun atau minta Navis memberikannya klimaks berikutnya. Ia merasakan bahwa gelombang orgasme di dalam tubuhnya mulai datang dan bagai ombak yang berdebur perlahan, semakin membuatnya terbuai.

Tanpa ia sadari, salah satu tangannya mulai meraba klitorisnya sendiri. Lalu seirama dengan genjotan kontol Navis di lubang duburnya, ia pun menggelitik klentitnya yang sudah menegang dan membesar akibat rangsangan dari tangannya sendiri, “Nggghhh.. anjiiiing, enaaaak…!” Sarah pun meringis keenakan sambil terpejam dan tersenyum, karena ia tahu, sebentar lagi orgasme yang maha dahsyat akan segera melanda dirinya.

“Anjjis Saaar…. bool elo kenceng banget! Pereeeeeek!!! Rasain peju guaaaaa!”, Navis pun berteriak kencang ketika akhirnya ia meledakkan spermanya bersamaan dengan ditariknya kontolnya dari lubang dubur Sarah Azhari. Hasilnya, muncratan demi muncratan sperma hangat berhamburan di punggung Sarah yang mulus.
“Hhggghh.. nnnngggghhhh… nnnggggaaaaaaaahhhhh!!!!!” muncratan sperma Navis dipunggungnya seakan memicu ledakan orgasme maha dahsyat yang sudah ditunggu-tunggu oleh Sarah. Memeknya seakan meledak dan berkedut-kedut dengan liarnya, sembari tangannya masih menggesek klentitnya secara perlahan, seakan berusaha memperpanjang dan menikmati orgasme yang sedang membuai dan menenggelamkan dirinya.

Melihat Sarah yang sedang dimabuk orgasme, Navis pun membalikkan tubuh Sarah dan mendudukannya di sofa. Lalu ia dekatkan kontolnya yang masih berkedut-kedut ringan memuncratkan sisa-sisa spermanya ke muka Sarah yang masih terpejam.
Seakan mengerti akan cipratan-cipratan hangat di mukanya, sambil masih terpejam, Sarah pun menjulurkan lidahnya mencari sumber cipratan yang tak lain adalah kontol Navis yang masih setengah tegang. Lidahnya dengan telaten menjilati dan membersihkan kontol Navis dari sisa-sisa sperma yang berlelehan di batang kontolnya.
Pemandangan yang indah ini, segera saja dimanfaatkan oleh Navis untuk dijadikan dokumentasi melalui kamera handphonenya.
Sarah yang masih keenakan merasakan orgasmenya sendiri, sembari menjilati dan membersihkan kontol Navis dengan telaten, tak sadar akan kamera hp Navis yang menjeprat jepret dengan jelas wajahnya yang sedang merem melek mengulum kontol Navis.

Setelah kontolnya bersih dan mengkilat setelah dijilati lidah Sarah Azhari yang hangat, Navis pun segera bangkit dan beranjak berdiri mengambil pakaiannya yang berserakan.
Sarah yang masih telanjang bulat dan diceceri sperma Navis di sekujur muka dan punggungnya kini berselonjor tiduran di sofa, sambil membuka matanya dengan lemah, ia mulai merasakan redanya gelombang orgasme di dalam tubuhnya, “Heeii.. bangsat, gue ga nyangka kontol lo sedahsyat ini. Anjing lo ya!” ujarnya ringan sambil tersenyum simpul, mengakui kehebatan kontol Navis dengan candaan bahasa kotor yang biasa ia lakukan dengan teman-teman prianya.

Navis pun balik tersenyum lalu berkata, “Hehe.. sama lah Sar. Memek lo juga enak. Apalagi gue bisa ngejebol bool lo untuk pertama kalinya. Gue ga nyangka bool lo masih perawan.”

“Emang bajingan lo! Sakit banget tauu..” ujar Sarah manja, namun seakan diingatkan, kini Sarah mulai merasakan perlahan lubang duburnya sudah hilang rasa kebalnya dan rasa ngilu dan perih perlahan muncul akibat luka hebat yang masih menganga di bibir duburnya.
Melihat Navis yang melangkah pergi dan menuju pintu apartemen, Sarah pun memanggilnya, “Heh.. bangsat, maen pergi aja. Kalo gue mau dapet orgasme dahsyat kaya gini lagi.. Gue bisa panggil elo dimana?”, dengan nada centil dan binal yang khas dirinya. Seperti sudah melupakan apa yang dilakukan Navis dengan paksa terhadap dirinya, kini Sarah sudah menganggap Navis sebagai salah satu teman pria yang baru saja bermain seks dengannya.

Namun jawaban Navis betul-betul di luar dugaan, “Haha.. sorry perek cakep. Lo ga mungkin gue puasin lagi.. Soalnya kontrak gue cuma sekali ini doang. Tapi gue ga nyesel kok, memek ama bool elo emang kualitas perek kelas satu!” sambil mulai membuka pintu apartemen dan melangkah perlahan keluar.
Sarah yang kebingungan mendengar jawaban Navis pun bangkit duduk dan berteriak, “Eh…, kontrak? Kontrak apaan bangsat?!”

“Tanya aja ama Oom Henry kesayangan elo itu.” Jawab Navis sambil berlalu dan menutup pintu apartemen yang kemudian mengunci dengan otomatis.
Jawaban pendek Navis yang terakhir ini seakan menjadi gledek yang menggetarkan tubuh Sarah Azhari yang sekarang duduk terbengong tak percaya. Kedua matanya yang bulat dan nyalang terbuka tampak kosong, sepolos tubuhnya yang mulus yang terduduk di atas lembutnya sofa.
Perlahan ia berusaha memahami apa yang bakal terjadi pada dirinya setelah perkosaan yang dilakukan dengan terencana oleh Navis Qurtubi dan Oom Henry Yosodiningrat yang sangat dipercayainya itu.

Duo Maia

Prrokk..prokk.prokk..’ tepuk tangan yang riuh dan kencang mengiringi Maia dan Mey Chan yang baru selesai bernyanyi.
‘Terima kasih semuanya..’
Duo Maia tersebut membungkukkan badan dan melambaikan tangan sebagai ucapan terima kasih kepada para penonton kemudian mereka pun jalan menuju ke belakang panggung. Mereka baru saja selesai membawakan dua lagu di sebuah pentas di mal di daerah Jakarta Utara. Maia dan Mey Chan lebih dikenal dengan Duo Maia. Maia berumur 31 tahun dan sedang sibuk dengan perceraiannya serta anak-anaknya yang masih kecil namun tentu saja ia juga sibuk dengan kegiatan bernyanyi. Sejak kisruh di tubuh Ratu yang berakhir dengan hengkangnya Mulan Kwok dari band yang membesarkan namanya, Maia kemudian membentuk Duo Maia, dengan merekrut Mey Chan, seorang penyanyi lokal asal Malang.Sementara Mey Chan berumur 22 tahun dan menggantikan Mulan yang selama ini menjadi duet Maia. Mey Chan sendiri belum banyak dikenal di dunia musik Indonesia, meski perempuan yang mengaku bermusik sejak usia 14 tahun itu telah bergabung di beberapa grup musik. Namun demikian kemampuan bermusiknya terbilang mumpuni, dilihat dari kemampuannya memainkan piano, gitar, bass dan juga drum. Hal ini akan memberi energi baru bagi Maia dan grup duonya.

‘Hmmmpphhh.. akhirnya selesai juga ya bunda..’ kata Mey seraya mendaratkan pantatnya di sofa ruang ganti artis tersebut.
‘Iya. Padahal hari ini kita nyanyi ga lama loh..tapi kok kayaknya capek banget ya..’ kata Maia seraya membongkar tas nya dan mengambil air minum.
‘Kayaknya tadi kelamaan nunggu deh kita..jadi keburu capek duluan..’
‘Iya juga sih.. kamu mau bersihin make up disini apa di hotel ?’ tanya Maia.
‘Di hotel aja deh..’ kata Mey Chan sambil ikut menengguk air dari botol Maia.
‘Bentar ya aku mau nelpon anak-anak di rumah..’ kata Maia sambil memencet tombol HPnya.
‘Halo…Ti..Siti..anak-anak dah pada tidur belom ?’ tanya Maia kepada pembantunya.
‘Oh..sudah Bu.. barusan mereka tidur..’ kata Siti.
‘Bsok jangan lupa siapin sarapan buat mereka, sama susu ada di kulkas kayak biasa ya..’
‘Baik Bu..mmm…Ibu kapan pulangnya ?’
‘Ohh..saya paling bsok rada sore-sore juga udah pulang.. Ya udah kamu jaga rumah baik-baik ya Ti..’
‘Iya, Bu..’
Maia pun kemudian mematikan HPnya. Dilihatnya Mey Chan ternyata sedang sibuk ber-SMS-an ria.
‘Mau ke hotel sekarang Mey?’ tanya Maia.
‘Yuk..’ jawab Mey Chan sambil tetap matanya memandang ke HP dan jarinya sibuk memencet tombol-tombol.

Mereka pun berjalan ke arah parkiran.
‘Bun, minggu ini jadi ke Jepang?’ tanya Mey sambil berjalan.
‘Jadi..abis itu mau ke Eropa juga.. kamu mau ikut ga ?’
‘Ah ga enak ah bunda… Bunda kan pergi sama keluarga…’ kata Mey.
‘Yeeee.. ya gapapa lah..ikut aja.. toh orang-orang rumah juga kenal sama kamu..’ Maia coba membujuk.
‘Iya sih..tapi ga usah deh..aku di Jakarta aja..hehehe..’ Mey tersenyum manis pada Maia.
‘Ya teserah kamu aja..’ kata Maia sambil memencet remote pada kunci mobil yang dipegangnya.
Maia tidak berlama-lama dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Kemudian mereka pun melaju menuju ke hotel untuk beristirahat. Mereka tidak tahu kalau esok harinya akan menjadi hari yang melelahkan. Jauh lebih lelah dari hari ini. Sebuah mobil membuntuti mereka dari belakang namun tentunya mereka tidak sadar.

#############################
Di Hotel

‘Parkir situ aja bunda..’ kata Mey sambil menunjuk ke arah parkiran yang kosong.
Maia pun langsung bergerak tanpa menjawab. Dengan sigap ia pun langsung melakukan parkir mundur. Setelah beres mereka mulai mengambil tas masing-masing, turun, dan kemudian masuk ke dalam hotel tersebut.
‘Malam mas..’ Mey Chan menyapa receptionist di hotel tersebut.
‘Malam mbak Mey Chan dan mbak Maia..’ receptionist itu pun membalas dengan ramah. ‘Ini kartunya..’ kata pria itu seraya menyodorkan kartu untuk kamar mereka.
‘Wah uda hafal ya..hehehe.. makasih ya mas..’ kata Mey seraya berjalan menuju lift.
Pria itu hanya tersenyum melihat tingkah Mey yang masih lincah saja di malam hari. Maia pun hanya tersenyum kecil kemudian menyusul Mey. Tidak lama berselang, receptionist itu dikejutkan karena kedatangan seorang bapak-bapak.
‘Malam, pak..ada yang bisa saya bantu?’
Bapak tua itu hanya tersenyum dan mengangkat kopernya, diletakkannya di depan receptionist itu dan dibukanya. Si receptionist sungguh kaget melihat isi koper tersebut. Sementara si bapak tua tersenyum terkekeh-kekeh.

############################## #
Lantai 5…

Tinnggg..lift pun terbuka di lantai tempat kamar mereka berada. Mereka pun berjalan menuju ke kamar dan masuk ke dalamnya.
‘Hhhmmpp akhirnya bisa istirahat..’ Mey merebahkan diri di tempat tidur.
‘Eh jangan langsung tidur aja Mey..bersih-bersih dulu sana..ganti baju dulu..’ kata Maia sambil mengorek isi koper bajunya.
‘Bunda duluan aja deh..’ kata Mey sambil memejamkan mata.
Maia pun membawa sikat gigi dan pembersih muka menuju kamar mandi. Mey Chan sambil tidur-tiduran matanya memandang seisi kamar. Ia sendiri sedang tidur di atas sebuah kasur ukuran king size yang besar dan empuk. Tepat di seberang tempat tidur itu ada TV dan di sebelahnya ada meja rias. Di kanan tempat tidur terdapat sebuah meja kecil dan dua tempat duduk untuk tamu yang ingin bersantai sambil minum teh. Mereka memang mengambil kamar yang terkesan standard karena mereka hanya ingin menginap selama satu malam.
‘Mey..aku udahan.. tuh pake aja kamar mandinya..’ Maia keluar dari kamar mandi sambil memakai baju tidur yang sudah dibawanya dari rumah.
‘Iya bunda..’ Mey Chan pun bangun dari tempat tidur, menuju tas nya, mengambil sikat gigi dan pembersih muka lalu ke kamar mandi.

Maia menghidupkan TV mencoba mencari acara TV yang bagus.
‘Bunda, bsok mau ke mal dulu ga?’ tanya Meychan dari dalam kamar mandi.
‘Mau ngapain ?’
‘Mau cari sepatu, baju, sendal, ya shopping-shopping aja..mau ga ?’ tanya Mey sambil menyikat giginya.
‘Ya uda boleh..tapi abis kita check-out aja..kita check-out, makan siang, terus jalan ke mal..ok?’
‘Siap, bunda !!’ kata Mey sambil kembali ke kamar mandi.
‘Mey, aku tidur duluan ya..ngantuk..’ kata Maia sambil mematikan TV karena tidak ada acara yang bagus.
‘Iya, aku juga mau langsung tidur nih..ngantuk.. hoooaaahhmm..’ Meychan yang sudah selesai bersih-bersih dan sudah memakai baju tidurnya pun naik ke atas tempat tidur itu dan tidak lama kemudian mereka berdua pun tertidur.

############################## #
Jam yang sama..lantai dasar hotel..

‘Ini pak jadwal pelayan yang tugas bsok..’ kata receptionist tadi yang bernama Herman.
‘Hmmm..’ sementara bapak tua yang bernama Bapak Kuncoro itu hanya memandangi jadwal tersebut.
‘Ok..bapak bisa minta bantuan sama yang namanya Rudi..karena saya tau persis dia lagi butuh uang buat bayar bandar karena dia kalah judi pak..satu lagi ini namanya Udin pak.. dia petugas kebersihan kamar buat bsok pagi..’
‘Baik..besok saya akan ketemuin mereka..kamu besok bertugas malam lagi?’ tanya bapak tua tersebut.
‘Iya pak..tapi hari ini saya tugas sampai sekitar jam 8 pagi.. jadi saya bisa anterin ketemu Rudi dan Udin..’
‘Bagus…sampai ketemu bsok.. dan menurut saya, kamu bsok jangan jauh-jauh dari hotel ini..hehehehe’ pak Kuncoro pun tertawa dengan nada yang berat kemudian berjalan ke arah keluar hotel.
Herman pun segera berlari untuk mengembalikan jadwal kerja yang seharusnya dipegang manager HRD tersebut. Herman adalah seorang bujangan berumur 25 tahun, orangnya tidak jelek namun tidak ganteng. Tingginya cukup tinggi tapi ia orang yang cukup gemuk. Ia sangat senang dengan model rambutnya yang spike itu. Sementara bapak-bapak yang tadi adalah pak Kuncoro. Seorang konglomerat, pengusaha tekstil yang sukses. Beliau adalah duda. Kepalanya botak hanya kumis yang mau tumbuh di kepalanya. Perutnya buncit dan wajahnya sudah mulai mengkeriput karena umur.

############################## ###
Jam 9 pagi, keesokan harinya..

‘Mey..bangun Mey.. kamu ga mau sarapan ?’ kata Maia mencoba membangunkan Mey Chan.
‘Mmmmmmhhhhhh..emang uda jam berapa sih bunda ?’ tanya Mey dengan mata tertutup.
‘Udah jam 9..buruan aku aja udah rapi nih..hehe’ Maia berkata sambil senyum.
Mey Chan pun mencium dengan jelas bau parfum Maia. Parfum mahal dengan wangi khas seorang ibu.
‘Hoooaaaahhhmmm..ya uda aku mandi dulu, bunda turun aja duluan nanti kita ketemu di restorannya aja..’ Meychan pun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.
‘Ya uda..jangan lama-lama ya..’ Maia pun menuju ke arah keluar kamar.
Maia hari ini mengenakan you can see warna putih dipadu celana jeans panjang warna hitam serta sepatu hak tinggi warna putih. Sepanjang perjalanan menuju lift beberapa karywan yang kebetulan lewat menyapa Maia dengan ramah. Ada juga orang yang menginap disitu dan mengetahui bahwa itu adalah Maia, maka mereka pun tidak mau membuang kesempatan dan mengajaknya foto bersama. Setelah melayani beberapa penggemarnya itu untuk foto bersama, Maia mengambil ponselnya, seperti kebiasaanya hari-hari ini, setiap pagi Maia menelpon kerumah, sekedar memastikan keadaan ketiga anaknya, terlebih urusan sekolah mereka yang sering diabaikan oleh ayah mereka yang diktator itu,.. perlahan jantungnya kian berdebar kencang, ya seperti inilah keadaan Maia, bahkan untuk menelpon anak-anaknya sendiri pun ia harus menahan rasa takut kalau-kalau yang mengangkat adalah suaminya.

Perlahan nada tunggu terdengar di telinga Maia, hingga beberapa saat kemudian seseorang mengangkat telepon-nya.
” Halo,.. ” tanya Maia perlahan,.
” Ya,.. ” jawab diseberang sana singkat,..Mas Dhani
Jantung Maia berdebar keras, karena tau siapa yang mengangkat teleponnya,..
” Dul mana ?? ” Tanya Maia, karena ia memang sengaja menghubungi ponsel Dul,.
” Masih tidur, kenapa ?? “
” Sekarang kan jam-nya sekolah, kenapa gak sekolah,.. ” kata Maia cetus, karena selalu begitu, anak-anaknya jarang sekolah kalau ia sedang tidak ada dirumah,..
” Loh, kasian kan anak-anak, lagi katanya malas,.. ” Jawab Ahmad Dhani tak bertanggung jawab,..
” Loh gak bisa gitu donk,.. sini kasih teleponnya ke Dul,.. ” Maia malas menanggapi suaminya itu yang pasti mengajaknya bertengkar,..
” Masih tidur, nanti ajalah” jawabnya sok bijak,..
” Gak cepat,..kasihin sekarang !! ” Bentak Maia,..
” Loh, kenapa jadi membentak,.. ” Kata Dhani
” Tolong,.. ” Maia mengalah,..
” Yawda nanti saya sampaikan, teleponnya nanti saja,.. ” Dhani menutup telepon,..
” Dasar Kambiiiii,… ” tak sempat terucap, Maia masih menahan emosinya, bagaimana pun yang ada di pikirannya adalah bagaimana mendapatkan hak asuh anak-anaknya itu,..

Begitulah keadaan keluarganya sekarang, bahkan untuk sekedar bisa bercerita, dan berbincang panjang lebar seperti dihalang-halangi, terhalangi oleh ke-egoan suaminya yang masih terjebak dengan kejayaan masa lalu, yang membuatnya menjadi sombong dan diktaktor, memakai topeng bijak, padahal memeluk wanita-wanita lain. Dengan menahan rasa kesal, Maia pun menekan tombol lift untuk turun, ia hanya bisa terus mengalah sambil menahan rasa jengkel terhadap kambing yang sampai saat ini masih menjadi suaminya itu. Sementara Meychan sedang mandi sambil menyabuni seluruh badannya. Di bawah siraman shower tersebut Meychan pun bernyanyi nyanyi kecil sambil sedikit melakukan dance. Bersiul-siul, Meychan memang sosok yang sangat lincah dan enerjetik. Setelah selesai ia pun mengenakan bra warna biru muda tanpa tali dan celana dalam yang sepadan warnanya dengan bra tersebut. Kemudian dikenakannya tank top warna pink serta rok mini dari bahan jeans. Sepatu hak dengan warna silver dan semprotan parfum yang wanginya segar itu pun membuat Meychan tampil sangat cantik. Setelah mengatur rambutnya, ia pun keluar kamar dan bergegas menuju ke bawah karena Maia sudah menunggu.

Tidak lama setelah mereka pergi, ternyata ada yang hendak masuk ke kamar itu…
‘I-ini pak kartunya..’
‘Ya uda buka donk !!’ pak Kuncoro membentak Udin. Udin adalah seorang petugas kebersihan disitu. Ia yang bertugas membersihkan setiap kamar di lantai 5 hotel tersebut. Kulitnya hitam karena sering naik bus dan angkot. Umurnya baru 20, 30 tahun lebih muda dari pak Kuncoro.
‘Ba-baik pak..’ Udin pun gemetar karena dibentak bentak.
Setelah dibuka pak Kuncoro pun masuk dan memberikan uang 100.000 untuk Udin.
‘Makasih pak..’ kata Udin.
‘Iya..iya..sudah sana kamu pergi..’ kata pak Kuncoro.
Udin pun pergi dan meninggalkan pak Kuncoro di dalam seorang diri. Pak Kuncoro pun hanya tersenyum-senyum duduk di tepi ranjang sambil menunggu kedua korbannya datang.

############################## #
Di saat yang sama, restoran hotel…

‘Bunda sori ya lama..’ kata Meychan sambil duduk di sebelah Maia.
‘Kamu tidur kok kayak pingsan gitu loh..hehehe’ kata Maia sambil tertawa.
‘Kan capek bunda..’ Mey bergaya ngambek sambil memonyongkan bibirnya.
‘Tuh disana ada bubur, ada roti, terserah kamu aja mau yang mana..ambil gih…’ kata Maia.
Meychan pun menuju ke arah tempat pengambilan bubur. Setelah diambilnya semangkok bubur, ia pun mengambil segelas jus yang sudah disediakan. Meychan kembali ke meja.
‘Pagi mba Maia dan mba Meychan.. mau kopi atau teh?’ seorang pelayan berumur 23 tahun berperawakan kurus dengan cepak mencoba menawarkan mereka teh atau kopi.
‘Mmmm aku kopi..’ kata Maia.
‘Aku teh..’ Meychan menyusul jawaban Maia.
‘Baik..segera saya ambilkan…’ pelayan itu pun menuju ke arah dapur.

‘Rud, teh yang di dalem kenapa loe taro sini? Ini ada pot kopi juga disini’ tanya seorang chef.
‘Oh maaf ya pak saya tadi lupa bawa itu keluar..’
‘Rudi..Rudi.. jangan lupa lagi ya..nanti pelanggan pikir kita ga nyediain teh sama kopi..ok?’ tanya sang chef.
‘Baik pak..ini ga akan terulang.’
Chef itu mengangguk-angguk dan kemudian berlalu untuk memasak kembali. Sementara Rudi mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebungkus serbuk ‘ajaib’ persembahan pak Kuncoro tadi pagi. Tanpa buang-buang waktu Rudi pun memasukkan serbuk itu ke dalam cangkir yang satu serta cangkir yang kedua.
‘Segini kebanyakan ga ya..’ pikir Rudi dalam hati. ‘Katanya sih suruh 2 gram aja cukup tapi gue mana ngerti 2 gram seberapa.. ah uda setengah sini setengah sana deh..’ akhirnya Rudi memasukkan bubuk tersebut dan kemudian menuangkan kopi di atasnya. Sementara yang satu lagi dituangnya teh. Setelah beres, Rudi pun kembali ke meja dimana Maia dan Meychan telah menunggu.
‘Silahkan..’ kata Rudi sambil meletakkan cangkir itu sesuai pesanan masing-masing.
‘Makasih ya mas..’ kata Mey Chan.
Rudi pun hanya menjawab dengan senyuman.

‘Mey kalo sepatu model gini cocok ga sih buat aku?’ tanya Maia sambil menunjuk gambar di majalah yang sedang dibacanya.
‘Kayaknya sih cocok-cocok aja..nanti kita cari aja di mal..’ kata Mey sambil menenggak habis jusnya.
‘Aku juga mau cari tas ah nanti..hehehe’ Maia tertawa sambil terus asyik membaca majalah itu.
‘Bunda udahan makannya?’ tanya Mey.
‘Udah..kenyang banget..’ Maia pun meminum kopi yang tadi dipesannya.
Mey pun meminum teh tersebut sambil ngobrol ringan dengan Maia. Sambil sesekali membahas soal fashion atau pun soal berita yang ada di majalah. Tanpa terasa teh dan kopi itu pun habis. Maia dan Meychan mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa.
‘Bunda kok kayaknya tiba-tiba panas ya..gerah..’ kata Meychan.
‘Iya nih apa ACnya mati ya..tapi kok yang laen pada tenang-tenang aja tuh..’ kata Maia sambil melihat ke sekeliling.
Meychan tidak menjawab karena tiba-tiba jantungnya berdetak kencang, ia merasa ada sesuatu yang lain dari dalam dirinya. Darahnya serasa mengalir lebih kencang, wajahnya pun tiba-tiba memerah semu, dirasakannya selangkangannya pun mulai mengeluarkan cairan tanpa bisa ia kendalikan. Dilihatnya Maia, ternyata Maia pun megalami hal yang sama. Maia mulai tampak tidak tenang dan gelisah, kakinya pun ditutup rapat sambil mulutnya menggigit bibir bawahnya. Karena tidak tahan lagi Maia pun hendak kembali ke kamar.
‘Mey..a-aku ke kamar dulu ya..’ kata Maia sambil merapikan majalahnya kemudian mengambil tasnya dan hendak bergegas menuju ke kamarnya.
Meychan menahan tangan Maia dan berkata, ‘A-aku juga ikut ya bunda..’
‘Kamu tunggu sini aja..aku paling bentar doank..’ kata Maia mencoba menutupi birahi yang melandanya. Memang Maia berniat kembali sendiri ke kamar dan melakukan onani.
‘Please..’ Meychan memohon.

Karena tidak tega dan Maia mengetahui apa yang sedang menimpa dirinya, menimpa Mey juga, maka ia pun mengangguk pelan dan kemudian menggandeng tangan Mey untuk segera naik ke atas. Mereka pun menuju ke lift dengan napas yang sudah memburu. Napas untuk segera disetubuhi. Mereka sudah tidak bisa tahan lagi. Meychan pun mengenggam tangan Maia dengan erat karena sudah sangat terangsang.
Tinnggg.. beruntung lift itu tidak terlalu lama untuk mereka tunggu. Mereka pun segera masuk dan lift tersebut kebetulan kosong. Maia dan Meychan tidak membuang kesempatan itu. Mereka saling berciuman satu sama lain, berpagutan, dan saling membelit lidah satu sama lain.
‘Mmmmhhhh…hhhhhmmhh..’ hanya itu yang keluar dari mulut mereka masing-masing.
Tangan Maia pun naik dan meremas dada kanan Meychan. Sementara Meychan membalas dengan meremas bongkahan pantat Maia. Tapi sebelum melangkah lebih jauh lagi Maia sadar bahwa mereka sedang berada di dalam lift.
‘Mey, kita lanjutin nanti ya..uda mau sampe nih..’ kata Maia dengan napas tersengal-sengal.
Meychan pun mengangguk pelan. Tiinnnggg.. lift itu pun sampai. Mereka berjalan dengan cepat sambil bergandengan tangan menuju ke kamarnya. Sapaan dari orang yang ada di lorong itu tidak mereka gubris sama sekali, sehingga membuat beberapa orang heran.
‘Itu duo maia kan?’ tanya seorang bapak pada istrinya.
‘Iya..tapi kok sombong banget ya..tadi mama sapa mereka diem aja..’ kata sang istri.
‘Lagi buru-buru kali ma..udah yuk kita turun aja..’ keluarga tersebut pun berjalan dan berlalu.

Sementara Maia dan Meychan telah sampai di depan kamar mereka…
‘Ayo cepet Mey..buka pintunya..’ Maia mencoba memburu-buru Meychan.
‘Sabar donk bunda..tadi aku taro di dalem tas kok..aduhh mana ya..’ Meychan berusaha mengaduk-aduk tasnya sambil mencari kartu untuk membuka pintu tersebut.
Jeggrekk.. Maia dan Meychan sungguh kaget melihat pintu itu terbuka dengan sendirinya dari dalam. Sesosok pria tua ada di balik pintu itu dan dengan senyumnya yang licik ia mempersilahkan masuk.
‘Ahh..rupanya kalian sudah datang.. ayo silahkan masuk..’ kata pak Kuncoro.
Tapi keduanya hanya bisa terdiam dan bengong. Mereka bingung kenapa bisa ada orang di dalam kamar mereka dan apa yang telah tua bangka ini lakukan selama mereka pergi.
‘Loh kok semuanya diem? Bingung? Sudah ga usah bingung..masuk..’ pak Kuncoro pun bergaya seolah mempersilahkan mereka masuk.
Mereka pun masuk ke dalam karena tidak mungkin juga melampiaskan birahi di luar.
‘Kok..kok..bapak bisa disini?’ tanya Meychan.
Pak Kuncoro menutup pintu itu kemudian berjalan menuju ke arah kursi kecil di samping ranjang.
‘Nama saya Bapak Kuncoro…Saya disini hanya sebagai sutradara kok..silahkan kalian melakukan apa yang perlu kalian lakukan..’ pak Kuncoro berkata demikian sambil meminum tehnya yang diletakkan di meja kecil di sampingnya.
Kedua wanita itu bingung harus melakukan apa. Di satu sisi mereka malu bergumul di depan orang yang tidak dikenal tapi di sisi lain mereka sudah sangat tidak sabar lagi untuk disetubuhi.

‘Gimana nih bunda?’ tanya Meychan dengan napas yang mulai tidak terkendali.
‘Biarin aja lah Mey..toh kita ga kenal sama dia.. biarin aja.. lagian aku uda ga tahan lagi..’ selesai berkata demikian Maia kembali melumat bibir Meychan yang tipis itu.
‘Mmmhhh..mmmhhh…’ Meychan pun membalas dengan memasukkan lidah ke dalam mulut Maia.
Pak Kuncoro pun tersenyum penuh kemenangan melihat adegan tersebut. Ia pun megeluarkan HP dan merekam kejadian itu, ya itung-itung buat jaga-jaga aja seandainya mereka mau berbuat yang aneh-aneh. Meychan mendorong tubuh Maia hingga Maia terlentang di tempat tidur yang ada di kamar tersebut namun kakinya masih menjuntai ke lantai. Tanpa berlama-lama lagi Meychan pun hendak membuka tank topnya.
‘Eit eit eit..no..no..no…’ tiba-tiba pak Kuncoro menghentikannya. ‘Meychan kamu buka bajunya Maia dan Maia kamu buka bajunya Meychan..semuanya..cepet..samp ai bugil…hehehe..’ setelah berkata demikian pak Kuncoro kembali mengarahkan HPnya.
Meychan pun menurut dan kemudian membuka baju Maia, sehingga tampak lah gunung kembar yang ditahan oleh bra warna putih. Tidak berlama lama segera dibuka sepatu hak dan diturunkan jeans yang dikenakan Maia beserta celana dalamnya. Sehingga tampaklah vaginanya yang berbulu lebat itu.
‘Sini Mey..gantian…’ kata Maia.
Dibukanya tank top pink tersebut, pak Kuncoro yang melihat adegan tersebut menelan ludah karena melihat keseksian dua wanita itu. Apalagi Meychan mengenakan bra biru muda tanpa tali. Maia pun membuka rok yang dikenakan Meychan sehingga tampaklah celana dalam dengan warna yang sama. Maia pun melepaskan celana dalam itu dan tampaklah vagina Meychan yang ditumbuhi oleh bulu-bulu tipis saja. Meychan melepaskan BHnya sendiri begitu pula dengan Maia. Sehingga di kamar itu hanya ada 2 wanita cantik tanpa sehelai benang pun dan seorang lelaki tua.

Setelah itu, Mey duduk di sebelah kiri Maia dan mereka akhirnya kembali berciuman satu sama lain. Kali ini Maia semakin agresif dan tangan kanannya langsung meremas dada kanan dari Meychan. Diperlakukan demikian, Meychan tidak pasif, tetapi tangan kirinya meremas payudara Maia kiri kanan secara bergantian.
‘Mmmhhh..mmmhhh..’ air liur mereka mulai keluar karena ciuman mereka yang sangat bernafsu.
Ciuman Meychan mulai berpindah ke leher Maia. Dijilatinya dan dihisapnya leher ibu 3 anak tersebut. Wangi dari parfum Maia membuat Meychan semakin bernafsu saja. Tangannya pun diturunkan dari payudara meuju selangkangan Maia.
‘Aaaahhh..’ Maia melenguh saat dirasakannya 2 jari temannya itu memasuki vaginanya.
Meychan menggerakkan jarinya mundur maju dengan cepat. Dirasakannya vagina Maia yang memang sudah becek dari tadi.
‘Bunda, aku mau nyusu ya?’ tanya Meychan manja.
Maia hanya bisa mengangguk. Dirasakannya lidah Mey bermain main di putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Gerakan lidahnya memutar, melingkari, dan menyentil ujung putingnya sehingga membuat benda itu mengeras. Setelah puas dengan yang kanan, Mey pun berpindah ke kiri. Maia pun hanya bisa menahan kepala Mey agar tidak berhenti menyusu. Jari-jari dari Mey pun semakin cepat saja keluar masuk sehingga tubuh Maia mulai bergoncang-goncang keenakan. Pak Kuncoro yang melihat adegan itu, sudah tidak tahan lagi. Ia membuka kemeja dan celananya sendiri. Kemudian ia pun berdiri di depan Maia. Maia pun mengerti keinginan dari orang tua tersebut. Digenggamnya penis hitam dengan kepala disunat itu, ukurannya lumayan panjang. Dijilatnya dan kemudian dimasukkan benda tersebut ke mulutnya.

‘Uhhh..’ pak Kuncoro merasakan kenikmatan mulut artis tersebut.
Pak Kuncoro menggerakan pinggulnya seperti menyetubuhi mulut Maia. Untungnya ibu yang satu ini sudah berpengalaman sehingga bisa mengimbangi perlakuan dari pak Kuncoro.
‘Mmmmhhh..mmhhh..mmhhhh..’ Maia merasakan nikmat yang melanda dirinya. Payudara kirinya sedang diserang oleh Meychan, sementara yang kanan diremas oleh pak Kuncoro. Vaginanya sendiri sedang ditusuk oleh 2 jari Meychan, jari-jari itu keluar masuk semakin lama semakin cepat. Bahkan terkadang Mey menggerakan jari-jarinya di dalam sehingga menimbulkan sensasi tersendiri buat Maia.
‘Mmmmmhhhhhhhh…’ satu erangan panjang menandakan orgasme Maia telah datang.
Mey mengeluarkan jarinya yang belepotan dengan cairan tersebut kemudian menjilati dan mengulumnya jarinya sendiri sampai bersih. Pak Kuncoro mengeluarkan penisnya dari mulut Maia dan memberinya kesempatan untuk beristirahat. Maia pun rebahan di tempat tidur itu sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.
‘Mey..lanjutin nih..’ kata pak Kuncoro sambil menunjuk kemaluannya itu.
Meychan menjulurkan lidahnya dan menjilati kepala penis tersebut, memutar, dan terus sampai ke buah zakarnya. Dijilati buah itu, bahkan dikulumnya. Dikocoknya sebentar dengan tangannya yang halus kemudian dibimbing ke dalam mulutnya.
‘Woogghh..’ pak Kuncoro keenakan dengan perlakuan dari Mey.

Meychan mulai memaju mundurkan kepalanya sambil lidahnya terus menjilat dengan gerakan memutar. Tangan pak Kuncoro tidak tinggal diam, tangan kanannya menahan dan membelai rambut Meychan sementara tangan kirinya bergerilya di payudara perempuan tersebut. Dipilin dan dicubitnya putting Meychan yang pink kecoklatan itu dengan gemasnya.
‘Mmmmhhhhh..’ desahan Meychan tertahan karena penis pak Kuncoro memenuhi mulutnya.
‘Mey..cukup..tiduran sana..’ kata pak Kuncoro sambil melepaskan penisnya karena ia tidak ingin buru-buru menyudahi permainan ini.
Meychan pun tiduran tepat di sebelah kiri Maia. Penis pak Kuncoro terasa mulai membelah bibir vaginanya. Terasa vaginanya sudah sangat basah. Wajar saja karena memang sudah sedari tadi terangsang baik karena obat ditambah karena perlakuan dari pak Kuncoro sendiri.
‘Engghhh..pe-pelan pelan pak..’ kata Meychan. Meskipun sudah tidak perawan tapi vaginanya terasa sangat sempit.
‘Siap ya Mey..’ kata pak Kuncoro. Belum sempat dijawab, pak Kuncoro sudah keburu mendorong pinggulnya sekuat tenaga dan amblas lah penis itu ke dalam vagina Meychan.
‘Aaaaaaahhhhhhhhhhhh…’ Meychan hanya bisa memejamkan mata sambil menggigit bibirnya menahan sakit.
‘Sori Mey abis saya udah ga tahan sih..’ kata pak Kuncoro sambil cengegesan.

Setelah Meychan terlihat mulai tenang, pak Kuncoro menggerakan pinggulnya mundur maju secara perlahan. Meychan yang sudah tidak tahan pun ikut menggerakan pinggulnya sendiri berharap pak Kuncoro mau menungganginya dengan lebih cepat. Pak Kuncoro yang paham dengan maksud Mey, memenuhi permintaan wanita itu dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Bunyi plokk..plokkk.. terdengar tiap kali dua benda itu bertemu.
‘Ahhh..aaahh..ahhh…’ Meychan mendesah sejadinya.
Disaat mulutnya terbuka tiba-tiba dirasakannya Maia kembali menjulurkan lidahnya ke arah mulut terbukanya. Meychan menanggapi dengan mengulum lidah Maia. Kedua wanita itu saling berpagutan. Remasan pun medarat di kedua payudara Meychan. Di bawah pun pak Kuncoro semakin cepat memacu vagina Mey. Serangan – serangan itu membuat Mey tidak tahan lagi. Namun tiba-tiba di saat sudah hampir mencapai orgasme, pak Kuncoro mencabut penisnya. Meychan menjadi heran.
‘Pa-pak..please masukin lagi..’ kata Meychan sambil melepaskan cumbuan Maia.
Pak Kuncoro malah berjalan menuju ke arah kursi kecil tempat pertama ia duduk. Ia memencet HPnya, tampak ia mengirim sebuah SMS. Di tempat tidur Meychan yang merasa sangat tanggung itu membuka bibir vaginanya dengan kedua jari tangan kanannya sendiri, sementara jari tangan kirinya digunakan untuk menusuk lubang kewanitaannya sendiri. Maia membantu dengan memberi rangsangan pada payudara Meychan. Dihisapnya puting sebelah kanan serta dipilin puting yang sebelah kiri. Terus menerus secara bergantian.
‘Ahhh..ahh..ahhhhhhhhhhhhhh’ Meychan pun mengerang dan cairannya membanjiri selangkangan serta jarinya.
Maia mengambil tangan kiri Mey dan kemudian menjilati jari yang penuh cairan tersebut.
‘Mmmhhh..mmmmhhh..’ Maia mengulum jari Mey sambil mendesah.

Tiba-tiba…Tok tok tok tok.. ada suara orang yang mengetuk pintu…
Maia dan Meychan terkesiap. Mereka langsung memandang ke arah pak Kuncoro yang sedang terkekeh-kekeh.
‘Hehehe… tenang-tenang kalian berdua ga usah panik.. itu pasti temen saya…ayo Maia tolong dibukain pintunya..hehehe..’ Maia pun sudah seperti kerbau dicucuk hidungnya dan menurut saja.
Jeggreekk…pintu pun dibuka..
‘Halo..mbak Maia…wah udah enak nih kayaknya..hehe..’ ternyata yang memulai pembicaraan adalah Herman.
‘Saya Herman..’ receptionist itu menjabat tangan Maia sambil meremas dadanya.
‘Kalau saya Rudi..yang tadi pagi itu loh mbak..’ Rudi meremas pantat Maia.
‘Sa-saya Udin mbak..’ Udin dengan tampang mupengnya seperti serigala hendak memangsa domba.
‘Ayo sini masuk semua..’ kata pak Kuncoro.
‘Wah..wah..wah mbak Meychan juga sudah panas toh rupanya..hehehe.. saya Herman’ Herman tertawa sambil melihat Meychan yang sedang rebahan di atas tempat tidur.
‘Tinggal dipake aja berarti ini Man..o iya saya Rudi’ kata Rudi. Mereka pun tertawa terbahak bahak. Meychan sendiri sudah tidak peduli. Karena pengaruh obat itu masih belum hilang, sehingga ia masih ingin dipuaskan. Begitu pula Maia.
‘Buset..!! Din loe uda mulai aja..bawa masuk dulu sini..’ kata Rudi pada Udin. Udin memang sedang bercumbu dengan Maia sambil bertautan lidah.
‘I-iya mas..maaf mas..’ Udin pun menutup pintu sementara Maia berjalan masuk.

‘Maia kamu kesini.. kalian bertiga silahkan garap yang satu lagi..’ kata pak Kuncoro sambil memerintah.
‘Ok, pak..’ jawab Herman.
‘Nah Maia nih isap lagi sampai keluar ya sekarang…’ perintah pak Kuncoro.
Maia pun berlutut di depan Maia dan memasukan penis itu ke dalama mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya naik turun. Pak Kuncoro senyum-senyum sambil membelai rambut Maia yang pendek itu. Rudi dan Udin hanya bisa ternganga melihat kejadian itu.
‘Woi Rud, Din..!!! Kenapa loe berdua jadi bengong? Nih kan ada…’ kata Herman sambil menunjuk Meychan.
Rudi dan Udin pun tersadar dari lamunannya. Mereka bertiga segera membuka pakaian masing-masing hingga tidak tersisa sehelai benang pun. Herman maju terlebih dahulu dan mecium bibir Meychan. Mey menyambut dengan menjulurkan lidahnya, Herman menghisap lidah Mey, hingga akhirnya mereka saling bertukar lidah. Tiba-tiba dirasakannya ada lidah yang membelai vaginanya, ternyata Rudi sudah menempatkan kepalanya disana. Mey pun hanya bisa merapatkan pahanya seolah olah mencegah agar Rudi tidak pergi dari sana. Sapuan lidah Rudi semakin lama semakin dalam sehingga menyentuh klitorisnya. Udin tidak mau ketinggalan, ia berdiri di sebelah Mey, tanpa diperintah Mey segera mengambil penis itu dan mengocoknya. Kehalusan tangan Meychan membuat Udin serasa melayang.
‘Mey isepin donk..’ Herman menyodorkan penisnya itu ke dekat mulut Mey.
Meychan dengan tanggap langsung memasukkan seluruh batang itu ke dalam mulutnya. Ia maju mundurkan kepalanya sendiri sementara Herman hanya bisa mengerang keenakan. Udin pun mulai menggerakan tangannya untuk meremas payudara Meychan. Digenggamnya payudara itu dan terasa sekali kekenyalan dan kehalusannya. Udin meremas dengan kuat sehingga Meychan pun merespon dengan mengocok penis Udin lebih cepat lagi.

‘Oooouuuggghhh…’ tiba-tiba terdengar suara dari pak Kuncoro. Ternyata pak Kuncoro sudah tidak bisa bertahan lagi.
Maia pun menelan sperma dari pak Kuncoro dan membersihkan yang tersisa di penis itu.
‘Enak banget.. Din kamu sama yang ini aja..’ pak Kuncoro memanggil Udin.
‘Ba-baik pak..’ ia pun melepaskan tangannya dari dada Meychan dan wanita itu pun melepaskan tangannya dari penis Udin.
Udin mendekati Maia yang sedang mengambil napas dan beristirahat sambil berdiri ia menopang tubuhnya dengan meletakkan tangan di atas meja. Dirasakannya Udin hendak membelah bibir vaginanya dari belakang. Kepala penis itu mendesak paksa. Udin bertumpu pada kedua dada Maia.
‘Ohhhhh..’ Maia mendesah saat dirasa penis Udin telah sepenuhnya masuk.
‘Memek mbak Maia..enak ya…se-sempit..’ Udin mencoba berkomentar.
‘I-iya bang..ayo bang jangan diem aja..’ Maia menjawab.
Udin pun semakin kesetanan dijawab demikian. Ia pun menyodok dari belakang sekuatnya, secepatnya, dan semampunya. Tangannya terus meremas dada Maia dari belakang.
‘Ah..ah…ah…ah…ah..’ Maia mendesah keenakan.
‘Pelan-pelan aja Din…ssshhh..ntar pinggang loe patah..hahaha..’ kata Herman di tengah-tengah kenikmatannya yang sedang dioral Meychan.
Sementara itu Rudi tengah bersiap memasukkan penisnya ke dalam vagina Meychan. Digeseknya terlebih dahulu secara perlahan di atas vagina itu. Tidak lama kemudian Rudi memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Meychan yang memang sudah tidak sulit lagi karena vagina itu sudah banjir.
‘Wooowww.. manteb banget neh Man… sempit, kayak dipijet gitu rasanya..haha..’ kata Rudi sambil mulai menggerakan pinggulnya.

Herman membelai rambut Meychan yang sudah berantakan itu. Sambil memandang wajah wanita itu, pipinya tampak menggembung karena ada penisnya di dalam sana.
‘Mmmmhh..’ Meychan kaget karena Rudi ternyata membalik tubuhnya menjadi menyamping. Dikaitkan kaki kiri Meychan di bahu kanannya.
Herman mengeluarkan penisnya, penis itu sudah penuh liur. Meychan menjulurkan lidahnya hendak menjilati penis Herman. Herman pun mendekatkan penisnya itu dan dijilati oleh Meychan.
‘Aaahhh…mmmmhhh…ahh..ah…’ Meychan mendesah karena perlakuan Rudi yang menyetubuhinya membentuk menyamping.
‘Gu-gue..mau..ke-keluar nih…ssssssshhhh…’ Meychan merasa pertahanannya jebol karena cara Rudi menyetubuhinya dari samping.
‘Aaaaaaaahhhhhhhhhh..’ Meychan mengalami orgasme kembali.
‘Hehehe… Enak ya Mey?’ tanya Rudi sambil mencabut penisnya sendiri.
Meychan mengangguk. Belum sempat beristirahat, Herman ternyata sudah siap dengan penisnya yang mengacung tegak untuk membobol vagina Meychan. Diposisikannya Mey untuk membelakangi dirinya sehingga Herman bisa melakukan posisi doggy style. Setelah siap, langsung ditusukannya penis itu dari belakang.
‘Aaahhhh…’ Meychan kembali merasakan nikmat karena disetubuhi.
Dilihatnya Maia sedang disetubuhi dalam posisi berdiri oleh Udin. Perbandingan tampak sangat jelas, Udin kulit hitam, muka jelek, badan tidak tinggi, sedang menyetubuhi Maia yang cantik, tinggi, dan putih mulus. Namun Maia justru tampak sangat menikmati perlakuan Udin dimana satu kakinya diangkat oleh Udin, dia sendiri bertumpu pada bahunya Udin. Udin pun menggenjotnya dari depan dengan sangat cepat sambil menyusu.

Meychan sedikit terkejut saat Rudi berlutut di depannya dan minta dioral. Meychan membuka mulutnya selebar mungkin dan membiarkan penis itu masuk. Penis Rudi termasuk yang paling besar diantara yang lain sehingga membuat Meychan kesulitan bernapas saat mengoralnya. Di belakang, Herman tetap menggenjotnya sambil sesekali menepuk pantatnya jika goyangan Mey terasa mulai menurun kecepatannya. Rudi mulai tidak tahan, sambil meremas rambut Mey, ia pun mengerang dan menyemburkan spermanya di mulut Meychan. Creettt…crett…crettt.. Meychan pun semua sperma itu, meskipun sebagian meleleh lewat bibirnya.
‘Bersihin tuh Mey..’ kata Rudi. Meychan pun menjilat sisa sperma di sekitar bibirnya dan di penis Rudi.
Herman di belakangnya juga tidak bisa bertahan dan memuntahkan cairan putihnya di dalam vagina Meychan tapi sebagian mengenai pantatnya saat Herman mencabut penisnya sendiri.
‘Gila..enak banget..’ kata Herman sambil tiduran dan beristirahat. Rudi pun beristirahat di tempat tidur itu.
Udin terlihat masih menggenjot Maia. Sekarang ia merebahkan Maia di lantai sambil meyetubuhinya dari depan. Maia pun melingkarkan kakinya di pinggang Udin supaya tusukan Udin terasa lebih dalam lagi. Herman turun dari tempat tidur dan mengorek kantong plastik yang tadi ia bawa, ternyata Herman mengeluarkan segulungan tali rafia.

‘Rud bantuin gue Rud..’ kata Herman sambil mencoba mengulur tali tersebut.
‘Guntingnya mana?’ tanya Rudi.
‘Nih… segini cukup lah ya?’ tanya Herman sambil membentangkan tali tersebut.
Meychan yang sedang beristirahat tiba-tiba tersentak karena kedua tangannya diangkat ke atas oleh Rudi, sementara Herman dengan cepat langsung mengikat tangan Meychan jadi satu. Lalu ujungnya diikat di sandaran tempat tidur tersebut. Sehingga posisi Meychan membentuk garis horizontal, dalam posisi tersebut Meychan tampak lebih menggairahkan karena tubuhnya yang telah basah dan mengkilat oleh keringat menjadi semakin terekspos dengan jelas. Herman mengambil celana dalam berwarna biru muda yang ada di lantai dan menggunakanya untuk mengelap keringat pada tubuh Meychan.
‘Ke-kenapa gue diiket neh?’ Meychan mencoba bertanya.
‘Sssssstttttt.. uda nikmatin aja..’ kata Rudi.
‘Din, bawa sini..’ kata Herman pada Udin yang masih sibuk menggarap Maia di lantai.
‘I-iya mas..’ Udin tidak berani melawan dan membantu Maia untuk berdiri.
Maia cukup heran juga. Apa sebenarnya mau mereka. Pak Kuncoro tampak tersenyum melihat tingkah teman-temannya itu. Herman memerintahkan Maia untuk tiduran tepat di atas Meychan dalam posisi berhadapan dengan Meychan. Maia pun hanya bisa menuruti. Sehingga sekarang wajahnya berhadapan dengan wajah Meychan dan dadanya bergesekan dengan dada Meychan.
‘Iket tuh tangannya..’ kata Herman pada Rudi. Rudi pun menyatukan tangan Maia menyatukan dan mengikatnya kemudian diikat di sandaran tempat tidur yang sama seperti Meychan.

Pak Kuncoro bangkit dari tempat duduknya mengambil celana dalam yang tadi dikenakan Maia kemudian mengelap keringat dari tubuh dan wajah Maia. Sungguh pemandangan yang sangat membangkitkan birahi, 2 wanita cantik dalam keadaan terikat dan saling berhadapan seperti ‘sandwich’ hanya saja tidak ada ‘daging’ di tengah-tengah mereka.
Pak Kuncoro sudah siap untuk melakukan penyerangan pertama dan kali ini ia punya 2 vagina yang tersedia dan bebas dipilih. Ia lebih memilih untuk menyetubuhi Meychan. Diposisikannya penisnya itu di depan bibir vagina Meychan dan didorongnya hingga tertelan seluruhnya. Maia yang berada di atas Meychan tidak diam saja ia pun berciuman dan berpagutan dengan Meychan. Sementara pak Kuncoro menggenjot Meychan sambil jari telunjuk kanannya ia gunakan untuk mengorek liang vagina Maia. Ketiga pria lainnya hanya bisa menelan ludah menyaksikan kejadian di depan mata mereka. Seorang pria gendut dan tua sedang menyetubuhi 2 wanita cantik sekaligus. Setelah puas dengan vaginanya Meychan, pak Kuncoro memindahkan penisnya ke vagina Maia. Ia pun meremas pantat Maia yang terpampang dengan jelas. Bunyi kecipak kecipuk terdengar memenuhi ruangan tersebut.
‘Uooogghhh..’ pak Kuncoro mendengus karena jepitan dari vagina Maia yang ia rasakan.
Tidak berlama lama ia pun berpindah kembali ke vaginanya Meychan. Kali ini tangannya mulai menjamah payudara wanita tersebut. Karena gerakan maju mundur pak Kuncoro, tubuh Meychan pun bergoncang sehingga menyebabkan gesekan antara dadanya sendiri dengan dada Maia. Pak Kuncoro pun mulai sering berpindah dari Meychan ke Maia dan sebaliknya. Diperlakukan sedemikian rupa Maia dan Meychan tidak tahan lagi dan akhirnya orgasme secara bersamaan.
‘Aaaaaaahhhhh….’ Mereka berteriak secara bersamaan dan menandakan double orgasme.

Cairan kewanitaan Maia yang menetes itu membuat pak Kuncoro semakin bernafsu menggenjot vagina Meychan dan pada akhirnya ia pun menyemburkan spermanya di dalam vagina wanita itu. Jepitan dinding vagina Meychan memang terasa sangat sempit dan lebih nikmat daripada Maia. Pak Kuncoro mengeluarkan penisnya dan kembali beristirahat di kursi kecil tadi tempat ia duduk. Ketiga lelaki yang lain yang sedari tadi sudah menunggu giliran itu pun merangsek maju. Dimulai dari Herman, ia memposisikan penisnya tepat di depan vagina Meychan dan blleesss kembali sebuah penis memenuhi vaginanya tersebut. Rudi berada di sebelah Meychan, ia mendekatkan kepalanya ke arah ketiak Meychan.
‘Rud..tangan gue pegel…aaahh..ssshhh’ kata Meychan mencoba merayu Rudi agar melepaskan ikatan yang mengganggunya itu.
Namun Rudi tidak menggubrisnya dan malah mendaratkan satu jilatan telak pada ketiak kanan Meychan.
‘Ooohhh.’ Meychan kembali melenguh.
Sementara Maia kembali sibuk melayani penis Udin dengan mulutnya. Herman masi sibuk menggenjot vagina Meychan sambil mengusap punggung Maya yang halus. Meychan sendiri memeluk Herman dengan kakinya.
‘Din lepasin si Maia deh..dia jatah loe..’ kata Rudi kepada Udin.
Udin pun tersenyum senyum gembira. Diambilnya gunting yang ada dan kemudian memotong tali yang mengekang tangan Maia. Setelah terlepas Maia mencoba memijat pergelangan tangannya yang terasa pegal. Udin tidak membiarkan hal itu terlalu lama karena ia segera menarik tangan Maia dan direbahkannya di sebelah Meychan. Setelah itu Udin kembali menggenjot Maia tanpa mempedulikan tiga orang di sebelahnya.

Meychan sendiri tidak dilepaskan oleh Rudi dan Herman. Mereka malah berganti posisi, sekarang Rudi sedang menggenjot vagina Meychan sementara Herman menggenjot mulut Meychan, tangannya merambah dada dari Meychan, diremasnya dengan kuat sehingga Meychan meringis kesakitan.
‘Aaaaaaaaaahhhhhh…’ tiba-tiba terdengar jeritan Maia yang menandakan kalau ia kembali orgasme.
‘Wah dia keluar lagi..udah Din loe join sama kita aja sini..’ kata Rudi.
Rudi mencabut penisnya dan mendorong kaki Meychan ke arah payudaranya sendiri. Kakinya dibuat posisi mengangkang namun terangkat sehingga baik vagina maupun lubang anusnya terpampang jelas. Sehingga Meychan sekarang dalam posisi seperti orang ‘dilipat’.
‘Mmmmhhh.’ Penis Herman di mulutnya membuat ia tidak bisa protes.
‘Taliin lagi Din kakinya..’ kata Rudi.
Udin pun memberi satu utas tali untuk masing-masing kaki. Rudi memanfaatkan kesempatan ini untuk menggarap anus dari Meychan. Diludahinya jarinya sendiri kemudian ditusukan ke lubang anusnya Meychan. Mencoba untuk membuka lubang tersebut agar lebih lebar.
‘Eeeeemmmmhhhhhh..’ hanya itu yang keluar dari mulut mungilnya akibat Herman menahan kepalanya agar tetap mengulum penisnya.

Setelah dirasa cukup, Rudi pun mencoba memasukkan kepala penisnya sedikit demi sedikit. Terasa sekali sangat sempit sehingga perlu dilakukan penetrasi yang cukup sulit. Namun setelah beberapa kali percobaan Rudi pun menghentak dan akhirnya berhasil.
‘Mmmmmmmmmmhhhhhhhhh…’ kali ini erangan Meychan diiringi air mata karena sakit.
‘Tenang nanti juga enak kok..’ kata Rudi sambil menggerakan pinggulnya.
‘Arrrgggghhhhh…’ Herman ternyata sudah tidak kuat dan memuncratkan isi senjatanya di dalam mulut Meychan.
Melihat itu Udin pun mendekatkan senjatanya ke mulut Meychan, setelah selesai menelan semua sperma dari Herman, Meychan pun kembali melakukan oral untuk Udin. Maia tampak tertidur karena kelelahan, sementara pak Kuncoro sudah bersiap siap dan berpakaian lengkap.
‘Bayaran kalian semua..sudah saya transfer ya…’ kata pak Kuncoro.
Mereka pun mengangguk angguk.
‘O iya buat kamu Mey, jangan coba-coba lapor ke siapa pun kalau masih mau jadi artis…hehehehee..’ sambil tertawa pak Kuncoro pun berlalu keluar kamar.
‘Oooouuugghhhh’ sempitnya jepitan lubang anus Meychan membuat Rudi keluar disana. Spermanya sebagian meleleh keluar membasahi pantat Meychan. Herman dan Rudi sudah ambruk hingga tersisa Udin. Udin mengeluarkan penisnya dan berpindah ke arah anusnya Meychan. Karena tadi sudah digarap maka tidak terlalu sulit lagi bagi Udin untuk melakukan pencoblosan. Dengan beberapa kali percobaan, sudah tertelan semua penisnya.
‘Aaahhh..ahhh..’ Meychan hanya bisa mendesah. Dirasakan vaginanya pun ditusuk oleh jari Udin.

‘Din..le-lepasin iketannya donk…ssshhh.. nan-nanti gue yang pu-puasin loe deh..’ kata Meychan sambil terbata-bata.
Udin merenungkan sejenak dan kemudian mengambil gunting di dekatnya. Dengan beberapa kali gunting maka Meychan pun terbebas. Ia pun mendorong Udin hingga terlentang, naik ke atasnya dan memasukan penisnya ke dalam vaginanya sendiri. Woman on top adalah posisi yang sangat disukai Udin. Naik turun, Meychan bergerak dengan cepat, berharap cepat selesai. Stamina Udin tampaknya lebih besar dari yang lain. Udin memencet kedua puting Meychan kemudian menariknya hingga badan Meychan jatuh ke depan dan sekarang Udin bisa berpagutan dengan Meychan. Mereka berpagutan dengan begitu liar bahkan terkadang Udin menjilat wajah dan ketiak Meychan. Mereka melakukan sambil Meychan tetap menggoyangkan pinggulnya sendiri.
‘Din..gu-gue ga tahan lagi…ssshhhhh…aaaaaaaaaahhhhhh hhhhhhh’ Meychan pun mengalami orgasme kembali hingga akhirnya ambruk di atas Udin.
Udin pun sudah merasa hendak sampai puncaknya. Dicabutnya penis itu kemudian dia kocok-kocok sendiri dan dimuntahkan lah isinya di perut, dada dan wajah Meychan. Udin lalu memegang tangan Meychan dan membimbingnya untuk meratakan sperma tersebut. Meychan yang sudah mulai hilang kesadarannya meratakan sperma itu pada seluruh tubuhnya dan kemudian tertidur.

############################## #
Pukul 15.00..di kamar hotel…

‘Mey..bangun Mey..’ kata Maia membangunkan Meychan. Maia sudah berpakaian lengkap.
‘Jam berapa nih bunda?’ tanya Meychan yang merasa sekujur tubuhnya pegal apalagi pada bagian anus terasa perih.
‘Jam 3′ kata Maia.
‘Loh bukannya kita mustinya uda check-out ya?’
‘Kata Herman, pak Kuncoro udah perpanjang waktu kita sampe besok siang.’ Maia menjawab.
‘Oh gitu..’ Meychan menjawab sambil merebahkan dirinya kembali.
Maia pun menceritakan cerita keseluruhannya yang ia dapat setelah mengorek informasi dari Udin si tukang bersih-bersih kamar.
‘Ini semua emang kerjaannya si Kuncoro tua bangka itu…’ kata Maia dengan kesal. ‘Dari awal dia yang bikin rencana dan ngejebak kita…’ tambah Maia lagi.
‘Brengsek..kita lapor aja !!!’ Meychan merasa sangat marah karena sudah dijebak.
‘Ga bisa Mey, Kuncoro udah punya rekaman kita..mau reputasi ancur?’ tanya Maia.
Meychan pun diam dan air mata mulai mengalir. Maia sebenarnya masih punya 1 berita buruk lagi.
‘Mmmmm Mey..yang jadi masalah sekarang…gini loh…mmmm’ Maia enggan menyelesaikan kata-katanya karena tidak tega melihat kondisi Meychan.
‘Tapi apa ?’ tanya Meychan penasaran. ‘Aku gapapa kok bunda..’ kata Meychan sambil menyeka air matanya dan mencoba tersenyum karena tahu pasti berita yang disampaikan adalah berita buruk.
‘Kita emang check-outnya diperpanjang sampe besok siang..tapi kata Udin..mereka berempat mau kesini lagi malem ini..’
Meychan pun memasang muka kaget dan seolah-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tapi toh mereka sekarang memang tidak punya pilihan lain lagi selain melayani makhluk-makhluk bejat tersebut.

Putri Titian XXX : Accidentally In Love

DISCLAIMER
  • Cerita ini mengandung unsur pornografi. Bagi Anda yang di bawah umur, tidak menyukai pornografi, atau tidak mengerti mana kehidupan nyata dan mana kehidupan cerita fiksi diharapkan jangan membaca cerita ini yang bisa menyebabkan tegang dimana-mana. Tak kan ada yang bertanggung jawab atas perbuatan Anda di kehidupan Anda.
  • Tak ada wanita, pria, menteri, politikus, ormas, wasit, fans, ataupun hewan yang tersakiti dalam pembuatan cerita ini.
  • Cerita ini hanyalah cerita fan fiction belaka yang bertujuan untuk menghibur para pembaca. Tak ada unsur untuk menjelek-jelekkan artis yang ada di dalam cerita ini dan membuat mereka hina di mata public sebab cerita ini murni 100% imajinasi, BUKAN KISAH NYATA !!


Putri Titian


"Pak Dadang..ntar anterin Tian ke FX yaa..".
"beres, non..". Tian pun kembali ke kamarnya.
"ahaha..senangnya nggak ada syuting hari ini..", ucap Tian dengan tawanya yang khas. Tian berganti pakaian untuk pergi ke mall. Sudah janji dengan temannya akan jalan-jalan seharian karena hari ini bebas syuting, yeeey.
"ayo, Pak..kita berangkat..".
"ayo, non..". Tian langsung masuk ke dalam mobil sedannya yang mewah itu. Mobilnya juga sudah dipanaskan, Dadang langsung mengemudikannya keluar rumah. Tak ada percakapan antara Dadang & Tian karena Tian sibuk sendiri dengan hpnya.
"Pak Dadang pulang aja dulu..ntar kalo Tian mau pulang, Tian telpon deh..".
"oke, non..Pak Dadang nanti jemput di sini lagi, non ?".
"ng..ntar Tian telpon jemput dimana, soalnya mau jalan-jalan juga..".
"ok deh..Pak Dadang pulang dulu ya, non..". Tian berjalan masuk ke dalam mall. Cukup banyak juga yang mengenalinya terutama kalangan ibu-ibu. Memang, dia belum terlalu tenar, tapi setidaknya, banyak yang sudah mengenalnya.
"eii Sherl..", gadis cantik bergigi gingsul itu langsung memeluk sahabatnya.

"udah lama Sherl ?".
"baru nyampe kok gue..".
"maaf nyaa Sherl, tadi ada ngajak foto-foto hehe..".
"duuh, tau deh yang artis lagi makan daun hahaha".
"ah lo tuh makan daon kayak kambing ahaha. yaudah Sherl, kita nonton aja yuuk..".
"okee..". Usai membeli tiket, Tian & Sherly duduk di cafe.
"eh Ti..ada yang ngeliatin kita dari tadi..", bisik Sherly.
"mana ?".
"itu..di belakang kita..". Perlahan, Tian menengok ke belakang.
"iih itu mah Om-om ganjen..lo mah ada-ada aja..iih..".
"ya kan lumayan, siapa tau aja bisa jajanin kita hihi..".
"jangan ah, bahaya tau maen-maen ama Om ganjen ahaha". Banyak yang melirik. Meskipun gayanya tomboy, wajah Tian cukup menarik perhatian cowok, gigi gingsulnya pun menambah imut wajahnya. Sherly pun tak kalah cantik. Tak heran mereka berdua menarik perhatian. Tian & Sherly menghabiskan banyak waktu di mall tersebut. Waktu terasa cepat berlalu jika bersama Sherly. Begitu juga sebaliknya. Mereka berdua memang sangat cocok. Keduanya sama-sama tomboy dan tak jaim, tak heran kalau mereka berdua klop.

Bosan di mall saja, mereka pergi ke tempat lain dengan taksi.
"kita kemana lagi nih, Sherl ?".
"kemana yaa yang enak ?".
"ke Taman XXX aja kayaknya enak..lagi pengen jalan-jalan di taman nih..".
"oke deh..Pak, ke Taman XXX yaa..". Mereka berdua hanya berjalan-jalan saja, mengobrol sambil duduk di bangku taman. Sementara orang-orang yang di sekitar mereka sibuk berpacaran, Tian & Sherly sibuk ketawa-ketiwi.
"eh, Sherl..ada yang maen basket tuh..kita liat yuk, siapa tau ada yang ganteng".
"betul juga, yuuk..". Meskipun malam, ternyata ada juga yang bermain basket malah bisa dibilang ramai.
"ah nggak ada yang ganteng, Ti..nggak wajar semua mukanya. hahaha".
"waduuh..nggak wajar, ada-ada aja bahasa lo..".
"hai..boleh kenalan gak ?". Tiba-tiba ada 2 orang yang menyapa Tian & Sherly.
"mm..".
"kenalin, nama gue Tomi..".
"gue Andri..".
"Tian..".
"Sherly..".
"kok pada beduaan aja ? pacarnya kemana ?".
"kita cuma bedua aja..".
"kok gak ama pacarnya ?".

"kita nggak punya pacar..".
"yang bener ? masa cewek cantik kayak kalian nggak punya pacar ?".
"iyaa bener..". Sementara Sherly sibuk berbicara dengan Tomi & Andri. Tian mengirimkan sms ke Dadang agar dia menjemputnya di Taman XXX.
"maaf Tomi, Andri..kita mau pulang yaa..", jawab Tian yang mulai agak takut karena baru sadar hanya tinggal mereka berdua cewek yang ada di sana, cewek-cewek yang tadinya ada beberapa, sudah pulang.
"kok buru-buru sih ?".
"kalo kita anter..mau ya ?".
"nggak usah..makasih..ayo, Ti...". Mereka berdua buru-buru meninggalkan lapangan basket. Tomi & Andri mengikuti Tian & Sherly dari belakang. Sadar diikuti, Tian & Sherly mempercepat langkah mereka. Tiba-tiba di persimpangan jalan, Tian & Sherly dihadang 2 lelaki di depannya. 2 lelaki itu muncul dari balik pohon di dekat persimpangan.
"ee..eh nona-nona cantik ini mau kemana ?", tanya cowok berwajah culun namun berbadan besar.
"iya nih, pada mau kemana ? malem-malem gini. mending ikut seneng-seneng ama abang nyook HAHAHA".

"tolong jangan ganggu kami", ujar Sherly yang menuntun Tian untuk menghindari 2 lelaki itu. Tentu, salah satu pria itu langsung menghalangi mereka.
"eh jangan buru-buru dong..kita nggak mau ganggu, cuma mau ngajak seneng-seneng aja. hehehe !!".
"tolong lepasin kami !!".
"LEPASIN !!". Tian & Sherly berusaha berontak untuk melepaskan diri, tapi 2 orang gadis ABG melawan cengkraman & dekapan 2 orang lelaki dewasa yang berbadan besar tentu tak seimbang.
"WOII !!", suara orang berteriak. Harapan singgah di hati Tian & Sherly saat melihat Tomi & Andri yang ternyata masih mengikuti mereka.
"TOLONG, TOM !!".
"ANDRI, TOLONG !!!". Andri & Tomi mendekati mereka.
"eh bang Edi, darimana aja, bang ?".
"tadi gue abis nyari jablay di pengkolan sono ama Tohar..".
"iye, kite bedua nyari jablay..kagak ade yang cakep, eh di sini malah dapet neng-neng yang cakep gini KEKEKE !!", ujar Tohar.
"AAAA !! HHEEGGHHH !!", Sherly kesakitan saat Edi meremas payudaranya dengan sangat kasar.

"buset ini toket..kecil-kecil tapi empuk banget..manteb !! OOHH !!".
"NNHHH !!", remasan Edi terlalu kencang & kasar bagai sedang meremas benda empuk. Padahal itu bukan benda empuk biasa melainkan sepasang payudara ranum milik seorang gadis ABG cantik bernama Sherly.
"kenapa ? lo berdua kaget ? nih abang bedua kenalan gue, mang enak lo..coba lo tadi kagak lari, kan tugas lo bedua cuma ngelayanin gue ama Tomi. sekarang lo juga mesti ngelayanin bang Edi n' bang Tohar GWAHAHAHA !!!".
"AAHH !! STOOP !!! EENGGHH !!!", Tian juga merasa sakit, Tohar tanpa ampun meremas-remas payudaranya.
"ayo, bang, kita punya memek gratis malam ini".
"memek cakep lagi GAKGAKGAKGAK !!".
"BERHENTI !! POLISI !! DORRR !!". Tohar, Edi, Andri, dan Tomi langsung lari terbirit-birit. Tian & Sherly limbung dan terjatuh ke jalan. Mereka terselamatkan dari pemerkosaan.
"non Tian n' non Sherly nggak apa-apa ?".
"nggak apa-apa, Pak..", jawab Tian setelah melihat Dadang yang memapahnya.

Dadanya masih sedikit sakit.
"ayo non Tian, non Sherly..kita ke mobil". Suara polisi itu hanya rekaman saja dari hp Dadang. Keisengannya merekam suara polisi di sinetron waktu itu ternyata bermanfaat juga. Dadang membantu Tian & Sherly berdiri. Mmm, benar-benar harum tubuh kedua gadis belia. Tak bisa dipungkiri, Dadang sangat menikmati aroma tubuh Tian & Sherly saat memeluk mereka untuk membantu mereka berdiri. Untung aja, Pak Dadang dateng, pikir Tian yang bersukur Dadang datang tepat pada waktunya.
"Tian, aku pulang dulu yaa..Pak Dadang, Sherly duluan yaa..", pamit Sherly yang telah diantar Dadang sampai ke rumahnya.
"iya, Sherl..", jawab Tian singkat.
"iya non Sherly..". Usai mengantar Sherly, Dadang & Tian menuju rumah.
"non Tian nggak apa-apa ?". Tian terlihat masih agak syok dengan kejadian yang baru ia alami.
"iyaa, Tian nggak apa-apa, Pak..". Tian langsung menuju kamar begitu sampai di depan rumah. Tanpa ba bi bu, Tian langsung mengunci diri di kamarnya dan juga menutupi pintu berandanya.

"hhh..". Tian tidur terlentang dengan kaki menyentuh lantai. Dirinya tak menyangka, sampai sekarang tak ada yang menyentuh payudaranya. Payudaranya yang masih dalam pertumbuhan, sangat ranum. Tian menangkup kedua buah daging kenyalnya itu. Cengkraman kasar preman tadi masih terasa sampai sekarang. Tian bingung, rasanya dia ingin sekali lagi merasakan remasan pada payudaranya. Tian menggeleng-gelengkan kepala, tak mengerti yang dipikirkannya sendiri. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, tertera nama Sherly di hpnya.
"halo ?".
"Ti, lo nggak apa-apa ?".
"ng..".
"lo nggak kenapa kenapa, kan?".
"nggak, Sherl..".
"oh syukur deh..". Tian bingung, nada suara Sherly biasa-biasa saja, seperti tak terjadi apa-apa.
"lo ?".
"ah gue nggak apa-apa, Ti..".
"tapi gue ngerasa aneh, Sherl..".
"aneh gimana ?".
"kok gue masih kerasa ampe sekarang ? n' kok gue malah pengen ngerasain lagi ?".
"ya emang gitu, Ti..".
"maksud lo ?".
"ya gue juga pas pertama kali juga kayak gitu..".
"ha ? gue gak ngerti ?".

"ya pas gue ngerasain pertama kali toket gue diremes-remes yaa emang kayak lo perasaannya..".
"jadi lo udah pernah ngerasain ?!", Tian kaget dengan jawaban temannya.
"iyaa, tiap hari. nyokap gue selalu mijitin toket gue..".
"kok ???".
"nyokap gue bilang harus dipijit tiap hari biar ntar bagus..".
"oh, gitu..jadi emang harus dipijit ya ?".
"iya, Ti..tapi tetep aja tadi sakit juga ya, Ti. hahaha". Mereka berdua mengobrol seperti biasa seolah tak sadar kalau mereka tadi hampir menjadi korban perkosaan yang marak di kota metropolitan ini. Usai bertelpon-telponan dengan Sherly, Tian masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh supaya tidurnya nanti malam bisa nyenyak setelah mengalami peristiwa yang tak mengenakkan di taman kota tadi. Tian memang enggan mengenakan bh dari dulu, tak heran ia hanya memakai celana dalam sebelum mengenakan baju setelah selesai mengeringkan tubuh. Dia menyalakan tv dan tidur santai di atas ranjangnya yang empuk, dia masih memikirkan kejadian tadi.

Dia malu sendiri, ternyata tanpa sadar ia menyukai payudaranya diremas-remas seperti tadi. Mata Tian pun terasa berat. Saat sedang setengah bangun setengah sadar, Tian merasa ada yang menindihnya.
"Pak Dadang ??!!", Tian terkejut mengetahui siapa yang menindihnya.
"maaf, non..Pak Dadang udah gak tahan..hhh hhh". Tian ketakutan, pandangan supirnya itu mengerikan seperti ingin memangsanya saja.
"jangan, Pak ! TOLOONG !!". Dadang memegangi kedua tangan Tian, tapi tak membungkam mulut Tian.
"TOLOONGG !!! TOLOONGG !!", Dadang tak mengindahkan teriakan Tian. Dadang malah mulai menciumi batang leher Tian membabi buta.
"jangan, Pak..tolong..emmm". Tian tak bisa menghentikan serbuan mulut Dadang pada lehernya. Tubuhnya yang ditindih serta kedua tangannya yang ditahan Dadang membuat artis muda nan cantik itu tak berdaya melakukan perlawanan.
"ccupph cupphh cupphh", kecupan bertubi-tubi dari Dadang jelas memberikan efek aneh yang mulai dirasakan Tian.
"jangaan Paakhhh...", penolakan Tian semakin lemah, rasa hangat mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Rasa hangat yang terasa menggelitik namun mengenakkan.
Tian tak kuasa menolak rasa itu apalagi Dadang mulai menjilati lehernya. Gemetar geli nikmat menjalar di sekujur tubuh Tian. Suatu sensasi yang baru dirasakannya.
"aahhh...hhhmmm...iihiihii ..", Tian terkekeh kegelian saat Dadang menjilati daun telinga kanan dan kirinya.
"mmpphhh eemmmhhh ccppphhh". Dadang melumat bibir Tian habis-habisan. Tian pun gelagapan dicumbui Dadang, tapi matanya terpejam. Tian tak mau menatap mata Dadang secara langsung, dia malu karena tanpa sadar dia mulai menikmati ciuman itu. Secara refleks, tanpa disadari, Tian membalas pagutan Dadang. Lidahnya meng-counter lidah Dadang layaknya seorang yang ahli dalam berciuman. Dadang senang mendapat balasan dari Tian. Artinya dia sudah menguasai majikannya baik tubuh atau pikirannya. Dadang sudah bisa membayangkan nikmatnya tubuh majikannya yang selama ini menjadi fantasinya untuk masturbasi. Sambil tetap mencumbu Tian, Dadang mulai menggerayangi payudara Tian. Empuk sekali, seakan memegang bantal.

"uummm...". Tunggu dulu, tak ada tekstur bh sama sekali di cengkraman tangan Dadang. Penasaran, Dadang langsung menyusupkan tangannya ke dalam kaos Tian dan terkejut ketika dugaannya benar. Tian memang tidak memakai bh. Dadang pun semakin semangat meremasi kedua buah payudara Tian. Empuk sekali dan ukurannya pun sangat pas dengan cengkraman tangannya.
"aaahhh mmmhhh Paaakkkhh uuummmhhh". Dadang tak lagi mencium Tian, tapi asik meremasi payudara majikannya itu dengan kedua tangannya. Mencubit dan memilin-milin puting Tian yang menonjol di kaosnya. Dadang menyingkap kaos Tian ke atas.
"waah..", Dadang terkesima dengan buah kembar Tian. Memang tidak terlalu besar, tapi terlihat sangat ranum sekali. Putih mulus dengan pucuk payudara berwarna pucat. Bagai bakpau yang baru matang, begitu mengunggah selera, siap untuk disantap.
"eemmm...", Tian sedikit menggelinjang, Dadang memilin-milin kedua putingnya yang sudah mengeras dan menjadi sangat sensitif.

Perlahan tapi pasti, bibir Dadang mendekati 'pucuk' buah Tian.
"nyymmm...".
"eemmm aahhh mmmm". Tian menggelinjang kegelian & keenakan. Baru sekarang mendapatkan rasa seperti ini, dia menyukainya. Dadang beringas menikmati payudara ranum itu. Diciumi, dijilati, dicupangi payudara Tian yang putih mulus itu. Bagai bayi kelaparan, Dadang menyedot kuat-kuat kedua puting Tian dan sesekali dikunyahnya karena gemas dengan kekenyalannya. Tian hanya bisa menggeliat dan mendesah sambil terus merasakan sensasi baru itu. Dadang menurunkan tangannya, menangkup daerah pribadi milik Tian, bergerak naik-turun untuk mengelus-elus vagina artis muda itu. Mulut Dadang bergerak turun sampai ke perut Tian, menciuminya dengan seksama. Dadang pun mencolok pusar Tian dengan lidahnya. Bakalan susah nih, pikir Dadang saat melihat celana pendek berbahan jeans yang dikenakan Tian. Tubuh Tian, dari payudara sampai ke perut berkemilauan, berkemilauan karena air liur Dadang.

Saat Dadang mau menarik celana Tian, tiba-tiba pinggul Tian terangkat sehingga Dadang mudah melucuti celananya. Dadang tersenyum, ternyata majikannya memang sudah berada di dalam kuasanya. Hal sama terjadi saat Dadang melucuti celana dalam Tian. Kayaknya non Tian emang udah 'pengen', pikir Dadang. Dadang terkesima dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Sungguh putih mulus. Vagina Tian terlihat begitu indah, bibir kemaluannya masih menutup dengan sempurna. Bulu-bulu halus menghiasi bukitnya. Meski masih menutup mata, Tian sadar kalau bagian bawahnya sudah 'terbuka', secara refleks dia merapatkan kedua pahanya untuk menutupi daerah pribadinya. Dadang melebarkan paha Tian dan menggunakan kepalanya untuk mengganjal paha Tian agar tidak tertutup lagi.

"aaaahhh", seketika tubuh Tian gemetar, listrik seakan menjalar di sekujur tubuhnya. Rasa itu terus berulang, rasa yang membuat nikmat. Tubuh Tian menggelinjang terus, kedua pahanya semakin merapat.
"aaahhh ooohhh mmmm aaaahhh". Mau tidak mau, Tian membuka matanya.

Penasaran, rasanya begitu nikmat, dan selangkangannya semakin basah seiring dengan elusan benda yang hangat & lunak.
"oohhh uuummmm". Dengan mata sayup merasakan nikmat, Tian melihat kepala Dadang di selangkangannya. Benda lunak dan hangat itu terus mengusap-usap vagina Tian dan juga sering merogoh masuk ke dalam liang kewanitaannya, menyentuh bagian dalam vaginanya yang tentu menambah rasa nikmat. Secara alami, tubuh Tian bereaksi, kedua pahanya terbuka perlahan, semakin memberikan keleluasaan pada Dadang yang semakin gencar menyerbu selangkangan Tian. Tian terus mendesah & menggelinjang keenakan. Sungguh sensasi yang luar biasa. Artis muda itu begitu pasrah pada rasa nikmat di selangkangannya, terlihat dari kedua pahanya yang sudah terbuka lebar.
"ooouuww UUUNNHHHH !!!". Tubuh Tian menekuk ke atas, kedua pahanya menjepit kepala Dadang, dan kedua tangannya menekan kepala Dadang ke selangkangannya. Dengan senang hati, Dadang menyeruput habis cairan 'murni' vagina Tian tanpa disisakan sedikit pun.

Cairan vagina Tian yang sedikit tertinggal di dalam liang kewanitaannya pun dikorek habis oleh Dadang.
"hhh..hhh...". Tian memandang wajah Dadang dengan mata sayu. Sementara Dadang memutarkan lidahnya di sekitar mulutnya sendiri seolah ingin memberi tahu Tian kalau rasa vaginanya sangatlah lezat. Dadang cepat-cepat melucuti celananya, semakin sempit rasanya karena burungnya sudah bangun sempurna, ingin segera mengunjungi celah sempit yang ada di hadapannya. Pandangan Tian terpaku pada benda yang ada di tengah-tengah paha Dadang. Benda tumpul yang mengacung tepat ke arahnya. Baru kali ini, ia melihat alat kelamin laki-laki secara langsung. Begitu menyeramkan bagi Tian melihat besarnya benda itu, tapi juga ada rasa penasaran di hati Tian. Apa jadinya jika benda itu masuk ke dalam rahimnya. Tentu di umur Tian yang sekarang, dia tahu kegunaan dari benda mengacung itu. Benda yang nantinya akan mengaduk-aduk liang kewanitaannya.



Benda yang merupakan lawan dari kelaminnya. Bisa disebut juga si 'pembuat dede bayi'.
"ja..jaangan, Paak..toloong..". Separuh pikirannya masih tak mau kehilangan keperawanannya, tapi separuh lagi ingin merasakan benda itu di dalam tubuhnya. Penis Dadang sudah semakin dekat dengan kemaluan Tian, bahkan sudah menempel dengan bibir vagina Tian.
"ja..jaang..heegghhh !!!". Tanpa permisi, tongkat Dadang mendobrak masuk ke dalam vagina Tian. Amat pedih rasanya, seakan vaginanya terasa robek.
"ooouuggghhhh !!". Sementara Tian sedang merasakan pedih yang teramat sangat, Dadang sedang kesusahan memasukkan organ kebanggaannya itu ke dalam tubuh artis cantik yang sudah terlentang pasrah. Merasa sudah tak bisa maju lagi, Dadang menarik sedikit penisnya. Lalu mendorongnya lagi perlahan. Terlihat lelehan cairan berwarna merah menjalar dari sela-sela bibir vagina Tian di sekujur batang Dadang yang menyumbatnya. Air mata meleleh keluar dari mata Tian. Air mata dari rasa pedih di vaginanya dan rasa sedih karena keperawanannya sudah direnggut oleh Dadang.

Berlawanan dengan Tian, Dadang merasa sebagai lelaki paling hebat dan paling beruntung sedunia. Tak perlu wajah tampan dan uang banyak, tapi dia bisa mendapatkan keperawanan dari seorang artis yang masih muda dan cantik seperti Tian. Akhirnya, seluruh batang Dadang telah tertanam di dalam liang kewanitaan Tian.
"hhh hhh hhh". Nafas Tian terasa pendek, terasa penuh sesak di bagian bawah tubuhnya. Dadang sengaja diam agar Tian terbiasa dengan benda asing yang ada di dalam liang kewanitaannya.
"ooohh". Dadang begitu menikmati hangatnya dan rapatnya liang vagina Tian. Burungnya serasa dicengkram kuat oleh dinding vagina Tian yang masih berdekatan jaraknya.
"mmmggghhh uuuwwwhhh". Tian benar-benar tersiksa dengan gerakan 'menyikat' dari batang Dadang. Rasa pedih, perih, sakit, ngilu, semuanya bercampur jadi satu dan terpusat di bagian bawah tubuh Tian. Berbeda sekali dengan rasa enak & nikmat saat Dadang 'menyusu' dan saat Dadang menjilati vaginanya, pikir Tian.

"uuhh enaak oohh sempiiit". Berbeda dengan Tian yang meringis kesakitan, Dadang melenguh keenakan merasakan liang vagina Tian yang luar biasa.
"aaaaaahhh". Kini Tian berubah jadi mendesah.
"aaahh ooohh uummhhh emmmhhh". Hantaman-hantaman penis Dadang mulai terasa enak, Tian mulai menikmati hujaman benda tumpul di liang vaginanya. Dadang pun tersenyum saja sambil terus merojoki vagina Tian. Keduanya tak sadar kalau sudah cukup lama alat kelamin mereka bergesekkan, Tian & Dadang begitu larut dalam nikmatnya persetubuhan. Kaki Tian pun sudah melingkar erat di pinggang Dadang. Dadang juga sudah memeluk Tian dengan erat agar tusukan penisnya bisa lebih dalam dan cepat. Semakin lama semakin nikmat rasanya, Tian merasa seperti di surga. Keduanya sama-sama bercucuran keringat, sama-sama terbakar birahi. Bukannya Tian tak sadar kalau dia sedang diperkosa, tapi rasanya terlalu nikmat untuk dihentikan.
"terusshh Paak !! OOOUUUHHH !!!!", teriak Tian mendapatkan orgasmenya. Kukunya menancap di punggung Dadang.
"cllkk ccllkk ccllkk".

Pompaan joystick (batang kebahagiaan) Dadang menimbulkan bunyi kecipak air, liang vagina Tian begitu becek tapi tersumbat oleh batang besar milik Dadang. Tian mendesah begitu lepas, desahannya benar-benar menggairahkan. Tak usah ditanya, terlihat jelas kalau Tian begitu keenakan vaginanya dirojoki Dadang. Dadang bertambah semangatnya, ada rasa bangga & puas bisa membuat Tian begitu keenakan karena artinya dia melakukan tugasnya dengan baik yang tak lain dan tak bukan adalah membuat Tian keenakan dengan rojokan alat vitalnya. Nafas keduanya saling memburu, bibir mereka saling lumat melumat. Lidah mereka saling beradu.
"ooohh oohh aaahhh mmhh oowwhhh yeeaahh".
"OOOKKHHHHH !!!!!".
"PAAAAKKKHHHHH !!!!". Keduanya sama-sama mengejang. Tian & Dadang sama-sama mendapatkan orgasme yang benar-benar hebat. Tian merasa liang vaginanya begitu hangat dan seperti sedang disembur cairan hangat. Dadang menekan penisnya semakin dalam, sampai di ujung rahim Tian.

Semua mani yang ada di dalam kantung persediannya tumpah semua ke dalam rahim Tian. Sungguh puas rasanya bisa menyemprotkan spermanya ke dalam rahim wanita cantik, artis pula seperti Tian.
"ccrrt crrtt". Lama kelamaan semburan sperma Dadang melemah hingga akhirnya berhenti total. Rahim Tian terasa begitu hangat, dan anehnya Tian menyukai perasaan ini, hangat & nyaman. Dadang pun mencium mesra Tian dengan penuh perasaan. Beberapa menit berlalu, batang Dadang sudah lembek karena telah 'kosong'. Tapi, mereka berdua masih asik bercumbu. Tiba-tiba Dadang melepas cumbuannya dan memunguti pakaiannya.
"kapan-kapan lagi yaa non Tian hehehe !!". Setelah memakai pakaiannya, Dadang menuju ke beranda bukan menuju pintu. Rupanya dari sana ia bisa masuk, walau pintu terkunci. Tian terlalu lelah, matanya terasa berat sekali, dan akhirnya Tian tertidur. Esok hari, Tian terbangun karena alarmnya. Jam setengah 6 pagi.
"aww...". Tian merasa ngilu di selangkangannya saat mau turun dari ranjang.

Dia langsung teringat kejadian tadi malam. Duduk di tepi ranjang dan memperhatikan alat reproduksinya. Bekas noda putih ada di bawah vaginanya. Ternyata, tadi malam memang benar-benar terjadi. Tian tak tahu harus bagaimana selanjutnya. Karirnya sebagai artis tentu dipertaruhkan jika cerita ini sampai terkuak, dan Tian tak tahu apakah kejadian tadi malam direkam oleh Dadang atau tidak. Tian berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit tertatih menahan rasa ngilu. Mandi pagi tak merepotkan seperti pagi ini. Badannya terasa pegal, susah bergerak dengan rasa ngilu di selangkangannya. Dia pun harus membersihkan vaginanya dari sperma Dadang yang menggenangi rahimnya. Tian pun berusaha membetulkan cara jalannya sebelum bertemu Ijah.
"Mbok Ijah..Pak Dadang mana ? Tian mau berangkat nih ?".
"nggak tau, non..belum dateng dari tadi..".
"haduuh, Tian bisa telat nih..".
"telpon aja, non..".
"nunggu juga dong..yaudah Tian naik taksi aja deh, berangkat dulu yaa Mbok..".
"ati-ati, non...". Tian pun sampai ke sekolahnya, dan masuk ke dalam kelas.


Pak Dadang


Teman-temannya pun menyadari ada perubahan pada Tian. Biasanya Tian bawel sekali, tapi hari ini dia sangat pendiam.
"Tian, lo kenapa ? kok diem aja dari tadi ? biasanya lo bawel ?", tanya Sherly.
"ah nggak apa-apa kok, Sherl...".
"bener ? apa jangan..jangan gara-gara kemaren ?".
"nggak, bukan karena kemaren..gue cuma lagi pusing aja kok, Sherl..". Biasanya dia selalu cerita segalanya dengan Sherly, tapi untuk kali ini rasanya Tian tak bisa menceritakannya.
"kalo gitu kita ke kantin aja yuuk, biar lo bisa seger lagi..". Tian mengangguk sambil tersenyum. Sherly tak tahu kalau sahabatnya itu sedang bingung bercampur sedih. Depresi dialami Tian seharian, dia bagai mayat hidup di sekolah. Tersenyum jika ada yang mengajaknya senyum saja. Sampai-sampai Tian tak sadar kalau rasa ngilu di selangkangannya sudah tak terasa. Di rumah pun juga tak membuatnya bersemangat. Orang tuanya juga baru kembali 8 hari lagi. 1 hari, 2 hari, 3 hari berlalu.

Tian sadar percuma baginya untuk meratapi kesuciannya, tak akan bisa ia dapatkan lagi keperawanannya. Tian pun bisa kembali ceria dengan caranya sendiri. Tapi, tetap saja hati Tian dag dig dug karena tak ada kabar dari Dadang, dia takut Dadang merekamnya malam itu dan telah menyebarkannya. Tiap malam, Tian selalu gelisah. Dan paginya, Tian selalu merasa pusing. Semakin menjadi di hari keempat ini. Begitu sampai di rumah, Tian langsung masuk ke dalam kamar, mengunci pintu, menyalakan ac, dan mengunci pintu geser menuju beranda kamarnya. Dia hanya istirahat sambil menonton tv sampai malam.
"aduh..kenapa sih...dari kemaren rasanya gak enak banget ni badan...". Tubuh Tian terasa sangat tak nyaman, entah kenapa. Mungkin setelah mandi akan kembali terasa enak, pikir Tian. Dia keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar nan wangi. Handuk melilit di tubuh Tian. Baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan sedikit ke lemari untuk mengambil pakaian, tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.
"hehe non Tian apa kabar ? Pak Dadang kangen nih". Darimana ia bisa datang, pintu & beranda sudah terkunci.
"LEPASIN !!". Tian berusaha melepaskan diri dari dekapan Dadang. Tapi, Dadang langsung mengambil gerakan antisipasi atau lebih tepatnya gerakan 'menguasai'. Dadang langsung meremasi gumpalan daging Tian dengan kasar. Payudara ranum Tian memang benar-benar empuk dan sangat enak untuk dicengkram. Ciuman bertubi-tubi dilancarkan Dadang ke tengkuk leher Tian.
"aaahh..jangann, Paakhh...". Seketika Tian seperti tak punya kemampuan untuk melawan. Dia menjadi lemah, tubuhnya seakan tak mau diperintah olehnya. Dan rasanya mulai lembap di 'bawah' sana. Dengan sekali sabetan, handuk Tian langsung melorot ke bawah. Kini, tubuh Tian sekali lagi berada di bawah kekuasaan Dadang. Terlihat dari kedua buah payudara Tian yang dimain-mainkan Dadang. Ternyata, memang sudah direncanakan Dadang untuk menghilang selama 4 hari sejak memperkosa Tian. Sebuah siasat Dadang untuk membuat Tian lebih mudah 'dikuasai'. Selama 4 hari ini, Tian memang tak pernah penasaran dengan rasa nikmat sewaktu diperkosa Dadang.

Tapi akibatnya, Tian jadi mudah terangsang oleh sentuhan-sentuhan Dadang terutama pada daerah Vnya. Kali ini Tian lebih pasrah daripada sebelumnya, dia benar-benar menyerah pada kenikmatan yang diberikan Dadang. Malah, si tomboy nan cantik itu begitu meresapi sensasi nikmat saat Dadang menyusu padanya dan menggerogoti vaginanya. Malam itu, Dadang benar-benar menguasai Tian. Dia sangat leluasa menggeluti tubuh putih mulus Tian. Menikmati setiap jengkal tubuh Tian yang sedang ranum-ranumnya. Bukannya tak mau melawan, melainkan tak bisa. Tian tak berbuat apa-apa selain membiarkan tubuhnya 'dimanipulasi' oleh Dadang. Tubuh & pikiran Tian merespon 180 derajat berlawanan dengan hati kecilnya, tapi Tian memang sudah tak bisa berpikir jernih, rasa nikmat sudah mengambil alih pikirannya. Bukanlah sebuah perkosaan yang terjadi malam itu, melainkan sebuah pergumulan yang begitu panas. Dadang, si supir tua yang jelek, tentu sangat bersemangat untuk mendapatkan kenikmatan dari tubuh putih mulus Tian.

Tapi anehnya, Tian, si artis muda yang berwajah cantik, malah merasa punya kewajiban untuk memberikan kepuasaan pada lawan mainnya itu. Desahan-desahan yang cukup kencang keluar dari mulut Tian, tapi Dadang tak khawatir. Dia mempunyai ajian. Ajian yang bisa membuat suara apapun di ruangan yang Dadang kehendaki sama sekali tak terdengar keluar sehingga dia tak khawatir desahan Tian terdengar oleh Ijah. Tak ada yang bisa menganggu acara 'gulat' mereka. Keduanya sama-sama asik melampiaskan hasrat & nafsu yang begitu menggebu-gebu. AC yang berhembus memang dingin, tapi Tian & Dadang malah bermandikan keringat. Jendela yang tertutup membuat kamar Tian begitu kental dengan aroma sex antara mereka berdua. Dadang mempratekkan segala macam posisi yang dia tahu untuk menyetubuhi Tian. Pukul 11.24 malam, Dadang menyemprotkan ejakulasi terakhirnya untuk malam itu ke payudara Tian.
Tian terkaget mendengar alarm hpnya. Sudah jam 5 pagi ternyata.

Tunggu, siapa yang menyetel alarm jam 5 ? Tian biasa memasang alarm jam setengah 6. Di saat itulah, Tian baru sadar kalau ada yang memeluknya dari belakang. Tian menengok ke belakang, dan benar, adalah Dadang yang memeluknya dari belakang. Wajah Tian memerah, rasanya sangat malu. Tak pernah dia bangun dan mendapati dirinya telanjang bulat dan dipeluk oleh lelaki. Apalagi kalau mengingat kejadian tadi malam, dia sama sekali tak pernah membayangkan kalau dia malah meminta Dadang untuk menggarapnya terus menerus. Tian bangun dari tempat tidur. Payudara, wajah, dan perutnya terasa lengket. Tentu rasa lengket itu disebabkan sperma Dadang. Baru saja membuka pintu kamar mandi, ada suara yang memanggilnya.
"non Tian mau mandi ya ?", tanya Dadang yang baru bangun dan turun dari ranjang.
"Pak Dadang ikut dong..hehe..". Dadang langsung mendekati Tian.
"ta..tapi, Paak..". Tanpa bisa menyelesaikan kalimatnya, Dadang langsung menggendongnya ke dalam kamar mandi.

Baru kali ini, Tian mandi bersama seorang laki-laki. Tian benar-benar merasa malu, wajah merah seperti tomat. Dia malu karena dia tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak terkena pengaruh obat, tapi dia tak menolak saat disuruh untuk menyabuni batang kejantanan seakan memang sudah kewajibannya melakukan hal itu.
"ayo non, sambil diurut biar otong Pak Dadang tambah gede. kan non juga yang seneng HAHAHA !!". Mendengar hal itu, wajah Tian semakin merah. Tapi, entah kenapa, gadis belia itu tak merasakan marah, hanya malu saja. Tian tak menjawab, dia hanya diam sambil terus mengurut 'kunci' selangkangan Dadang. Nafsu Dadang pun kembali tinggi karena burungnya terus diurut Tian dan langsung menggarap Tian.
"non Tian..Pak Dadang tunggu di bawah yaa..", ujar Dadang. Dia mencubit daging kembar Tian dengan gemasnya sebelum keluar dari kamar lewat beranda.
"hh...". Tian menarik nafas dalam. Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Tak hanya keperawanannya yang direnggut Dadang, tapi juga harga dirinya.

Harga diri sebagai seorang wanita yang masih belia dan berprofesi sebagai artis. Tian tak mengerti apa yang sedang terjadi, entah kenapa dia tak bisa melawan keinginan Dadang. Namun, memang tak bisa dipungkiri Tian, tadi malam memang tak bisa dilupakannya. Sebagai seorang wanita yang baru mengenal nikmat duniawi, tadi malam memang begitu 'indah' bagi Tian. Tian keluar kamar setelah selesai mengenakan seragam dan membereskan buku yang akan dibawanya.
"Mbok Ijah, Tian berangkat dulu yaa..". Begitu keluar rumah melalu pintu depan, Tian langsung disambut dengan senyuman Dadang.
"ayo non..kita berangkat". Sebelumnya Tian tak memperhatikan wajah Dadang, tapi kenapa wajah Dadang kini terlihat lebih menyenangkan bagi Tian. Tampan? bukan, wajah Dadang tidak terlihat lebih tampan di mata Tian. Entahlah, mungkin kharismatik. Tian & Dadang berangkat menuju sekolah Tian.
"non Tian..tadi malem enak kan ? HEHE".
"...". Tian melengos ke kanan, wajahnya kembali memerah.
"kok diem aja ? bukannya non Tian keenakan tadi malem ? HAHAHA".

"Pak...tolong jangan bilang siapa-siapa...", pinta Tian dengan suara pelan. Dadang memperlambat mobil dan menepi ke pinggir jalan sebelum akhirnya berhenti. Dia menengok ke belakang dan memandang Tian.
"tenang, non..kalo sampe kebongkar, Pak Dadang juga bisa masuk penjara..Pak Dadang janji gak akan bilang siapa-siapa..". Mau mengucapkan terima kasih, tapi aneh juga rasanya, pikir Tian yang akhirnya cuma mengangguk saja. Hari itu, Tian merasa lebih segar, kepala dan tubuhnya terasa enteng. Pusing & rasa nyaman yang selama 4 hari kemarin dirasakannya, kini hilang sama sekali. Mungkinkah karena tadi malam ?, tanya Tian dalam hati. Malam hari, Tian sedang istirahat seperti biasa, menonton tv sambil bermalas-malasan di ranjangnya.

Dia memandangi pintu geser yang menuju beranda kamarnya. Bukankah kemarin ia telah mengunci pintu itu, tapi Dadang masih bisa masuk. Saat sedang bingung, suara terdengar dari pintu yang tertutup tirai itu.
"cek klek klek". Tian membuka tirai, terlihat Dadang sedang jongkok. Rupanya begitu, Dadang mengakali lubang kunci pintu beranda dengan semacam peniti, jepit rambut, jarum, dan semacamnya seperti di film-film. Begitu terbuka, Dadang langsung masuk ke dalam kamar.
"non Tian, Pak Dadang numpang tidur di sini lagi yaa hehe..". Dadang langsung melucuti pakaiannya hingga tinggal kolor saja dan tidur menyamping di ranjang Tian seolah kamarnya sendiri. Tian duduk di sisi tepi ranjang yang satunya.
"Paaakkhhh...". Tak butuh hitungan menit, Dadang sudah berada di atas Tian dan sedang asik mencumbui gadis belia nan cantik itu dengan membabi buta. Tanpa disadari, malam itu, Tian mengukuhkan dirinya sendiri sebagai budak seks Dadang, supirnya. Secara resmi, Tian memang tak bilang kalau dia adalah budak seks.

Tapi, kalau dilihat dari mudahnya Dadang mengakses tubuh Tian, dan ketidakmampuan Tian untuk melawan keinginan Dadang, tak salah lagi kalau Tian sudah jadi budak seks Dadang sejak malam itu, tempat pelampiasan nafsu Dadang yang memang membutuhkannya karena dia sudah lama menduda. Sejak malam itu, Tian tak pernah mengunci pintu berandanya lagi. Dadang jadi mudah keluar masuk kamar Tian. Begitu beruntungnya Dadang, Tian kini melayaninya dengan sepenuh hati. Tian memang sudah takluk dengan keperkasaan Dadang di ranjang. Kini, tak ada yang bisa lebih membahagiakan Tian selain Dadang. Di pikiran Tian hanya memikirkan bagaimana membuat Dadang senang sebagai imbalan. Kemesraan itu terus berlanjut sampai orang tua Tian pulang. Meskipun begitu, Dadang tetap berani 'mengunjungi' Tian.
"jangan, Pak...papa sama mama Tian bisa denger..", bisik Tian ke Dadang yang baru 'sampai' di beranda.
"rasss faaa sssaa hsss ysss", Tian sama sekali tak mengerti desisan Dadang, tapi bunyinya seperti Parseltongue yang digunakan Harry Potter.

"nah sekarang non Tian tenang ajaa, gak bakal ada yang denger..".
"ta..taapi, Pak..". Dadang langsung menggendong Tian ke ranjang. Malam itu, Tian sedikit melakukan penolakan. Dia menjauhkan tangan Dadang yang selalu berusaha menggerayangi selangkangannya. Dia benar-benar takut, jika tiba-tiba ibu atau ayahnya bisa masuk ke dalam kamarnya dan mendapati dirinya sedang bermesraan dengan Dadang dalam keadaan bugil. Meski dia sudah mengunci pintu kamar, tapi tetap saja Tian merasa takut. Tian memang merasa cemas, tapi dia tak bisa begitu saja mengabaikan geli-geli nikmat yang ia rasakan. Dadang sedang menciumi leher Tian untuk merangsangnya.
"bener-bener ng..gak keedeng..ngeran kan, Pak ?".
"iya non..seratus persen yakin hehehe..". Akhirnya, Tian tak menghalangi tangan Dadan lagi yang sedari tadi ingin menggerayangi tubuhnya. Seperti yang dikatakan Dadang, orang tua Tian sepertinya tak tahu kalau anak mereka itu bergumul dengan supir mereka setiap malam hari tanpa terlewat satu hari pun.

Malam demi malam berlanjut. Kehangatan & kemesraan mereka semakin memuncak. Tian & Dadang lebih mirip pasutri dibandikan majikan & supir. Tian merasa nyaman berada di dekat Dadang, tak ingin Dadang jauh terlalu lama, cemburu jika melihat Dadang berbicara dengan perempuan lain meski Ijah sekalipun, bahkan di sekolah, Tian selalu terbayang-bayang Dadang. Jatuh cinta dengan cara yang aneh & tak di sengaja. Tian pun mau mengubah penampilannya menjadi feminim dan lebih sering mengenakan gaun. Gaya rambutnya pun diubah. Tian menjadi gadis feminim hanya karena Dadang, supir tua yang jelek yang memintanya. Memang, tak sepenuhnya karena Dadang. Kedua orang tua Tian memang sudah menyuruh Tian untuk merubah gaya penampilannya, namun Tian masih enggan. Tapi karena permintaan Dadang, Tian pun segera mengubah penampilannya. Mengapa gadis secantik Tian lebih menurut pada pria tua & jelek seperti Dadang dibandingkan orang tuanya ?. Jawabannya mudah, rasa sayang & cinta.



Aneh ? pasti. Tidak wajar ? tentu. Bagaimana bisa Tian jatuh cinta dengan seorang Dadang yang jauh dari kata tampan, juga tak mendekati kaya raya. Kata orang, jika ada seorang wanita cantik jatuh cinta kepada pria yang jelek & tidak kaya biasanya disebabkan kebaikannya. Tapi, Dadang ?. Tian tak mau ambil pusing, dia hanya menikmati hubungannya dengan Dadang sekaligus menerima takdirnya.
"tok ! tok ! tok !".
"Tian !!". Tian yang terkejut langsung memisahkan bibirnya yang tadi sedang menempel dengan bibir Dadang.
"gimana nih, Pak ??". Tian terlihat panik.
"tenang aja, non..jawab aja, kan pintunya kekunci ini..".
"iya, Mah ?!".
"Tian !". Dadang pun menon-aktifkan ajiannya.
"Tian !".
"iya, Mah ?!".
"ayo kamu makan malem dulu..di kamar aja dari pulang sekolah..".
"iya, Mah sebentar lagi Tian turun..".
"jangan lama-lama, udah ditungguin Papa di bawah..".
"iya Mah..". Ibu Tian turun ke bawah lagi tanpa pernah tahu kalau anaknya sedang asik bermesraan dengan Dadang tanpa mengenakan apapun.

"non Tian makan dulu gih..", ujar Dadang sambil terus meremasi bongkahan pantat Tian.
"Pak Dadang mau dibawain makanan juga ?".
"boleh non, hehe..". Tian turun dari ranjang, mengenakan pakaiannya lagi. Tian mengemut permen yang diambilnya sebelum keluar kamar. Permen wangi untuk menghilangkan bau sperma yang ada di mulutnya. Usai makan malam bersama dengan orang tuanya, Tian pun kembali ke kamarnya dengan membawa makanan untuk Dadang (inspired by sis Yo's story, Feby). Selesai makan, Dadang & Tian menonton tv sambil sesekali melakukan foreplay ringan. Hanya 3 menit saja Tian bisa mempertahankan pakaian yang menempel di tubuhnya. Dadang dengan mudah & leluasa menelanjangi artis belia itu. Sungguh malam yang penuh kehangatan. Penuh gairah & hasrat, keduanya bercinta layaknya sepasang suami-istri yang sudah lama tak berhubungan intim. Putri Titian, artis muda nan cantik yang dulu tomboy kini berubah menjadi feminim. Yang dulu lugu & ceria kini jadi maniak seks. Di luar sana, banyak orang mengidolakannya dan berebutan ingin dekat dengannya, atau setidaknya berfoto bersama, dapat tanda tangannya, atau menjabat tangannya.


The New Putri Titian


Tapi, Tian sendiri punya idolanya, tak lain dan tak bukan adalah Dadang, supir pribadinya yang telah memperkosanya namun tak ayal, telah memperkenalkan kepada Tian, kenikmatan surga duniawi. Kenikmatan yang telah membuat Tian sangat ketagihan digagahi Dadang. Tian & Dadang, sepasang kekasih yang berbeda segala-galanya, mulai dari wajah, umur, dan harta benda. Namun, semua itu tak ada artinya, di atas ranjang, mereka berdua sama. Tian membutuhkan keperkasaan Dadang untuk merasa menjadi wanita seutuhnya, dan Dadang tentu membutuhkan Tian untuk melampiaskan nafsunya. Memang sebuah hubungan rahasia yang sangat ditutupi dengan rapat-rapat oleh Tian & Dadang. Tapi, mungkin saja, mereka akhirnya memberi tahu kepada media dan khalayak. Mungkinkah ? jawabannya 70% mungkin, sebab Tian tak datang bulan dan mual-mual belakangan ini. Sepertinya, perbuatan Dadang yang selalu menumpahkan air maninya di rahim Tian akhir-akhir ini telah membuat Tian menunjukkan gejala-gejala wanita hamil. Well, kita tunggu saja beritanya.


sekian ceritanya