Thursday, July 8, 2010

Gairah Rekan Bisnisku

Aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan di mana aku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai produk yang akan dipesannya. aku sebagai marketing senior diutus perusahaan untuk menemuinya.

Pada awal pertemuan siang itu, aku sama sekali tidak menduga bahwa yang aku temui ternyata pemilik langsung perusahaan. Wajahnya cantik, kulitnya putih laksana pualam, Tubuhnya tinggi langsing (Sekitar 175 cm) dengan dada yang menonjol indah, dan pinggulnya yang dibalut span ketat membuat bentuk pinggangnya yg ramping kian mempesona.. juga pantatnya wahhh... sungguh sangat montok, bulat dan masih kencang. Kami bertukar kartu nama, kulihat namanya yang indah: Bella Fransiska Utomo, nama yang indah. Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100%, melihat gaya bicaranya yg intelek, gerakan bibirnya yg sensual kala bertanya apa lagi kalo sedang menunduk menulis belahan buah dadanya nampak jelas, putih, besar. Di sofa yang berada di ruangannya yang mewah dan lux, kami akhirnya sepakat mengikat kontrak kerja.


Sambil menunggu sekretaris ibu Bella membuat kontrak kerja, kami mengobrol ke sana ke mari bahkan sampai ke hal yg agak pribadi. Aku berani bicara kearah sana karena ibu Bella sendiri yang memulai. Dari pembicaraan itu, baru aku ketahui bahwa usianya baru 25 tahun, dia memegang jabatan direktur sekaligus pemilik menggantikan almarhum suaminya yg meninggal karena kecelakaan pesawat. "Pak Gala sendiri umur berapa?" "Saya umur 26 tahun, bu!" "Sudah berkeluarga?" pertanyaannya semakin menjurus. Aku sampai GR sendiri. "Belum, bu!" Tanpa aku tanya, ibu Bella menerangkan bahwa sejak kematian suaminya setahun lalu, dia belum mendapatkan penggantinya. "Ibu cantik, masih muda, saya rasa seribu lelaki akan berlomba mendapatkan ibu Bella," aku sedikit memujinya. "Memang, ada benarnya juga yang bapak Gala ucapkan, tapi mereka rata- rata juga mengincar kekayaan saya," nadanya sedikit merendah. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Ibu Bella bangkit berdiri membukakan pintu. Ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerjanya. "Kalau begitu, saya permisi pulang, bu! Semoga kerjasama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan," aku segera pamit dan mengulurkan tangan. "Semoga saja," tangannya menyambut uluran tanganku. "Terima kasih atas kunjungannya, pak Gala" Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tangannya yang bagaikan sutera, namun sebentar kemudian aku segera menarik tanganku, takut dikira kurang ajar. Namun naluri kelakianku bekerja, dengan halus aku mulai merancang strategi mendekatinya. "oh, ya, bu Bella, sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan mengawali kerjasama kita, bagaimana kalau ibu Bella saya undang untuk makan malam bersama," aku mulai memasang jerat. "Terima kasih," jawabnya singkat, ""Mungkin lain waktu, saya hubungi pak Gala, untuk tawaran ini." "Saya tunggu, bu! permisi" Aku tak mau mendesaknya lebih lanjut. Aku segera meninggalkan kantor bu Bella dengan sejuta pikiran menggelayuti benakku.

Sepanjang perjalanan aku selalu terbayang kecantikan wajahnya, postur badannya yang ideal, ah... kayanya semua kriteria cewek idaman ada padanya. Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku sering mampir ke tempat bu Bella dalam kurun waktu tersebut, Tapi tidak aku temui tanda-tanda aku bisa mengajaknya sekedar Dinner. Meskipun hubungan aku dengannya menjadi semakin akrab.

Menginjak bulan ke-2, akhirnya aku bisa mengajaknya keluar sekedar makan malam. Aku ingat sekali waktu itu malam Minggu, kami bagai sepasang kekasih, meskipun pada awalnya dia ngotot ingin menggunakan mobilnya yang mewah, akhirnya dia bersedia juga menggunakan mobil Katanaku yang bisa bikin perut mules. Beberapa kali malam Minggu kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri. Aku hanya berani menggenggam jarinya saja, itupun aku gemetaran, degup-degup di jantungku terasa berdetak kencang. Padahal hubungan kami sudah sangat dekat, bahkan aku dan dia sama-sama saling memanggil nama saja, tanpa embel-embel pak atau bu.

Sampai pada malam Minggu yang kesekian kalinya, aku beranikan diri untuk memulainya. Waktu itu kami di dalam bioskop, dalam keremangan aku menggenggam jarinya, ku elus dengan mesra, kelembutan jarinya mengantarkan desiran desiran aneh di tubuhku. Ku coba mencium tangannya pelan, tidak ada respon. Kulepas jemari tangannya dengan lembut. Aku rapatkan tubuhku dengan tubuhnya. Kupandangi wajahnya yang sedang serius menatap layar bioskop. Dengan keberanian yang aku paksakan ku kecup pipinya. Dia terkejut, sebentar memandangku, Aku berfikir pasti dia akan marah. Tapi respon yang aku terima sungguh membuat aku kaget. Dengan tiba-tiba dia memelukku. Mulutnya yang mungil langsung menyambar mulutku dan melumatnya, sekian detik aku terpana, tapi segera aku sadar dan balas melumat bibirnya.

Ciumannya makin ganas. Lidah kami saling membelit mencoba menelusuri rongga mulut lawan. Sementara tangannya semakin kuat mencengkram bahuku, aku mulai beraksi. Tanganku bergerak merambat ke punggungnya, kuusap lembut punggungnya, bibirku yang terlepas menjalar ke lehernya yang jenjang dan putih. Aku menggelitik belakang telinganya dengan lidahku. "Bella, aku sayang kamu," aku bisikkan kalimat mesra di telinganya. "Gal, akupun sayang kamu," suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit. Dan saat tanganku menyusup kedalam blousnya, erangannya semakin jelas terdengar. Aku merasakan kelembutan buah dadanya, kenyal, kupilin halus putingnnya, sementara tanganku yg satunya menelusuri pinggangnya dan meremas-remas pinggulnya yang sangat bahenol. Segera kubuka kancing blous bagian depannya, suasana bioskop yang gelap sangat kontras sekali dengan buah dadanya yang putih. Perlahan ku keluarkan buah dadanya dari branya.

Kini di depanku terpampang buah dadanya yang sangat indah. Kucium dan kujilat belahannya. Hidungku bersembunyi di antara belahan dadanya. Lidahku yang basah dan hangat terus menciumi sekelilingnya perlahan naik hingga ke bagian putingnya. Kuhisap pelan putingnya yang masih mungil, kugigit lembut, ku dorong dengan lidahku, Bella semakin meracau. Tangannya menekan kuat kepalaku saat putingnya kuhisap agak kuat. Sementara aku merasakan gerakan dicelanaku semakin kuat, senjataku sudah menegang maksimal. Tanganku yang satunya sudah bergerak ke pahanya, spannya ku tarik ke atas dikit hingga batang pahanya tampak mulus, putih. Ku belai, kupilin pahanya sementara mulutku menghisap terus puting buah dadanya kiri dan kanan. Dan saat jariku sampai di pangkal pahanya, aku menemukan celana dalamnya. Perlahan jari-jariku masuk lewat celah celana dalamnya. Ku geser ke kiri, akhirnya jari-jariku menemukan rambut kemaluannya yang sangat lebat. Dengan tak sabar, aku gosokkan jariku di klitorisnya sementara mulutku masih asik menjilati puting buah dadanya yang semakin mencuat keatas pertanda gairahnya sudah memuncak. Meskipun jari-jariku sedikit terhalang celana dalamnya tapi aku masih dapat menggesek klitorisnya, bahkan dengan cepat aku masukkan jariku ke dalam celahnya yang lembab, terasa agak basah...... jariku berputar-putar di dalamnya, sampai aku temukan tonjolan lembut bergerigi didalam kemaluannya. Kutekan dengan lembut G-spotnya itu, kekiri dan kekanan perlahan "Achhhh.... Gala! Aku sudah nggak tahan!" "Terus Gal...... oh........." Suaranya makin keras, birahinya sudah di puncak. Tangannya menekan kepalaku ke buah dadanya, hingga aku sulit bernafas, sementara tangan yang satunya menekan tanganku yang di kemaluannya semakin dalam. Akhirnya aku rasakan seluruh tubuhnya bergetar, kuhisap kuat puting susunya, ku masukkan jariku semakin dalam. "Ahhh.... oh.......... Gal....... aku ke.. lu....ar!" Aku rasakan jariku hangat. "Makasih, Gal, sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini."

Aku hanya bisa diam, menahan tegangnya senjataku yang belum terlampiaskan. Tapi rupanya Bella sangat pengertian. Dengan lincahnya dibukanya resleting celanaku. Jari-jarinya mencari senjataku. Aku membantunya dengan menggerakkan sedikit tubuhku. Saat tangannya mendapatkan apa yg dicarinya, sungguh reaksinya sangat hebat. "Oh... besar sekali Gal. Aku suka, aku suka..." Bella seperti anak kecil yg mendapatkan permen. Senjataku yang sudah kaku perlahan dikocoknya. Aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara tangannya asik mengocok batang senjataku, tangan satunya membuka kancing bajuku. Mulutnya yang basah menciumi dadaku dan menjilati putingku. Sesekali Bella menghisap putingku. Aliran darahku semakin panas, gairahku makin terbakar... Aku merasakan spermaku sudah mengumpul di ujung, sementara kepala senjataku semakin basah oleh pelumas yang keluar. "Bella, aku sudah nggak tahan................." "Tahan sebentar, Gal" Bella melepaskan jilatan lidahnya di dadaku dan langsung memasukkan senjataku ke dalam mulutnya, aku merasakan kuluman mulutnya yg hangat dan sempit. Aku lihat mulutnya yang mungil sampai sesak oleh kemaluanku. Bella semakin kuat mengocok batang senjataku kedalam mulutnya. Akhirnya kakiku sedikit mengejang utk melepaskan spermaku.

"Awas, Bell, aku mau keluar!" Kutarik rambutnya agar menjauh dari batang senjataku, tapi Bella malah memasukkannya ke dalam mulut lebih dalam. Aku tak tahan lagi. Kulepaskan tembakanku. Tujuh kali denyutan cukup memenuhi mulutnya yg mungil dengan spermaku. Bella dengan lahap langsung menelannya dan membersihkan cairan yg tertinggal di kepala senjataku dengan lidahnya. Aku menarik nafas panjang mengatur degup jantungku yg tadi sangat cepat. Setelah lampu menyala kembali pertanda pertunjukan telah usai, kami sudah rapi kembali. Kulihat jam di pergelangan tanganku menunjukan angka 10.00 malam. Aku langsung mengantarnya pulang. Dalam perjalanan kami tak banyak bicara. Kami saling memikirkan kejadian yang baru saja kami alami bersama.

Sampai di rumahnya yang mewah di bilangan Pluit, aku langsung ditariknya menuju kamar pribadinya yang sangat luas. "Gal, saya belum puas, kita teruskan permainan yang tadi," tangannya langsung membuka kancing bajuku dan mulai membangkitkan gairahku. Sementara pikiranku semakin bingung, kenapa Bella yang tadinya kalem bisa berubah ganas begini? Tapi pikiranku kalah dengan gairah yg mulai berkobar di diriku. Terlebih saat tangannya dengan lihai mengusap dadaku, Bagai musafir (yang kehausan, red) seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya dengan nafsu. Aku pun tak mau kalah sigap. Di ranjangnya yang empuk kami bergulat saling memilin, melumat, dan saling menghisap. Saat pakaian kami mulai tertanggal dari tempatnya, kami saling melihat. Aku melihat kesempurnaan tubuhnya. Apalagi di daerah selangkangannya putih, bersih sangat kontras dengan bulu kemaluannya yang sangar hitam dan lebat. Bella memandangi senjataku yang mengacung menunjuk langit-langit kamar.

Hanya sebentar kami berpandangan. Aku langsung meraih tubuhnya dan memapahnya ke ranjang. Kuletakan hati-hati tubuhnya yang gempal dan lembut. Aku mulai menciumi seluruh tubuhnya. Lidahku menari-nari dari leher sampai ke jari-jari kakinya. Ku hisap puting buah dadanya yang kemerahan. Kujilat dan sesekali ku gigit mesra, sementara tanganku yg lain meremas remas pinggul dan pantatnya yang sangat kenyal. Pergulatan kami semakin seru, kini posisi kami berbalikan seperti angka 69. Kami saling menghisap puting dada, saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya. aku rasakan juga perutku dijilati. Dan akhirnya lidah kami masing-masing saling menghisap kemaluan.

Aku merasakan hangat di kepala senjataku saat lidahku menari-nari menelusuri celah kemaluannya. Lidahku semakin dalam masuk ke dalam celahnya yang telah basah. Kuhisap klitorisnya kuat-kuat. aku rasakan tubuhnya bergetar hebat..... 15 menit sudah kami saling menghisap, nafsuku yang sudah keubun-ubun menuntut penyelesaian. Segera aku membalikkan tubuhku. Kini kami kembali saling melumat bibir, sementara senjataku yang sudah basah oleh liurnya kuarahkan ke celah pahanya. Sekuat tenaga aku mendorongnya, namun sulit sekali. Tubuh kami sudah bersimbah peluh. Akhirnya tak sabar tangan Bela memandu senjataku. Setelah sampai di pintu kemaluannya, aku tekan kuat. Bella membuka pahanya lebar-lebar dan senjataku melesak ke dalam kemaluannya. Kepala senjataku sudah berada di dalam celahnya. Hangat dan menggigit. Kutahan pantatku. Aku menikmati remasan kemaluannya di kemaluanku.

Perlahan kutekan pantatku, senjataku amblas sedalam-dalamnya. Gigi Bella yang runcing tertancap di lenganku saat aku mulai menaikturunkan pantatku dengan gerakan teratur. Remasan dan gigitan vaginanya di seluruh batang senjataku terasa sangat nikmat. Aku balikkan tubuhnya. Kini tubuh Bella menghadap ke samping. Senjataku menghujam semakin dalam. Kuangkat sebelah kakinya ke pundakku. Batang senjataku amblas sampai mentok di mulut rahimnya. Puas dari samping, tanpa mencabut senjataku, kuangkat tubuhnya. Dengan gerakan elastis kini aku menghajarnya dari belakang. Tanganku meremas bongkahan pantatnya dengan kuat, sementara senjataku keluar masuk semakin cepat. Erangan dan rintihan yang tak jelas terdengar lirih, membuat semangatku semakin bertambah. Ketika aku rasakan ada yang mau keluar dari kemaluanku, segera kucabut senjataku. "Pllllop!" Terdengar suara saat senjataku kucabut. Mungkin karena ketatnya lubang kemaluan Bella mencengkram senjataku. "Achhhh, kenapa Gal.. aku sedikit lagi," protes Bella. Dia langsung mendorong tubuhku.

Kini aku terlentang di bawah, dengan sigap Bella Meraih senjataku dan memasukkannya ke dalam lubangnya sambil berjongkok. kini Bella dengan buasnya menaik turunkan pantatnya, sementara aku di bawah sudah tak sanggup rasanya menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Bella, apalagi saat pinggulnya sambil naik-turun digoyangkan juga diputar-putar, aku bertahan sekuat mungkin. Satu jam sudah berlalu aku lihat Bella semakin cepat bergerak, cepat, cepat hingga akhirnya aku merasakan semburan hangat di senjataku saat tubuhnya bergetar dan mulutnya meracau panjang. "oh.... aku puas, Gal, sangat puas," tubuhnya tengkurap di atas tubuhku. Namun senjataku yg sudah berdenyut-denyut belum tercabut dari kemaluannya. Aku rasakan buah dadanya yang montok menekan tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya.

Setelah beberapa saat, aku sudah merasakan airmaniku tidak jadi keluar, segera ku balikkan tubuhnya kembali. Kini dengan gaya konvensional aku mencoba meraih puncak kenikmatan. Kemaluannya yang agak basah tidak mengurangi kenikmatan. Aku terus menggerakan tubuhku. Perlahan gairahnya kembali bangkit. Terlebih saat batang senjataku mengorek-ngorek lubang kemaluannya kadang sedikit kuangkat pantatku agar G-spotnya tersentuh. Berhasil. Kini pinggul Bella yang seksi mulai bergoyang seirama dengan gerakan pantatku. Jari-jarinya yang lentik mengusap dadaku, putingku dipilin-pilinnya, hingga sensasi yg aku rasakan tambah gila. Setengah jam sudah aku bertahan dengan gaya konvensional,

Perlahan aku mulai merasakan cairanku sudah kembali keujung kepala senjataku. Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Bella pada putingku, dan pitingan kakinya dipinggangku, kusemprotkan air maniku kedalam kemaluannya. Kami berbarengan orgasme. Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya. Aku baru tahu bahwa gairahnya sangat tinggi. Selama ini dia bersikap alim, karena tidak mau sembarangan main dengan cowok. Dia mau denganku karena aku sabar, baik dan tidak mengejar kekayaannya. Apa lagi begitu tahu senjataku 2 kali lipat mantan suaminya, tambah lengket saja. Memang yang aku kejar hanyalah kenikmatan dunia yang didasari Cinta/suka. Kalo harta sih, ada sukur, nggak ada ya....... cari dong......

No comments:

Post a Comment