Suatu hari Markaban mengajak relasinya sesama anggota DPR dari daerah
untuk makan siang di restoran Italia terkenal. Markaban sebenarnya
belum pernah makan di restoran Italia. Maklum, sebagai putera daerah
sebenarnya ia lebih nyaman makan di warteg. ''Nggak apa-apa lah
sekali-kali, supaya dianggap keren oleh teman-teman DPR,'' pikirnya.
Setelah mereka duduk dan mencicipi anggur yang disajikan, Markaban
mengambil menu dan mulai memesan. Karena bingung melihat nama-nama
aneh masakan Italia, Markaban memilih sembarang. ''Pelayan, kami mau
pesan Gianfranco Tardelli,'' ujar Markaban sambil memberi penekanan
pada aksen Italinya. ''Maaf, Tuan,'' jawab pelayan. ''Itu nama pemilik
restoran ini !''
untuk makan siang di restoran Italia terkenal. Markaban sebenarnya
belum pernah makan di restoran Italia. Maklum, sebagai putera daerah
sebenarnya ia lebih nyaman makan di warteg. ''Nggak apa-apa lah
sekali-kali, supaya dianggap keren oleh teman-teman DPR,'' pikirnya.
Setelah mereka duduk dan mencicipi anggur yang disajikan, Markaban
mengambil menu dan mulai memesan. Karena bingung melihat nama-nama
aneh masakan Italia, Markaban memilih sembarang. ''Pelayan, kami mau
pesan Gianfranco Tardelli,'' ujar Markaban sambil memberi penekanan
pada aksen Italinya. ''Maaf, Tuan,'' jawab pelayan. ''Itu nama pemilik
restoran ini !''
No comments:
Post a Comment