Wednesday, November 3, 2010

Ngerjain Temen

Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama
Pak Imam dan Muklas, selama ini aku belum
ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke
sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau
libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku
yaitu Verna dan Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus,
sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Ratna yang hari ini
tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Verna
dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok yang
membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka
karena Verna tidak sulit diajak ‘naik ranjang’ karena dia sudah
ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut
dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Verna
walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata
Indah termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali
dia ganti pacar gara-gara sifat materenya.

Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau
mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan
kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Verna protes karena aku tidak
memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu
juga Indah yang ikut mendukung Verna karena pacarnya juga tidak boleh
diajak.
“Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ci, masa si Chevy aja ga boleh
ikutan ?” kata Indah
“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal
nih” timpal Verna
“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya
yang kali ini surprise deh ! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun
lagi deh”
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang
lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain
adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Imam dan Muklas.

Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Imam lewat telepon bahwa aku
besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada
mereka dulu. Pak Imam tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami
telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami
sampai di villaku, Pak Imam seperti biasa membukakan pintu garasi, bola
matanya melihat jelalatan pada kami terutama Verna yang hari itu
pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok
mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia
menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si
Muklas. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang,
lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih
terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

“Eh…sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk”
ajakku pada mereka
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam
dengan santainya
“Wei…gila lo Ci, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan
orang gimana ?” tegur Indah
“Iya Ci, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng gimana tuh” sambung Verna
“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang
aja Pak Imam udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti”
bujukku sambil menarik tangan Verna
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut
kepergok tetangga, setelah kutantang Verna baru mulai berani melepas
satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih
agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam
tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa,
main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan
bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di
istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke
atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.
“Ci, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Verna
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.
“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk
menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak
Imam dan Muklas segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Muklas sambil menutup gagang telepon
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan
vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.
“Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen
neng dari loteng” kata Pak Imam
“Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng” ujar
Muklas merujuk pada Indah.
“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting
sekarang surprise buat mereka dulu”
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap
dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Verna. Aku berjalan ke arah
kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di
kursi santai tanpa busana, sementara Verna masih berendam di air.

“Ver, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih”
pintaku padanya “lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang
menunggunya. Di balik pintu itu Pak Imam dan Muklas yang sudah kusuruh
bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras
dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Verna
memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.
“Kenapa Ci, ada perlu apa emang ?” tanyanya.
“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai
dan memberi aba-aba pada mereka. Sebelum Verna sempat membalikkan badan,
sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang
satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Verna yang
terkejut tentu saja meronta-ronta , namun pemberontakkan itu justru
makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Imam dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin
putingnya. Si Muklas berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang
menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia
berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Verna.
“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Muklas sambil
menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Verna, diperlakukan seperti itu
Verna cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena
bekapan Pak Imam begitu kokoh.
“Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak Imam, tuh jatahlu masih
nunggu di luar sana” kataku padanya
Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas menurunkan kembali kaki
Verna dan bergegas menuju ke kolam.
“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku

Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Imam
langsung menghempaskan dirinya bersama Verna ke ranjang spring bed-ku.
Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari
jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari
kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Muklas. Dia berhasil
berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari
Muklas, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu
mengangkat badannya.
“Jangan…tolong !!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Muklas
Muklas dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke
air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat
Muklas menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indah
tentu saja bukan tandingan Muklas yang sudah kesurupan itu. Perlawanan
Indah mengendur setelah Muklas mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam
juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Muklas menggerayangi
tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Muklas memeluk erat Indah sambil
melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi
pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Imam dan Verna untuk
bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Verna juga
menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi
erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Imam.
Waktu aku menghampiri mereka Pak Imam sedang menjilati paha mulus Verna
sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan
kemaluan Verna.
“Aduh Ci…tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini…ahhh !!”
kata Verna ditengah desahannya
“Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung
dong” kataku seraya melumat bibirnya

Aku berpagutan dengan Verna beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Imam
mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Verna secara
bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya.
Desahan Verna tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya
menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.
“Hhhmmhh…tetek Neng Verna ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng”
kata Pak Imam disela aktivitasnya.
Memang sih diantara kami bereempat, payudara Verna termasuk yang paling
montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya
paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka
diantara himpitannya. Pak Imam pun tidak terkecuali, dia dengan gemas
mengemut susunya, seluruh susu kanan Verna ditelan olehnya.

Puas menetek pada Verna, Pak Imam bersiap memasuki vagina Verna dengan
penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Verna dia
memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.
“Ouch…sakit Ver, duh kasar banget sih babu lu” Verna meringis dan
mencengkram lenganku waktu penis super Pak Imam mendorong-dorongkan
penisnya dengan bernafsu
“Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil
meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak
Imam.
Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Verna pun tidak bisa
menahan jeritannya, Verna kelihatan mau menangis nampak dari matanya
yang sedikit berair.Pak Imam mulai menggarap Verna dengan genjotannya.
Aku merasakan tangan Verna menyelinap ke bawah kimonoku menuju
selangkangan, eennghh…aku mendesah merasakan jari-jari Verna
menggerayangi kemaluanku.

Aku lalu naik ke wajah Verna berhadapan dengan Pak Imam yang sedang
menggenjotnya. Verna langsung menjilati kemaluanku dan Pak Imam menarik
tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus
menyodoki Verna, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya
dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya
sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya
berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya
segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin
membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku,
tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan
benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa,
geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Verna pada vaginaku membuat
daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Verna juga
mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan
putingku. Ciuman Pak Imam merambat naik dari dadaku hingga hinggap di
bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya
yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami
bercampur baur.
“Aahh…oohh…gua dah mau…Pak !!” erang Verna bersamaan dengan tubuhnya
yang mengejang dan membusur ke atas.
Melihat reaksi Verna, Pak Imam semakin memperdahsyat sodokannya dan
semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan segera
menyusul Verna, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu
yang hampir bersamaan aku dan Verna mencapai klimaks, tubuh kami
mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Verna. Erangan
kami memenuhi kamar ini membuat Pak Imam semakin liar.

Setelah aku ambruk ke samping, Pak Imam menindih Verna dan mulai
menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut
Verna, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu,
seolah-oleh tak ingin lepas darinya.
“Hhmmpphh…sluurrpp…cup…cup…” demikian bunyinya saat mereka bercipokan,
lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing.
Pak Imam cukup pengertian akan kondisi Verna yang mulai kepayahan, jadi
setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan
kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah
orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada
bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan
menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak
masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati
proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Imam sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan
genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin
keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih
tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara
desahan Verna terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku.
Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan,
bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Verna dikocok dengan
jari-jarinya. Verna membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak
Imam bermain lebih leluasa.
“Aduhh…aahh…gila Ver…enak banget !!” ceracauku sambil merem-melek
“Oohh…terus Pak…kocok terus” Verna terus mendesah dan meremas-remas
dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

“Yak…dikit lagi…aahh…Pak…udah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa
sudah hampir klimaks
“Neng Citra…Neng Verna…bapak juga…mau keluar…eerrhh” geramnya dengan
mempercepat gerakkannya.
Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh
dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku
berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari
vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Verna berlutut dan mengoral
penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Verna berlutut mengemut penis
basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang
tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan
Verna menikmati penis Pak Imam. Verna mengemut batangnya, aku mengemut
buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati ‘sosis’ itu.

Di tengah kulumannya mendadak Verna merintih tertahan, tubuhnya seperti
menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan
bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak
Imam mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan
kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami
berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar
semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan
“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini”
katanya terbata-bata
Setelah tidak ada yang keluar lagi Verna menjilati sisanya di wajahku,
demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah
Pak Imam jatuh tepat di dada Verna.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka
kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Muklas. Aku tiba di
kolam melihat Muklas sedang menggarap tubuh mungil Indah. Di daerah
dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Muklas dari
bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada
vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang
tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada
Muklas yang buruk rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.
“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih ?” sapaku
“Edan Ci…gua sampe klimaks tiga kali…aahh !!” desah Indah tak karuan
“Neng….temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi” komentar
Muklas sambil terus menggenjot.

Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya,
tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila
itu pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap lewat ketiak sebelah
kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun
berkali kali mengikuti gerakan Muklas. Jeritannya makin menjadi-jadi
hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme,
beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di
tangga kolam. Setelah menaklukkan Indah, Muklas memanggilku yang
mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.
“Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok sendiri”

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku
dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga
meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih
kemaluannya.
“Gila nih kontol, masih keras juga…udah keluar berapa kali tadi ?”
tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih ‘lapar’ itu.
“Baru sekali tadi…abis saya masih nungguin neng sih” godanya saambil
nyengir.
Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku
melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku
pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia merapatkan
badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang
telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya
membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat
bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon
dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari
kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi
untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku,
tangan kanan Muklas ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat
kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam,
mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman
kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Muklas mengehentakkan
pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya
bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi
pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap
langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Kalau dibandingkan dengan Pak Imam, memang sodokan Muklas lebih mantap
selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada
Pak Imam yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai
kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak
di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga…ternyata si Verna,
dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela,
tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya
menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang
meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah
serangan Muklas yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol,
pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku
menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik
orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Muklas
memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan
ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang
daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur
tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya.
Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu
juga Muklas yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di
pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak
naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Verna
dan Pak Imam sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih
merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.

Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur.
Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan
permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang
kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan
diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Verna,
filenya akan disimpan dalam komputer Verna untuk koleksi dan tidak akan
boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus
bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Imam dan Muklas
kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah,
mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar
mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan
dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Indah
melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua
orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Indah.

Indah sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi
erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Muklas menyusupkan
tangannya ke kimono Indah meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di
baliknya. Pak Imam menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar
kedua paha Indah dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya
yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Indah
terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Muklas yang menegang sambil
memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Imam dan dadanya
diremas Mulkas. Aku melihat lidah Pak Imam menjalar jari belahan bawah
hingga puncak kemaluan Indah, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya.
Indah tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis
Muklas ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang
makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Verna dengan kamera-HP
nya.

Indah terengah-engah melayani penis super Muklas, sepertinya dia sudah
tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan
hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan
suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Verna sebagai juru
kameranya. Pak Imam yang baru saja melepaskan kolornya
menggesek-gesekkan benda itu pada bibir kemaluan Indah, sebagai
pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Indah terpampang begitu
Muklas menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang
putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar,
sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Imam mempergencar
rangsangannya dengan menciumi batang kakinya mulai dari betis, tumit,
hingga jari-jari kakinya. Indah yang sudah kesurupan ‘setan seks’ itu
jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu

“Ahhh…awww…Pak enak banget….masukin aja sekarang !!” rintihnya manja
sambil meraih penis Pak Imam yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.
Pak Imam pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Indah
diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat
merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik
kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun
menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Verna yang juga sudah horny
sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Indah nampak sangat liar,
kemaluannya digenjot dari depan, dan Muklas yang menopang tubuhnya dari
belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya.
Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Muklas, lalu melumat leher
dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan
Indah tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Muklas.

Serangan Pak Imam pada vagina Indah semakin cepat sehingga tubuhnya
menggelinjang hebat
“Aaakhhh…aahhh !!” jerit Indah dengan melengkungkan tubuhnya ke atas
Indah telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Imam yang
menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh
Verna, difokuskan terutama pada wajah Indah yang sedang orgasme. Tanpa
memberi istirahat, Muklas menaikkan Indah ke pangkuannya dengan posisi
membelakangi. Kembali vagina Indah dikocok oleh penis Muklas. Walaupun
masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Muklas.
Muklas yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat
Indah menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam mengistirahatkan penisnya
sambil menyusu dari kedua payudara Indah secara bergantian. Aku semakin
dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya,
sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.

Bosan dengan gaya berpangkuan, Muklas berbaring telentang dan membiarkan
Indah bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia menyuruh Verna naik ke
atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Verna yang daritadi sudah
terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu.
Seluruh wajah Muklas tertutup oleh daster transparan Verna, namun aku
masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil
menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Imam
yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling
sambil berciuman penuh nafsu. Dengan tetap berciuman Pak Imam memasukkan
penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan
penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam
vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam.
Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya
menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku
masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.

Aku melihat Muklas masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya
kali ini Verna sudah bertukar posisi dengan Indah. Sekarang mereka
saling berhadapan, Verna bergoyang naik turun diatas penis Muklas sambil
berciuman dengan Indah yang mekangkangi wajah Muklas. Indah membuka
kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu
diseruput dengan rakus oleh si Muklas sampai terdengar suara sluurrpp….
sshhrrpp…Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan
sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa
padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku
menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas
kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah
setengah sadar ketika Pak Imam menumpahkan maninya di wajahku,
tulang-tulangku serasa berantakan. Indah sudah terkapar lebih dulu
dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal
pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang
mengalir bak mata air.

Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Muklas menyodomi
Verna yang masih dalam gaun transparan yang sudah berantakan, tubuh
keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku pun segera
tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Verna maupun tubuhku yang
sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah
menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah
yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk
membangunkannya.
“Gimana Dah…puas semalem ?” tanyaku
“Gila gua dientotin sampe kelenger , barbar banget tuh dua orang,
eh…omong-omong pada kemana yang lain si Verna juga ga ada ?”
“Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu
yuk…udah lengket gini” ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma
kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba
menempel di sana.

Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan,
kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua
segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami
tengok ke dalam dan melihat Verna dan kedua penjaga villa itu. Darahku
berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Verna sedang
dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Muklas sedang enak-enaknya
mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Imam
berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun
membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak
terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus
‘bekerja’. Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah
shower dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat
mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan
menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah dia
melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika
tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya
sekaligus mempermainkan klistorisnya.
“Uuhh...Ci !!” dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku
sehingga buah dada kami saling berhimpit.
Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke
bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat
ditambah lagi adegan panas Verna dengan kedua pria itu membuatku makin
naik. Indah mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku yang terbuka
karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan.
Kemudian aku memutar badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman
menonton Verna.

Aku melihat wajah horny Verna yang cantik, dia meringis dan mengerang
menikmati tusukan Pak Imam pada vaginanya, sementara Muklas hampir
mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya
diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram
daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya
menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Verna. Mataku
tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indah pada
daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku,
putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya
meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku
dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan
dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.

Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Muklas
yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Verna berjalan ke arahku,
penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih
kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara
kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu
dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang
langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan
mengeluarkan desahan menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat
dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk
melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan
Indah tapi penis Muklas yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi
dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku
seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek
merasakan nikmat yang tak terkira.

Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya
setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan
berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di
daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk
kembali ke Jakarta. Indah dan Verna keluar dari kamar terlebih dulu
meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup
lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang
ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi
terdengar suara desahan dan ya ampun...ternyata mereka sedang bermain
‘short time’ sambil menungguku.

Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang
menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Imam menyodokinya
dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sementara
di pintu mobil, Verna berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap,
paha kirinya bertumpu pada bahu Muklas yang berjongkok di bawahnya.
Celana dalamnya tidak dibuka, Muklas menjilati kemaluannya hanya dengan
menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi
payudara dan pantatnya.
“Weleh...weleh...masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan
aja, ntar kejebak macet kita” kataku sambil geleng-geleng kepala.
“Tengan neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja
kok” tanggap Pak Imam dengan terengah-engah

Akhirnya setelah 15 menitan Pak Imam melepas penisnya dan memanggilku
untuk bergabung dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya menolak karena
tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku
berjongkok di sebelah Indah.
“Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur” kataku
padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu
Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Imam menggeram dan cepat-cepat
kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria
itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut Indah, Indah
sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar
tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu lama mengisapnya.
“Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ?” ujar Verna yang sudah merapikan
kembali pakaiannya.
Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak
terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan
dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si
Ratna yang hari ini absen

No comments:

Post a Comment