Friday, October 8, 2010

Andropause, Pria Sulit Ereksi



Jika suami anda mengalami andropouse, jangan terkejut. Bahwa bukan hanya keinginan seksual akan dapat menurun, tetapi Anda juga perlu waktu yang lebih lama atau merasa sulit melakukan ereksi.
Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd mengatakan, andropouse digunakan pada beberapa gejala dan berbagai keluhan yang sering dialami oleh kebanyakan pria karena mengalami penurunan kadar hormon testosteron mereka. Hormon testosteron adalah suatu bentuk hormon penting, bahkan bukan hanya untuk pria tetapi juga untuk wanita. Pada umumnya hormon ini dikenal dengan hormon pria, padahal hormon ini juga ada pada wanita.
Hormon testosteron ini sering juga dikenal dengan hormon seks, kenyataannya fungsi hormon ini bukan hanya untuk organ seks. Hormon testosteron sangatlah berpengaruh sebagai fungsi seksual antara pria dan wanita, khususnya untuk dorongan seksual, ereksi pada penis pria dan klitoris wanita, munculnya perlendiran pada vagina, dan rangsangan untuk orgasme. Perlu anda ketahui juga bahwa hormon testosteron sangat berperan untuk fungsi otak, tulang lemak, otot, sistem kekebalan, dan pembentukan darah. Karena itu, apabila mengalami penurunan kadar testosteron, sehingga muncul beberapa gejala dan keluhan-keluhan yang muncul, pada pria ini disebut dengan andropouse.
Pada wanita yang mengalami penurunan kadar hormon testosteron mereka, dapat terjadi sesuai dengan bertambahnya usia. Tetapi khusus pada wanita, gejala yang muncul akibat dari turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron, sehingga mereka akan memasuki menopause.
Adanya suatu penurunan kadar hormon testosteron bagi seorang pria akan menimbulkan gejala dan keluhan pada hidup mereka. Pertama, mereka akan mengalami penurunan kenyamanan hidup, fungsi seksualitas, jumlah sel darah merah, massa otot, kekuatan otot,  daya tahan tubuh, dan fungsi kognitif atau berpikir. Kedua, ia juga akan mengalami meningkatnya lemak sehingga mengalami kegemukan pada perut, mengalami penyakit jantung, dan sulit tidur.
Sedangkan yang menyangkut fungsi seksual mereka, akan mengalami beberapa gejala dan keluhan, contohnya, mereka akan mengalmai turunnya dorongan seksual, sehingga perlu  waktu lama agar penis dapat melakukan ereksi, ia akan sangat membutuhkan rangsangan secara langsung pada penis agar penis dapat ereksi, berkurangnya rigiditas atau kekakuan saat penis ereksi, menurunya jumlah kuantitas ejakulasi, waktu untuk refrakter akan lama.
Refrakter ialah suatu waktu dimana pria setelah mengalami orgasme dan ejakulasi, hingga ia sanggup kembali untuk melakukan hubungan intim kedua kalinya. Biasanya pria yang mengalami keluhan seksual ini diakibatkan turunnya kadar hormon testosteron bebas, turunnya metabolisme, terjadi proses degenerasi untuk beberapa organ tubuh, dan adanya suatu tingkatan nilai ambang pada hormon testosteron.
Cara untuk dapat lebih meyakinkan apakah pria tengah mengalami andropouse atau tidak, yaitu dengan memeriksakan darah mereka. Dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, kita akan tahu rendahnya kadar hormon testosteron.
Setelah pemeriksaan laboratorium, dokter akan melakukan pengobatan hormon, supaya hormon yang berkurang bisa diganti. Pengobatan pada hormon testosteron pria yang menderita andropouse, sangat aman dan tidak akan mengakibatkan hal yang buruk, tentu harus dilakukan dengan profesional. Penanganan profesional bukan berarti hanya diberikan pada kondisi yang tepat tetapi juga kontrol yang teratur sangat perlu dilakukan.
Penanganan untuk hormon testosteron sangat dilarang bagi pria yang menderita kanker kelenjar prostat. Sehingga sebelum melakukan penanganan hormon testosteron, dokter wajib memastikan tidak ada kanker prostat. Ada beberapa cara penanganan hormon testosteron, yaitu melalui suntikan, susuk dibawah kulit, pil, dan krim. Pada setiap cara yang digunakan, ada kelebihan dan kekurangan.

No comments:

Post a Comment