Sunday, June 6, 2010

Bu Nana

Sudah berhari – hari aku memerhatikannya, namanya Bu Nana, seorang istri dari pemilik minimarket yang bertempat tinggal di dekat kampusku. Kulitnya putih, wajahnya halus, bentuk badannya pun proporsional. Badannya agak berisi karena sudah memiliki satu anak namun tetap seksi.
Setiap aku pergi ke kampus, dia sedang menyapu di depan pagar depan rumahnya. Rumahnya tidak terlalu besar, namun terkesan mewah. Biasanya Bu Nana memakai baju tidur dengan jilbab menghiasi wajah ayunya itu. Baju tidur yang agak tipis membuat lekuk tubuhnya terlihat, kedua payudara yang tidak terlalu besar dan pinggulnya yang indah membuatku terpana melihatnya.

Sepulang dari kuliah, aku melintasi rumahnya lagi sambil berharap bisa melihat Bu Nana lagi. Benar saja, tepat ketika aku melintasi rumahnya, dia sedang membuang sampah di tong sampah besar di depan rumahnya. Dia memakai jubah panjang biru dengan jilbab biru dongker. Wajah ayunya membuat penisku agak menegang.
Sesampainya di kamar kost yang terletak tidak jauh dari rumah Nana, aku mulai membayangkan tubuh indahnya yang terlihat jelas tanpa sehelai benang pun menutupinya. Tiba – tiba sebuah rencana nakal terbersit di benakku, dan aku berniat melancarkannya malam ini juga, karena birahiku sudah tidak tertahankan lagi.

Malam pun tiba. Pak Joko, suami dari Bu Nana tidak pulang karena harus mengurusi minimarket barunya di luar kota. Sejauh yang aku tahu, ia hanya tinggal bertiga, dan tidak memiliki pembantu di rumahnya. Sebelum melancarkan aksiku, tidak lupa aku menenggak obat kuat, agar aku bisa semalaman menikmati tubuh Bu Nana. Juga sebotol chloroform untuk membiusnya.
Aku pun berangkat dari tempat kost menuju rumah Bu Nana yang berjarak kurang lebih 300 meter. Sesampainya di depan rumah Bu Nana, aku langsung memanjat pagar rumahnya yang tidak terlalu tinggi. Suasana malam yang sepi membuatku leluasa untuk melancarkan aksiku.
Di halaman depan, aku langsung mengendap – endap ke bagian belakang rumahnya. Dari jendela belakang kulihat Bu Nana sedang membuat susu untuk anaknya. Sesudah itu ia langsung ke kamar untuk memberikan susu itu kepada anaknya. Aku pun langsung menyelinap masuk. Aku mengambil serbet yang ada di dapur dan menuangkan chloroform ke serbet itu. Ketika Bu Nana masuk ke dapur lagi, aku langsung menyergapnya dan menutupkan serbet ke wajahnya. Sekitar semenit ia meronta, namun setelah itu badannya lemas tidak berdaya.
Kupandangi tubuhnya yang berbalut daster biru dan jilbab putih sedada. Kuraba payudara kirinya, terasa kenyal seperti payudara seorang gadis. Tangan kananku memainkan payudara kanannya. Payudara yang kenyal itu membuat penisku langsung menegang, mungkin ini efek dari obat kuat tadi. Kuangkat ujung jilbabnya, dan kubuka satu persatu kancing dasternya. Terpampanglah kedua payudara putih mulus di depanku, payudara itu ternyata masih kencang. Bra putih berenda menutupi payudara itu. Kumain – mainkan kedua payudara itu, dan kuputuskan tali penghubung branya.
Indah sekali payudaranya, putingnya masih berwarna pink. Kujilati putting kirinya sambil kumainkan putting kanannya. Putingnya pun mulai mengeras. Puas dengan payudara, aku pun mulai memeloroti celana panjangnya. Ternyata Bu Nana memakai G-string hitam. Dari balik CDnya terlihat bulu – bulu halus dari memeknya. Kedua paha putihnya membuatku semakin tidak tahan. Segera kuputuskan tali CDnya sehingga memeknya yang indah dapat kulihat. Kujilati memeknya yang masih rapat yang dihiasi bulu – bulu halus yang tidak terlalu lebat.
Kumain – mainkan klitorisnya, kupilin – pilin dan kujilati. Tidak lama memeknya mulai basah. Aku pun berdiri sambil memandangi hasil kerjaku. Wanita setengah baya berjilbab yang berbaring dengan daster setengah terbuka dan tanpa celana.
Aku pun membuka semua pakaianku, penisku sudah menegang. Kukulum bibir Bu Nana yang mungil, lalu kumasukkan penisku ke dalam mulutnya sampai membuatnya tersedak. Kumaju mundurkan penisku. Semakin cepat dan semakin cepat. Hingga tak terasa spermaku muncrat di dalam mulutnya, spermaku memenuhi mulutnya. Namun penisku tidak mengendur sedikitpun, ia tetap mengacung tegak bagai pedang yang siap menusuk musuh.
Aku langsung mengarahkan penisku ke memek Bu Nana. Kumasukkan penisku, memek Bu Nana ternyata masih rapat seperti perawan. Nikmatnya, penisku seperti dipijat – pijat di dalam memek Bu Nana. Kocokan penisku semakin cepat, dan terasa seperti ada cairan hangat keluar dari memek Bu Nana, ternyata dalam keadaan tidak sadar ia masih bias melakukan orgasme. Itu membuatku semakin bersemangat. Ketika akan mencapai klimaks untuk kedua kalinya, kucabut penisku dan kuarahkan ketubuhnya. Spermaku muncrat kemana – mana bahkan ada yang mengenai jilbab putihnya. Badanku mulai lemas, namun penisku masih saja menegang.
Kubalikkan tubuh Bu Nana dan sehingga posisinya menjadi menungging. Kutancapkan penisku ke anusnya, anusnya yang sempit tidak menyulitkan penisku untuk masuk, karena penisku sudah basah akibat dua kali permainanku tadi. Sambil menggenjot pantatnya yang mulus, kuremas – remas payudaranya, setiap penisku menyodok masuk, remasanku semakin keras.
“Mmmmmmhhhhh” erang Bu Nana.
Mungkin kesadarannya mulai kembali. Namun tubuhnya masih lemas seperti tadi, matanya juga masih terpejam. 10 menit kemudian, aku sampai pada ejakulasi yang ketiga, anus Bu Nana penuh oleh spermaku sekarang. Penisku mulai berdenyut – denyut karena sudah 3 kali aku ejakulasi.
Aku beristirahat sejenak, penisku tetap berdiri tegang. Bu Nana masih tertelungkup tidak berdaya. Kubalikkan badannya dan kuciumi bibir mungil Bu Nana, kujilati wajahnya. Setelah agak segar, kusetubuhi Bu Nana sekali lagi, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, itu berarti sudah 2 jam kusetubuhi Bu Nana. Kocokanku kali ini semakin lama dan semakin kencang. Memek Bu Nana yang rapat membuat nikmatnya menjadi 2 kali lipat.
10 menit kemudian, Bu Nana orgasme untuk kedua kalinya.
“Mmmmmmhhhhh” erangnya.
Aku pun ejakulasi untuk keempat kalinya, obat kuat itu memang tokcer. Kali ini kusemprotkan spermaku ke dalam memeknya. Lalu aku pun terjatuh lemas sambil memeluk tubuh indah Bu Nana. Aku tertidur selama 2 jam.
Penisku sudah mengecil. Aku pun bangkit berdiri, Bu Nana masih tidak sadarkan diri. Akupun menyempatkan minum di dapurnya. Seketika itu aku merasa ingin kencing. Alih – alih kencing di kamar mandi, aku malah kencing di atas tubuh Bu Nana, kukencingi sekujur tubuh Bu Nana, mulai dari wajah sampai kakinya. Jilbab putihnya sampai keruh karena air kencingku.
Setelah itu aku pun berpakaian dan meninggalkan Bu Nana yang masih tidak sadar dan kabur lewat jalan yang sama.

No comments:

Post a Comment