Friday, June 4, 2010

Mommy Towel - 2

Kugeser wajahku ke bawah tepat di depan penis ayahku yang mengacung tegak. Kulihat ada beberapa tetes cairan bening muncul dari lubang penis itu. Kujilat cairan itu, terasa agak asin tapi cukup nikmat. Aromanya yang khas membuatku begitu bergairah. Kemudian kuciumi dan kuhisap penuh gairah.

“Kamu mau memasukkannya ke mulutmu? Para wanita dewasa melakukan seperti itu kepada kekasihnya,” kata ayahku.
“Aku akan melakukannya juga,” kataku sambil membuka mulutku lebar-lebar dan memasukkan ujung penis ayahku yang bulat setengah bola yang besar dan mengkilat itu. Cuma bagian kepalanya saya yang bisa masuk mulutku, sehingga 3/4 bagian masih kugenggam.
“Mmm, luar biasa sekali, bidadariku. Kamu pernah melakukan seperti ini sebelumnya?”
Aku menggelengkan kepala, “Tidak, aku baru pertama kali menyentuh sebuah penis. Tapi aku senang sekali melakukannya.”
“Aku senang sekali kalau kau mau melakukan seperti itu.”
Kembali kumasukkan kepala penis ke dalam mulutku.
“Hisaplah seperti menghisap es lolipop.”
Aku melakukan seperti yang dikatakannya pedaku dan wajahku bergerak naik turun. Aku merasakan gesekan kulit lembut kemaluannya di bibirku, aku hanya mampu memasukkan separuh batang penis ayahku ke dalam mulutku. Sementara kedua tanganku menggenggam bagian pangkal batang kemaluan ayahku itu.
Sementara aku sibuk menghisap penisnya, Ayah meletakkan tangannya diatas kepalaku dan mengusap-usap dengan lembut.
“Ohh, nikmat sekali sayang. Kamu pintar sekali.”
Aku sangat bangga dengan pujian ayahku, tapi aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena mulutku masih penuh dengan penisnya.
“Suatu hari kamu akan melakukan ini sampai aku ormasme,” katanya. “Dan kemudian kamu dapat menelan semua cairan spermaku yang keluar. Tapi malam ini kita punya pekerjaan yang sangat khusus yang harus dikerjakan, jadi sebaiknya kamu berhenti sampai disini saja.”
Dengan rasa malas aku keluarkan batang kemaluan ayahku dari mulutku. Kulihat batang itu menjadi basah kuyup oleh air ludahku.
“Kamu sudah siap?” tanya ayahku.
“Aku rasa aku siap,” sahutku sambil menyembunyikan perasaan khawatir dan takut-takut.
“Tidurlah terlentang,” kata ayahku.
Dia membimbingku merebahkan diri di kasur, kemudian aku membuka pahaku untuknya.
“Jangan lupa ‘handuk mommy,” aku mengingatkannya.
Ayah segera meraih handuk kecil putih diatas meja. Aku mengangkat pinggulku ketika ayah menggelar handuk kecil itu dibawah pinggulku. Ayah berlulut diantara pahaku, dan kulihat batang penisnya semakin tegak mengacung kedepan.
“Angkat lututmu, ya begitu..” katanya.
Aku menekuk lutut dan menempatkan telapak kakiku sedekat mungkin dengan pinggulku. Ayah menggeser lebih dekat sambil tangannya mengarahkan batang penisnya ke vaginaku. Aku rasakan ketika ujung penisnya menyentuh bibir vaginaku yang basah. Jantungku berdetak keras.. Perasaan ngeri dan panik menyelimuti diriku.
Dengan posisi ujung kemaluan tepat di gerbang liang vaginaku, ayah memandang tajam mataku.
“Ini mungkin akan menimbulkan sedikit rasa sakit.”
“OK, Aku sudah siap,” kataku dengan mentabah hati sambil merapatkan gigi. Hatiku bergemuruh menantikan saat-saat yang sudah lama kutunggu-tunggu itu. Tapi terus terang aku sangat takut sekali membayangkan yang akan terjadi.
“Aku mencintaimu, bidadariku.”
Ayah menindih tubuhku dari atas, dan kurasakan penisnya menekan liang vaginaku. Tubuhku bergetar bagaikan tersengat listrik, perasaan pedih dan sakit menyengat dibagian itu ketika kurasakan kepala penis ayahku mulai menyusup keliang vaginaku yang kecil itu. Aku berusaha menahan sakit dengan menggigit gigiku kuat-kuat. Sesaat kemudia tekanan itu berhenti, akupun mengambil napas dalam-dalam. Kemudia perasaan pedih dan sakit itu timbul lagi ketika ayah menekan lagi. Kurasakan lebih sakit dari yang pertama ketika liang vaginaku mengembang dengan paksa. Benar-benar pedih dan sakit sehingga air mataku mulai meleleh membasahi pipiku, tapi aku tetap berusaha tidak merintih.
Ayah menghentikan lagi tusukan penisnya. Kali ini dia merubah posisi tubuhnya. Kemudian menekan lagi dengan kuat. Kurasakan penis ayahku mendobrak dengan kuat liang vaginaku.. Aku tidak mampulagi menahan kesakitan.. Aku menjerit kesakitan ketika terasa ada sesuatu yang robek disana.. Badanku sepertinya terbelah dua..
“Aaahh.. aadduhh.. aahh!! Sakkitt oohh!!” rintihku.
Aku tidak dapat menyembunyikan kesakitanku, aku menjeris keras-keras. Aku sudah tidak mampu lagi menahannya.
“Sebentar lagi sayang. Sedikit lagi selesai,” katanya meyakinkanku.
Pelahan-lahan ayah menarik sedikit batang kemaluannya, tapi sesaat kemudian dia tekan lagi dengan sentakan cukup kuat. Kurasakan badanku terasa terbelah ketika seluruh batang kemaluannya masuk ke dalam liang vaginaku yang masih perawan. Tubuhku menggigil menahan sakit, sekujur wajahku sudah basah oleh air mataku.. Sesaat kemudian tubuh ayahku tidak bergerak lagi. Tubuhku dipeluknya erat-erat.
“Semuanya sudah masuk sayang,” katanya berbisik ditelingaku.
Beberapa saat kemudian rasa pedih berangsung-angsur mereda. “Sudah agak baikkan sekarang,” bisikku.
“Oh.. Bagus sekali,” katanya sambil mencium lembut bibirku.
Pelahan-lahan ditariknya batang penisnya keluar, kemudian didorongnya lagi pelan-pelan. Tidak terlalu sakit seperti tadi.. Akupun jadi semakin relax. Aku sangat senang merasakan tubuh ayahku menindih tubuhku, seluruh tubuh telanjang kami saling bergesekan begitu rapat. Begitu nikmat dan mesra sekali.. Apalagi saat ini batang penisnya yang besar itu tenggelam sepenuhnya ke dalam ling vaginaku, bahkan pinggulnya mulai digerakkan naik turun pelahan-lahan.. Tidak terlalu sakit lagi.. Malah menimbulkan geli-geli nikmat..
“Ohh..”
Nafas ayahku terdengat semakin cepat dan gerakannya pinggulnyapun semakin cepat, batang penisnya bergerak keluar-masuk semakin cepat pula. Rasa nikmat pergesekan antara diding vaginaku dengan batang penisnya semakin menjadi-jadi,
“Ohh.. Daddyy!! Yess.. Yess teruss,” rintihku kenikmatan..
Menit demi menit kuarungi bersama dalam pacuan nafas dan goyangan tubuh yang semakin cepat. Tidak ada lagi rasa sakit ataupun pedih, yang ada hanya nikmat dan nikmat.. Batang penis ayahku bergesekan begitu ketat di dalam liang vaginaku.. Aku merasakan begitu beruntung memiliki seorang ayah seperti dia, dan menindih tubuhku untuk pertama kalinya.
“Aku akan keluarr,” bisiknya dengan suara terputus-putus.
Mata kami bertatapan dengan tajam, kulihat wajah penuh kenikmatan dimata ayahku!! Aku tak tega memutuskan kenikmatan itu, aku ingin memberikan yang terbaik buatnya!!
“Lakukan Daddy, keluarkan semuanya di dalam!!,” kataku.
Aku tidak perduli lagi apa akibatnya, tapi yang aku tahu pasti, ayahku begitu menginginkannya.
Ayah melakukan gerakan sodokan kuat yang terakhir, batang kemaluannya tenggelam sepenuhnya, kurasakan begitu kuat menunjam di dasar vaginaku. Kemudian dia melengkuh sambil memeluk tubuhku kuat-kuat.. Kurasakan semburan sperma berkali-kali bersama denyutan-denyutan batang penisnya..
Dan entah untuk yang keberapa kalinya, aku kembali mencapai orgasme malam ini.
Pelukan tubuh ayahku mulai mengendor, batang penisnya masih tertanam di dalam liang vaginaku, tidak kurasakan lagi semburan sperma. Dan cairan sperma mulai meleleh keluar membasahi pahaku. Pandangan ayahku menatap dengan penuh keteduhan dan senum mesra sekali,
“Selamat Dewiku yang cantik. Kau sekarang telah menjadi wanita yang sempurna,” bisiknya lembut.
“Terimakasih Daddy,” kataku sambil tersenyum mesra sekali.
Ayahku bangkit dan menarik batang penisnya pelan-pelan keluar. Dia menarik handuk kecil dibawah pinggulku. ‘Mommy Towel.’(handuk mama). Noda-noda darah bercampur cairan sperma yang kental terpampang disana. Ayah kemudian mengusap pelahan-lahan sisa-sisa ceceran darah perawanku disekitar vagina dan paha sampai bersih. Kemudian meletakkan ‘Mommy Towel’ diatas meja kecil disamping tempat tidur.
Aku tidak pernah merasakan mencintai ayahku begitu besar seperti saat ini. Dia telah menjadikanku wanita yang sempurna, dan aku akan mengingat malam bersejarah ini sepanjang hidupku.
Sebelum kami tertidur, ayah kembali mengusap-usap vaginaku sampai aku sekali lagi mencapai orgasmeku. Kemudian menutup jendela, mematikan lampu dan kamipun tertidur sambil berpelukan. Malam itu, aku sempat terbangun beberapa kali, aku begitu terpesona dengan malam yang paling bersejarah dalam hidupku ini. Aku takut malam begitu cepat berlalu, sementara aku masih ingin menghayatinya.
Cahaya matahari pagi menyelinyap masuk ke kamar, dan akupun segera menyadari hari telah menjelang pagi. Tapi ayah masih tertidur nyenyak dibawah selimutnya yang menyembunyikan ketelanjangan tubuhnya.
Tanganku meranyap dibawah selimut, kuusap batang penis ayahku yang masih lunak. Aku tahu, kendali berada ditanganku yang bisa membuatnya menjadi tegang seperti semalam. Kubelai-belai dan kugerakkan tanganku naik turun seperti tadi malam. Semakin lama-semakin cepat. Kurasakan penis itu sudah membesar tegang dan keras. Kutaris selimut yang menutupi ketelanjangan tubuh ayahku. Kuraih penisnya yang sudah tegang itu dan kukulum dan kuciumi bagian ujung penisnya yang mengkilat bagai topi helm.
“Kamu mau lagi?” tanya ayahku dengan senyum mengembang di bibirnya.
“Ya,” Kataku pendek sambil meneruskan aktivitasku.
Kali ini tidak ada lagi rasa sakit sama sekali. Ayahku tidur terlentang dan membiarkan aku berada diatas tubuhnya, mengendalikan sepenuhnya pergerakan kami. Matanya tertutup rapat untuk menghayati setiap gerakan yang kami lakukan. Kupegang penis ayahku, kuarahkan tepat di gerbang liang vaginaku, kemudian kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Kuhayati inchi demi inchi ketika batang penisnya menyusup masuk keliang vaginaku.. Masih tetap ketat dan sempit..
“Ohh.. Ahh!!”
Kugerakkan pelahan-lahan naik-turun.. Terus.. Terus.. Lagi dan lagi.. Makin cepat dan makin cepat lagi. Seluruh tubuhku sudah mandi keringat, napasku tersegal-segal, tapi aku tidak perduli.. Begitu nikmatnya sulit dilukiskan.. Akhirnya ayahku kembali menyemprotkan spermanya didalam vaginaku, setelah sekian kali aku mencapai orgasme.
Kami sarapan pagi agak siang. Dan tibalah waktunya untuk menngemasi barang untuk pulang. Kumasukkan semua barang bawaan kami kekoper dengan agak ambur-adul, tapi dengan hati-hati kulipat ‘Mommy Towel’ dan kutetakkan dibagian atas. Aku merasa menjadi orang baru ketika kami naik mobil pulang kerumah. Dunia sekitarku seperti berubah.. lebih terang, dan indah. Semuanya begitu ramah tersenyum menyambutku.
Ketika mobil kami tiba di depan rumah, Mommy sudah berdiri menyambut di depan pintu. Kami tersenyum cerah untuk menyatakan dengan isyarat bahwa semuanya telah berjalan dengan amat baik sesuai rencana. Mommy memelukku dengan erat dan ayah sementara ayah mencium bibirnya.
“Aku mencium aroma seorang wanita baru,” goda Mommy.
“Ya, aku juga,” kata ayahku sambil tertawa.
Kami menuju ruang tamu dan aku segera membuka koper. Kukeluarkan ‘Mommy Towel’ dan pelan-pelan kubuka lipatannya. Noda-noda darah yang telah mengering tampak disana-sini, dan samar-samar masih tercium aroma cairan sperma ayah yang bercampur dengan cairan vaginaku.
“Mommy, kubawakan handuk untukmu.”
Kulihat air mata menetes dipipinya, diraihnya handuk kecil itu dan dipeluknya tubuhku dengan tangan satunya. Diciumnya pipiku sambi berbisik,
“Aku sangat bangga padamu sayang. Aku akan menyimpankan handuk bersejarah ini untukmu. Dia akan tersimpan baik-baik selamanya.

No comments:

Post a Comment