Monday, March 14, 2011

Rini Keponakan Pembantuku yang nakal (2)

Sesuai yang ane janjiin kemaren,, ini lanjutannya gan..
mohon ijo" nya gan,, at least ucapan thanks..
gak susah kan tinggal klik doang...


============================== ==========================

Gw gak mau permainan seks gw dengan Rini dengan hanya terpaku pada satu posisi bercinta. Tapi gw mau memberikan Rini segala variasi bercinta dari kamasutra yang pernah gw baca di salah satu website di internet.

Sekarang posisi gw dengan Rini seperti 69. namun posisi ini bukan seperti posisi senggama yang pada umumnya. Posisi kepala Rini sekarang adalah di bawah dengan posisi gw duduk di sofa ruang keluarga. Jadi persisnya kaki Rini sekarang mengantung di atas dan mengapit kepala gw yang sedang melahap liang mem*k Rini yang masih halus tak ditumbuhi oleh seutas bulu sekalipun.
Memang aroma perawan sungguh beda. Aroma harum begitu merangsang ingin menjilatinya.
Dengan kedua tangan gw menahan pinggang Rini agar posisi liang kewanitaannya tetap di hadapan gw. Sedangkan Rini mengoral batang kemaluan gw dengan sangat lahapnya. Rambutnya terurai turun menyapu hingga ke lantai. Setiap kali lidah gw menyapu klitorisnya, maka Rini pasti mengapin kepala gw dengan keras. Seakan menahan sesuatu yang ingin keluar. Gw gak perduli... apa yang dirasakan Rini. Maka dengan grutal gw buka liang kewanitaannya dengan lidah gw dan menyelipkan diantara kedua belah daging yang mengapit klitorisnya. Sesekali gw sodok sodok dengan lidah gw yang menyentuh bagian yang paling sensitif wanita.

“Uuuuhhhh... kak ..... Rini gak tahan... mau kencing....Oooohhh....” desah Rini yang bingung dengan rasa yang menjalar tubuhnya kini.

Gw tahu dia hampir mencapai puncaknya. Maka dengan gerakan yang lebih kuat gw korek korek liang kewanitaannya dengan lidah gw yang bermain di dalam mem*knya. Mengisap klitorisnya. Mengigit kecil dan menarik klitorisnya dan akhirnya.....

“Kaaakkkk..... oooohhhh. Riiinni gak tahan lagiiii. Aaaaakkkkhhhh.” Desah Rini di barengi dengan mengakunya sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya mengalir sejumlah cairan benih di selah selah bibir mem*knya yang montok itu.

Namun sungguh diluar dugaan gw sendiri. Ternyata Rini dengan cepat dapat kembali meningkat staminanya. Kembali meminta ingin merasakan kenikmatan yang gw pernah janjikan.
Dengan sigap, gw suruh Rini jongkok tepat diselangkangan gw, sedangkan gw tetap duduk di atas sofa. Kemudian gw minta Rini kembali mengoral kejantanan gw. Dengan mengikuti segala arahan yang gw berikan. Rini mengoral kejantanan gw dengan ekspresi muka yang sangat merangsangkan gw. Lalu gw pegang kepalanya dengan menjambak rambutnya yang panjang. Semakin menderu nafas gw, gw coba menahan kont*l gw dalam posisi hingga terasa banget kepala kont*l gw masuk sampai tengorokan Rini. Oh my God.... rasa dan sensasi yang ditimbulkan lebih nikmat dibandingkan ketika gw ngent*tin mbak Dian.
Setiap gesekan yang terjadi, memberikan sejuta sensasi yang nikmat sekali. Hingga tak terasa gw pun ikut mendesah karena rasa nikmat yang sangat sangat enak ini.
Gw gak mau ada tangan gw yang nganggur, dengan tangan sebelah kiri gw remas buah dada Rini yang bergelantungan layaknya buah pepaya yang siap untuk dinikmati kematangannya.

“Trus Rini hisap trus. Jilat.... enak... ssssshhhhh..... sempit banget mulut loe Rin... sssshhhhh.” Guyam gw memerintah Rini untuk semakin semangat meningkatkan gerakan naik turun.

“Oh my God.... that very Good darling.... yeah, do it again. Suck more my dick.” Kata gw, setika Rini semakin bringas melahap batang kont*l gw.

“Ooohh.... sit. I’m coming.... I’m coming. fu*k.” Crooot.... crooot....
Akhirnya muntah juga lahar panas berwarna putih memenuhi rongga mulutnya. Tanpa sempat Rini menghindar dari cairan kenikmatan gw itu.

“Kak kok di keluarin di dalam mulut Rini sih, iiihh kan jorok nih....” omel Rini sambil berjalan ke arak kamar mandi di lantai dua rumah gw yang gak jauh dari situ. Dengan tanpa mengenakan kembali dasternya Rini membersihkan mulutnya dari bekas muntahan sperma gw yang hampir memenuhi seluruh ruang didalam mulutnya.

Entah setan apa yang datang. Ketika melihat Rini yang sedang menungging membersihkan mulutnya. Hasrat seks gw kembali bergejolak ketika melihat lipatan daging yang terhimpit antara pahanya yang montok putih merangsangkan.
Sekejap langsung gw jongkok di belakang Rini tepat di bawah pantatnya yang bulat itu. kemudian mulai menjilat liang kewanitaannya yang tadi mengoda untuk kembali di jamah lagi.

“Kak.... Rini kan lagi bersihin mulut Rini nih... ssssshhhh.... nanti dulu dong. Uuuuuhhh....” ujar Rini yang masih dengan posisi menungging membelakangi gw.

Tanpa menghiraukan Rini berkata apa. Gw terus menjilati liang kewanitaan Rini.

“Rini kakak masukin yah punya kak kedalam mem*k kamu...” pinta gw dengan mengambil posisi doggie style.

“Mmmmhh.... plan... pelan yah. Kak. Rini baru kali ini di jamah sama laki laki.” Pinta Rini. Memberitahukan bahwa dirinya masih perawan dan belum terjamah oleh laki laki manapun.

Tanpa kembali menjawab pertanyaannya lagi. Gw suruh Rini memegang wastafel di hadapannya dan merenggangkan kedua kakinya agak lebar. Karena sebentar lagi hercules perkasa ini akan menerobos gerbang surga yang didambakan laki laki manapun.

Dengan tangan sebelah kanan mengenggam batang kont*l gw. Mengesek gesekkan kepala kont*l gw pada bibir mem*knya yang masih malu malu mereka itu. perlahan lahan dengan dibantu cairan yang keluar dari sela sela mem*knya, secara langsung membantu melancarkan kont*l gw untuk menerobos masuk dan sesegera mungkin merasakan kehangatan mem*knya Rini.
Perlahan gw dorong batang kont*l gw hingga membuat kedua bibir mem*k Rini ikut tertekan kedalam. Terpampang muka Rini yang meringis menahan sakit ketika benda tumpul berurat hendak memaksa masuk kedalam liang kewanitaan yang selama ini slalu Rini jaga.
Dengan susah payah, akhirnya kepala kont*l gw berhasil masuk. Perlahan gw tekan kembali dengan sedikit keras dengan tangan gw sebelah kiri memeras buah dadanya yang putih serta puting susu yang mengeras meruncing ke depan.

“Tahan yah Rin... ini hanya pertamanya saja yang sakit. Nanti setelah punya kak masuk ke dalam mem*k kamu. Bukan sakit yang akan kamu rasakan lagi, tapi kenikmatan yang pernah sebelumnya kak janjikan kepada kamu tadi.” Rayu gw untuk menenangkan sakit yang ia derita saat kont*l gw akan menerobos liang surganya.
Rini tak menjawab perkataan gw. Hanya menganggukkan kepalanya dan sesekali menatap ke arah gw yang sekarang akan menyetubuhinya lebih lanjut.

“Aaaakkkhh.... kkaakk... saaakkkit. Kak. Sakit banget.” Teriak Rini setelah seluruh batang kont*l gw berhasil menembus gerbang yang tadi menintip malu malu.

Namun gw gak akan menyia yia kan usaha gw yang tadi begitu susahnya menerobos mem*knya.
Pelan pelan gw tarik batang kont*l gw hingga hanya menyisakan setengahnya di dalam dan kembali menekam batang kont*l gw masuk kedalam lagi. Gw lakukan berkali kali biar mem*k Rini bisa menyesuai benda asing yang menganjal di tengah tengah rongga sempit yang masih perawan itu. selama 3 menit lebih gw lakukan pengadaptasian di mem*knya Rini. Bisa gw liahat di pantulan kaca wastafel ada tetesan air mata yang mengalir di kedua pipi halusnya. Namun selang beberapa menit kemudian bukan isak tangis yang kini terdengar namun desahan yang mirip terdengar kini.

“Gimana Rin... masih sakit gak punya kamu.” Tanya gw memastikan rasa yang kini ia rasakan tanpa menghentikan penestrasi kedalam liang kewanitaannya.

“Kak... kak. Agak lebih cepat dan agak keras dong tekannya. Enak... sekarang enak kak.” Ujar Rini memberikan izin gw untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.

Lalu tanpa melanjutkannya gw mempercepat sodokan kont*l gw ke dalam mem*knaya yang seirama dengan goyangan pantat Rini yang mendorong pantatnya yang putih bulat itu ke belakang.
Sodokan demi sodokan gw pompa terus menerus ke mem*k perawan yang sempit itu. terasa sekali di sekujur batang kont*l gw timbul rasa ngilu yang begitu amat sangat nikmatnya.

Semakin lama gw percepat irama pompaan kont*l gw yang diiringi desahan haus seorang wanita yang baru pertama kali merasakan surga dunia.

“uuuuhhh.... ssshhhh.... kak. Lagi kak. Lebih keras.” Pinta Rini yang merasa kurang kencang menyetubuhinya.

“Gila nih perawan, segini kencangnya gw hantam pake kont*l gw, dia bilang kurang!!!!” umpat gw dalam hati yang merasa heran atas hasrat seks yang terpendam dalam diri Rini ini.
Mungkin karena terasa terkuras tenaga yang ada didalam badan gw ini. Akhirnya gw minta kepada Rini untuk mengubah posisi ngent*tnya. Gw gendong Rini merapat ke dinding rumah gw. Dengan kedua tangan Rini melingkar di leher gw. Kedua kakinya melingkar dipinggang gw seperti anak kecil yang sedang ingin memanjat pohon. Dengan cepat ia meraih batang kont*l gw dan meletakkan kembali ke dalam liang kewanitaannya. Seakan akan tak mau sampai kenikmatan yang tadi ia rasakan terputus sebelum ia mencapai puncak kenikmatannya yang selanjutnya. Dengan gaya mengendong Rini dan sambil berjalan menuju ke dalam kamar gw yang pertama kali Rini mengoral kont*l gw tadi.

Merebahkan tubuh mungil Rini yang mengiurkan itu di atas ranjang gw. Berusaha untuk tidak merubah posisi keberadaan kont*l gw yang sudah menancap didalam mem*knya.
Dengan mengangkat kedua kakinya dan menaruhkannya di atas bahu gw, membuat lebih leluasa kont*l gw untuk keluar masuk mem*knya Rini.

“Dah gak sakit lagi’kan... enak’kan sekarang rasanya. Eeehhhhmmm... eeehhhhmm.... enak Rin. Kalau kakak sodok mem*k Rini kayak gini.” Tanya gw terhadap Rini dengan posisi setengah tertindih oleh badan gw.
Rini hanya menatap gw yang sedang memompanya sambil mengigit tipis bibir bawanya yang mungil. Dengan menganggukkan kepala dan mengucap usapkan kedua tangannya pada dada gw yang bidang.
Namun ada satu ekspresi muka Rini yang buat gw sungguh sungguh terangsang banget. Saat gw hentakin dengan keras batang kont*l gw ke dalam liang kemaluannya. Saat itu paras ayunya semakin merangsangkan dengan bibir mungil nya yang membuka sedikit, seperti mengharapkan rasa nikmat yang lebih.

“Rin... mem*k kamu memang sungguh nikmat sekali... beda sekali dengan mem*knya mbak Dian.” Kata gw dengan tanpa sadar mengucapkan kata kata itu.

Dengan paras muka kaget, Rini menatap gw yang masih terus memompa mem*knya dengan cepat. Namun Rini hanya diam tanpa mempersoalkan bahwa gw juga sudah pernah mencicipi liang kenikmatan bibinya Dian.
Selang beberapa menit. Rini meminta agar merubah posisi senggamanya menjadi women on top. Alasannya ia lebih menikmati bila liang kewanitaannya ditikam oleh kont*l gw dari bawah. Sensasi yang akan ia rasakan lebih nikmat dibandingkan dengan gaya sebelumnya.
Perlahan gw merubah posisi kembali. Namun kali ini terpaksa harus mencabut terlebuh dahulu bazzoka yang sudah tertancap di laras Rini.
Dengan berirama Rini mengoyangkan pantatnya yang bulat indah itu maju mundur, layaknya seseorang yang sedang naik kuda pacuan.
Ekspresi Rini kali ini membuat gw sungguh tergila gila akan perlakuan yang ia perbuat atas kont*l gw ini. Terasa sekali kont*l gw mengaduk seluruh isi liang kewanitaannya. Terkadang maju mundur, terkadang berputar putar seperti goyangan salah satu artis Inul daratista yang sedang goyang ngebor.

“Rin.... nikmat banget. Trusss Rin. Jangan berhenti.” Terasa kont*l gw akhirnya mendenyut denyut akan memuntahkan sesuatu dari pangkalnya. “Gila enak banget, mem*k kamu memang kakak akuin lebih nikmat dibandingkan dengan mbak Dian. Uuuuhhh... damn. Trus... Rin.” Umpat gw yang merasa akan mencapai puncaknya.

“Kak... Rini mau.... mmmmauu.... sssssshhh.... kkakak.... oooooohhh.... kkllluar.” Desah Rini yang memberitahukan gw ia mau mencapai puncaknya juga.

“Rin... tahan sebentar lagi... seddiiikkit lagi. Kita keluarin samamma yah....uuuhh.”

Semakinkencang goyangan yang dibuat oleh Rini. Dan akhirnya....

“Aaakkkhhh..... kakak.” Teriak Rini sambil merebahkan tubuhnya yang lemas terkuras di atas tubuh gw. Dengan posisi batang kont*l gw yang masih menancap didalam mem*knya. Karena Rini tak mampu menahan dorongan yang memaksa. Akhirnya Rini mencapai puncaknya terlebih dahulu. Dengan kencang gw hujam kont*l gw semakin cepat ke dalam mem*knya. Tanpa memperdulikan tubuh Rini yang sudah terbujur lemas di atas badan gw.

“Crooot.... Croot....” sperma gw muncrat semuanya didalam rahim Rini. Karena banyaknya sperma yang keluar memenuhi rahimnya hingga tak tertempung. Sperma yang gw keluarin itu mengalir melalui sela sela bibir mem*k Rini yang montok itu.
Tanpa mencabut bazzoka yang masih menancap. Gw biarkan Rini istirahat, tidur diatas badan gw layaknya seorang anak kecil yang tertidur karena kelelahan.
Dalam satu hari penuh gw setubuhi Rini terus menerus. Mumpung rumah gak ada siapa2. hanya Rini dan gw. Dari pagi hingga malam jam 9 malam sebelum seluruh anggota keluarga gw pulang ke rumah.

“Rin... terima kasih yah. Rini sudah mau kasih kakak keperawanan Rini.” Ujar gw mengucapkan terima kasih setelah melahap keperawanan yang nikmat itu.

“Rini juga sangat terima kasih sama kak Donny. Mau izinin Rini merasakan surga dunia yang begitu indah ini.” Jawab Rini sambil masih merebahkan kepalanya di dada gw.

Sungguh beruntungnya diri gw saat ini dan nanti kedepannya. Memiliki pemuas nafsu didalam rumah sendiri. Tanpa harus membayar sepeser uangpun kepada mereka. Permainan antara keponakan dan bibinya sungguh nikmat sekali. Hingga pernah gw lakuin bertiga. Saat seluruh keluarga gw pergi ke rumah saudara gw yang ada di surabaya. Kebetulan mereka menginap selama tiga hari dua malam disana. Bisa kebayang gak nikmatnya tidur didampingi dua wanita yang memiliki hasrat seks yang tinggi. Dalam satu hari gw bisa layanin mereka berdua sebanyak 7 kali. Itu juga harus gw bantu dengan telor ayam kampung dicampur dengan madu sebelum bertempur.
Di dapur... di ruang keluarga... di balkon lantai dua... huh, pokoknya dimana mereka berada, disana juga gw ent*tin Rini atau mbak Dian dengan sesuka hati gw.
Namun yang paling nikmat saat gw ent*tin Rini di Taman Rumah gw. Diatas rumput hanya di alasin oleh handuk putih.

Nikmatnya punya pembantu yang Hot seperti Mbak Dian dan Rini yang masih berusia 17 tahun ini.

No comments:

Post a Comment