Monday, March 14, 2011

Rini Keponakan Pembantuku yang nakal

Kisah ini kembali terulang ketika keluarga gw membutuhkan seorang pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Dian menganjurkan agar keponakannya Rini yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin menurut ortu gw dari pada susah susah cari kesana kesini, gak pa pa lah menerima tawaran Dian ini. Lagian dia juga sudah cukup lama berkerja pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga kami ini.
Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan mengijinkan keponakannya untuk datang ke Jakarta dan tinggal bersama dalam keluarga ini.
Didalam pikiran gw gak ada hal yang akan menarik perhatian gw kalau melihat keponakannya. “Paling paling anaknya hitam, gendut, trus jorok. Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya.” Pikir gw dalam hati.
Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama Rini, hampir setiap malam kalau anggota keluarga gw sudah tidur lelap. Maka pelan pelan gw ke kamar belakang yang memang di sediakan keluarga untuk kamar tidur pembantu.

Pelan pelan namun pasti gw buka pintu kamarnya, yang memang gw tahu mbak Dian gak pernah kunci pintu kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata mbak Dian tidur dengan kaki mengangkang seperti wanita yang ingin melahirkan. Bagaimanapun juga setiap gw liat selangkangannya yang di halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok, dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat antara belahan vagina yang montok mengiurkan kejantanan gw. Perlahan lahan gw usap permukaan vagina mbak Dian yang montok itu, sekali kali gw sisipin jari tengah gw tepat ditengah vaginanya dan gw gesek gesekan hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya menyadarkan mbak Dian dari tidurnya yang lelap.

“mmmm....sssshh.....oooohh, Donn... kok gak bangun mbak sih. Padahal mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran.” Ucap mbak Dian sama gw setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal gw. Tapi mbak Dian gak mau kalah, tanpa diminta mbak Dian tahu apa yang gw paling suka.
Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga dengkul, karena kejantanan gw sudah mengeras dan menegang dari tadi.
Mbak Dian langsung mengenggam batang kejantanan gw yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu.
Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan gw, seakan memanjakan kejantanan gw yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang sebentar lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan gw yang gak tersapu oleh lidahnya yang mahir itu. Dikemut kemut kantong pelir gw dengan gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi “plok.. plok”. Mbak Dian pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur gw. Kenikmatan yang mbak Dian berikan sangat diluar perkiraan gw malam itu.

“Mbak....uuuh. enak banget mbak. Trus mbak nikmatin kont*l saya mbak.” Guyam gw yang udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar.

Semakin ganas mbak Dian menghisap kont*l gw yang masuk keluar mulutnya, ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan yang terasa sangat gak bisa gw ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal unjung kont*l gw terasa ingin keluar.

“Mbak... Donny mau keluar nih...” sambil gw tahan kont*l gw didalam mulutnya, akhirnya gw muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak Dian yang berbibir tipis itu.
“Croot... croot... Ohhh... nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah sama mem*k mbak Dian. Namun kali ini mbak Dian tanpa ada penolakan, menerima muncratan sperma gw didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang ada didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang meleleh dari lubang kencing gw. Tak tersisa setetespun sperma yang menempel di batang kont*l gw. Bagaikan wanita yang kehausan di tengah padang gurun sahara, mbak Dian menyapu seluruh batang kont*l gw yang teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing gw.

Lalu dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya. Merebahkan tubuh gw yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru tadi gue rasakan.
“Donn... mem*k mbak blom dapet jatah... mbak masih pengen nih, nikmatin sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak itu menyanggah di dalam mem*k mbak....” pinta mbak Dian sambil memelas. Mengharapkan agar gw mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya.
“Tenang aja mbak... mbak pasti dapat kenikmatan yang lebih dari pada sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi sekarang mbak isep lagi. Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang perkasa ini bangun kembali. Oke.”

Tanpa kembali menjawab perintah gw. Dengan cekatan layaknya budak seks. Mbak Dian menambil posisi kepalanya tepat di atas kont*l gw, kembali mbak Dian menghisap hisap. Berharap keperkasaan gw bangun kembali. Segala upaya ia lakukan, tak luput juga rambut halus yang tumbuh mengelilingi batang kont*l gw itu dia hisap hingga basah lembab oleh air ludahnya.
Memang gw akuin kemahiran pembantu gw yang satu ini hebat sekali dalam memanjakan kont*l gw didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan gw kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali.
Lalu gw juga gak mau lama lama seperti ini. Gw juga mau merasakan kembali kont*l gw ini menerobos masuk ke dalam mem*knya yang montok gemuk itu. Mengaduk ngaduk isi mem*knya.
Gw memberi aba aba untuk memulai ke tahap yang mbak Dian paling suka. Dengan posisi women on top, mbak Dian mengenggam batang kont*l gue. Menuntun menyentuh mem*knya yang dari setadi sudah basah. kont*l gw di gesek gesek terlebih dahulu di bibir permukaan mem*knya. Menyentuh, mengesek dan membelah bibir mem*knya yang mengemaskan. Perlahan kont*l gw menerobos bibir mem*knya yang montok itu. Perlahan lahan kont*l gw seluruhnya terbenam didalam liang kenikmatannya. Goyangan pinggulnya mbak dian membuat gw nikmat banget. Semakin lama semakin membara pinggul yang dihiasi bongkahan pantat semok itu bergoyang mempermainkan kont*l gw yang terbenam didalam mem*knya.

“uh... Donn. Punya kamu perkasa banget sih. Nikmat banget....” dengan mimik muka yang merem melek menikmati hujaman kont*l gw ke dalam liang senggamanya.

“mem*k mbak Dian juga gak kalah enaknya. Bisa pijit pijit punya saya... mem*k mbak di apain sih... kok enak banget.”

“Ih... mau tahu aja. Gak penting diapain. Yang penting kenikmatan yang diberikan sama mem*k mbak sama kamu Donn....” sahut mbak Dian sambil mencubit pentil tetek gw.

“Donn... ooohh.... Donn.... mbak mmmmauu kluuuuaaarr... ooohh.” Ujar mbak Dian sambil mendahakkan kepalanya ke atas, berteriak karena mencapai puncak dari kenikmatannya. Dengan lunglai mbak Dian ambruk merebahkan tubunya yang telanjang tepat di atas badan gw. Untung saja posisi kamar mbak Dian jauh dari kamar kamar saudara dan ortu gw. Takutnya teriakan tadi membangunkan mereka dan menangkap basah persetubuhan antara pembantu dengan anak majikannya. Gak kebayang deh jadinya kayak apa.
Lalu karena gw belum mencapai kenikmatan ini, maka dengan menyuruh mbak Dian mengangkatkan pantatnya sedikit tanpa harus mengeluarkan batang kont*l gw dari dalam liang kenikmatannya. Masih dengan posisi women on top. Kembali kini gue yang menyodok nyodok mem*knya dengan bringas. Sekarang gw gak perduli suara yang keluar dari mulut mbak Dian dalam setiap sodokan demi sodokan yang gw hantam kedalam mem*knya itu.

“Donn.... kamu kuat banget Donn... aaah... uuuhhh... ssshhhh.... ooohhh...” erangan demi erangan keluar silih berganti bersama dengan keringat yang semakin mengucur di sekujur badan gw dan mbak Dian.
“Truuuus... Donn... sodok trusss mem*k mbak Doooonn. Jangan perduliin hantam truuuss.” Erangan mbak Dian yang memerintah semakin membuat darah muda gw semakin panas membara. Sekaligus semakin membuat gw terangsang.
“Suka saya ent*t yah mbak... kont*l saya enak’kan... hhmmm.” Tanya gw memancing birahinya untuk semakin meningkat lagi.
“hhhhhmmmm... suka....sssshhh... banget Donn. Suka banget.” Kembali erangannya yang tertahan itu terdengar bersama dengan nafasnya yang menderu dera karena nafsu birahinya kembali memuncak.
“Bilang kalau mbak Dian adalah budak seks Donny.” Perintah gw.
“Mbak budak seks kamu Donn, mbak rela meskipun kamu perkosa waktu itu.... Ohhhh... nikmatnya kont*l kamu ini Donn.”

Semakin kencang kont*l gw ent*tin mem*knya mbak Dian. Mungkin seusai pertempuran ranjang ini mem*knya mbak Dian lecet lecet karena sodokan kont*l gw yang tak henti hentinya memberikan ruang untuk istirahat.
Merasa sebentar lagi akan keluar, maka gw balikkan posisi tubuh mbak Dian dibawah tanpa harus mengeluarkan kont*l yang sudah tertanam rapi didalam mem*knya. Gw peluk dia trus gw balikin tubuhnya kembali ke posisi normal orang melakukan hubungan badan.
Gw buka lebar lebar selangkangan mbak Dian dan kembali memompa mem*k mbak Dian. Terdengar suara suara yang terjadi karena beradunya dua kelamin berlainan jenis. “plok... plok...” semakin kencang terdengar dan semakin cepat daya sodokan yang gw hantam ke dalam liang vaginanya. Terasa sekali bila dalam posisi seperti ini, kont*l gw seperti menyentuh hingga rahimnya. Setiap di ujung hujangan yang gw berikan. Maka erangan mbak Dian yang tertahan itu mengeras.

Sampai saatnya terasa kembali denyut denyutan yang semula gw rasakan, namun kali ini denyut itu semakin hebat. Seakan telah di ujung helm surga gw. Gw tahan gak mau permainan ini cepat cepat usai. Setiap mau mencapai puncaknya. Gw pendam dalam dalam kont*l gw di dalam lubang senggamanya mbak Dian.

Tiba tiba rasa nikmat ini semakin.... ooohhh....ssshhhh...


Denyut denyut itu semakin menjadi... tanpa dapat gw tahan lagi. Akhirnya.
“Mbak... Donn... mau kluuuarr nih.....”
“Donn... jangan dicabut keluarin didalam saja, jangan sia sia in sperma kamu sampai terbuat. Kluarin di dalam aja Donn.” Seru mbak Dian yang mengharapkan agar gw memuncratkan didalam liang senggamanya itu.
“Aaaahh..... Crooot... Croot.” Akhirnya sperma gw keluar didalam liang senggama mbak Dian. Bagi mbak Dian sperma yang gw semprotkan di liang kewanitaannya sangat nikmat sekali, berbeda dengan mantan suaminya yang dulu.
Karena banyaknya sperma yang keluar. Ketika gw cabut kont*l gw dari lubang kewanitaan mbak Dian. Sedikit demi sedikit mengalir keluar dari selah selah belahan bibir vagina mbak Dian sperma yang tadi gw keluarin.
“Thank’s yah mbak. Mbak Dian kembali lagi menyalurkan hasrat saya untuk menyetubuhi mbak Dian yang ke sekian kalinya.” Ucap gw kepada mbak Dian sambil merebahkan badan gw yang lemas terkuras karena pertempuran yang membawa kenikmatan ini.
“Mbak yang minta terima kasih Donn. Bukannya kamu, kamu sudah mau memberikan kenikmatan yang slalu mbak dambakan ini.” Kata mbak Dian sambil meraih kembali batang kont*l gw yang sudah tergulai lemas.
“Mbak suka yah sama kont*l saya... nanti bangun lagi loh. Apa mbak Dian mampu meladeni hercules ini kalau nanti dia bangun kembali.” Goda gw ke mbak Dian sambil meremas remas gunung kembarnya yang berukuran 36 B itu dengan puting yang mungil seperti wanita yang belum menikah.
“Ihh.... kamu kuat banget sih. Bisa mati kalau kamu hantam lagi punya mbak sama tongkat ajaib kamu ini. Tadi saja mbak sudah berkali kali mencapai puncaknya. Sedangkan kamu hanya dua kali.”. “Donn... mungkin sungguh beruntung sekali bila nanti wanita yang menjadi istri mu.” Kata mbak Dian yang mengakui keperkasaan tongkat “Dewa Cabul” ini.
“hahahaha.... habisnya tubuh mbak sungguh mengiurkan bila hanya dipandang saja, kan lebih nikmat lagi bila dirasakan langsung.” Tawa gw.


Beberapa hari kemudian. Sepulangnya gw dari rumah temen gw di bilangan Mangga Dua, Jakarta Utara. Gw di kejutkan dengan sesosok hadirnya wanita yang memiliki paras ayu dengan mata yang bulat, seakan akan mengambarkan paras muka yang sangat mengiurkan bila di setubuhi. Bibir yang tipis merah merona bukan karena memakai lipstik, samar samar terlihat tumbuh bulu halus di pinggir bibir yang menantang untuk dicium. Memiliki postur tinggi badan sekitar 165cm, berkulit putih mulus. Memiliki rambut panjang hitam lurus sebahu, rambut halus yang tumbuh disekujur lengan putihnya pun menjadi sebuah pesonanya. Memiliki lingkaran dada 36 C yang membuat hati laki laki ingin melihat gundukan daging yang terbungkus itu secara langsung, didukung penuh dengan bongkahan pantatnya yang semok bagaikan buntut mobil BMW yang menungging kebelakang bila berjalan. Goyangannya begitu akan mengoda hati laki laki yang menatap pantulan pantatnya yang sungguh menawan itu.
Terbayang sepintas ingin menikmati tubuh indah itu meski bagaimana caranya, terlintas juga bila Rini menolak maka bakalan gw ambil jalan memperkosanya.

“Donn... kok ngelamun aja sih. Sudah makan blom, sana makan mbak Dian masak enak tuh hari ini. Katanya sih menu masakan yang paling kamu suka.”. “Sana makan dulu, jangan bengong...” tegur ibuku yang membuyarkan lamunan fantasi seks gw dengan Rini saat itu.
Akhirnya Rini mulai berkerja menjadi pembantu di keluarga gw. Sehari hari Rini suka pakai daster sedengkul. Terkadang kalau Rini lagi membersihkan ruangan keluarga, suka gw curi liat goyangan pantatnya yang bulat menantang untuk diremas itu. sekali kali kalau dia sedang menunduk membersihkan meja kaca diruangan tersebut. Terlihat dengan jelas buah dadanya yang menyembur ingin keluar dari BH yang ia gunakan, entah karena kekecilan atau buah dadanya yang terlalu besar untuk anak seusia Rini yang sekarang beranjak 17 tahun.
Hingga gw nekat untuk memenuhi hasrat setan gw ini.

Pernah waktu itu ketika keadaan rumah sedang kosong. Nyokap ke Bandung ada acara arisan ibu ibu. Bokap sibuk dengan urusannya sendiri di kantornya yang terletak di kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta. Kakak gw masing masing sudah menikah dan punya keluarga masing masing. Sedangkan mbak Dian sendiri ijin pulang kampung untuk menengok anaknya hasil dari mantan suaminya. Sebelum pulang mbak Dian meminta untuk menyetubuhi dirinya sebelum nanti ia merindukan “tongkat ajaib” ini bila nanti di kampungnya. Begitulah mbak Dian kalau menyebut adik gw dengan sebutan itu. Mungkin ini juga gue anggap kesempatan emas bagi gw, karena saat ini keadaan rumah kosong hanya tinggal gw dan seorang wanita belia putih merangsang untuk segera menikmati bongkahan daging yang terbelah dan masih terbungkus rapi di balik celana dalam Rini. Serta dua gunung kembar yang jelas jelas hampir loncat dari rumahnya yang kekecilan.

Siang itu gw pura pura tidur di kamar gw, karena gw tahu jam berapa dia bersihin kamar gw, jamberpa dia nyapu dan jam berapa saja kalau Rini akan mandi.
Waktu itu gw tidur hanya mengenakan CD ketat yang secara otomatis membentuk lekukan lekukan di luar CD gw. Rini biasanya masuk kedalam kamar gw dengan mengetuknya terlebih dahulu, lalu akan masuk bila sudah gw iya kan.
Pertama tama dia kikuk lihat gw tidur terlentang dengan hanya mengenakan CD saja. Terlebih lagi Rini suka melirik nakal kearah selangkangan gw yang saat itu makin tegang kala lihat Rini memakai daster dengan lubang leher yang agak melebar dan tinggi daster yang Rini kenakan juga amatlah minim sekali. Lebih tepatnya daster itu di sebut dengan baju tidur terusan tanpa lengan tangan. Mengaitkan antara sisi depan dan belakang hanya dengan seutas ikatan tali berwarna putih.
Melihatnya saja membuat tangan gw terasa gatal sekali ingin cepat cepat menerkam tubuh sintal itu dan menindihinya di bawah tubuh gw. Merasakan seluruh jengkal tubuhnya, terutama merasakan membelah durian kampung rasa kota metropolitan.

Sekitar 20 menit kemudian, tiba tiba Rini meninggalkan sapu yang di tangannya, tergeletak di bawah lantai. Perlahan lahan gw perhatiin gerakkannya yang mulai serba salah itu. Mengendap endap Rini berjalan menghampiri gw yang pura pura tertidur di atas ranjang gw yang berukuran no 1. Kemudian ditatap seongkongan batang yang tersembunyi menantang di balik Cd yang gw pakai.
Dalam hati gw, akhirnya dugaan gw tentang wanita berbulu halus di lengan dan pahanya ternyata benar. Bahwa memiliki hasrat seks yang tinggi untuk merasakannya.
Dengan posisi Rini berdiri di sisi ranjang, mulai perlahan tangannya ia julurkan mendekati punya gw yang tersembunyi itu. Di usap usap batang kont*l gw seirama. Naik... turun... yang terkadang diselinggi dengan pijatan kecil pada katong pelir dan usapan halus di kepala kont*l gw yang membengkak karena tegang dan keluar dari sisi atas CD yang gw pakai itu.
Hati hati dia mulai menarik ke dua sisi atas CD gw, pelan pelan hingga membebaskan hercules yang sedari tadi ingin keluar.
Digenggam batang kont*l gw dengan tangan kanannya dan mulai memainkan batangnya sambil menaik turunkan tangannya di barengi jilatan jilatan kecil yang menyapu permukaan kepala kont*l gw yang terlihat mengkilap membengkak karena rangsangan yang diberikan oleh Rini lewat jilatan jilatan lidahnya yang sangat nikmat itu. lama lama semakin beringas Rini melahap batang kont*l gw hingga masuk semuanya ke dalam mulutnya. Terasa sekali ujung batang kont*l gw mneyentuh hingga kerongkongannya. Terkadang digigit kecil pada helm surga gw. Akibatnya geli seperti ingin kencing.
Tak hanya itu. samar samar terlihat tangan sebelah kirinya mulai terselip diantara dasternya dengan kaki yang terbuka agak tertekuk pada lututnya. Rintihan demi rintihan silih berganti, seperti sudah tak memperdulikan keberadaan gw yang sedang ia nikmati. Akhirnya memang gw akui sendiri permainan yang Rini lakukan sangat nikmat sekali, melebihi bibinya yang slama ini gw anggap paling pro dalam hal seperti ini. Erangan gw akhirnya keluar juga dari sekian lama gw tahan agar dia nikmatin dulu hal yang ia lakukan terhadap hercules gw.

“Rin... kamu sedang apa... kok celana dalam saya kamu buka. Dan bukannya kamu sedang membersihkan kamar saya.” Pura pura gw kaget dan memergoki Rini sedang mengoral kont*l gw.

Mungkin karena malu karena tertangkap basah mengoral anak majikannya yang sedang tidur. Rini langsung keluar dengan muka yang merah karena malu. Gw pun gak tinggal diam, gw susul Rini yang keluar tanpa berkata apa apa. Terlihat di ruangan tengah. Rini sedang duduk sambil menutup mukanya karena kejadian yang tadi itu. perlahan gw mendekati Rini dan duduk sebelah kiri sampingnya.

“Kenapa Rin... kok malahan diam saja.” Tanya gw dengan nada yang sopan teratur, seakan seorang dosen fakultas yang bertanya kepada mahasiswi yang bersalah.

“Rini... malu sama kakak...” jawab Rini dengan masih menutup muka cantiknya. Dengan sedikit rambut halus yang tumbuh di atas bibir merah tipisnya.

“Kenapa malu... apa karena tadi Rini mengoral kakak yah... kalau boleh kakak tahu. Kamu tahu hal itu dari mana Rin...” tanya gw kembali sekedar ingin tahu pengalamannya tentang oral kelamin laki laki.

“mmmmhh... Rini pernah nonton dirumah temen Rini. Rini lihat cewek menghisap punya laki lakinya dengan begitu enaknya.” Jawab Rini dengan sejujur jujurnya menceritakan pengalamannya tentang hal mengoral.

“Trus kenapa tadi... saat kak Donny sedang istirahat. Kenapa kamu membuka celana dalam kakak dan mengoral kemaluan kakak dengan begitu nikmatnya.” Tanya gw yang seperti mengintrogasi seorang tersangka pembunuhan tingkat kakap.

“Habis... punyanya kakak gede banget dan membentuk diluar celana kak Donny. Rini pertama tama hanya penasaran saja ingin melihat bentuk punya kak Donn... tapi, Rini gak tahu. Tiba tiba Rini ingin sekali memasukkan punya kak Donny kedalam mulut Rini. Layak seperti film yang pernah Rini tonton di rumah teman Rini itu.” jawab Rini dengan begitu polosnya ingin tahu dan merasakan menghisap kelamin laki laki.

“Trus sekarang Rini masih pengen... atau mau rasa yang lebih dari yang tadi Rini lakukan terhadap kak Donny barusan.” Tanya gw dengan mengusap usap paha putihnya yang terlihat hingga pangkal pahanya.

Rini bagaikan terkunci bibirnya untuk menjawab penawaran gw itu. hanya dengan menganggukna kepalanya yang berartikan iya.
Perlahan gw kecup bibir tipis yang sempat membuat gw ingin sekali merasakan nikmat bibir gadis berumur 17 tahun yang sekarang terpampang dihadapan gw.
Dengan lembut gw mengecup bibir Rini, perlahan gw sapu setiap detail bibir itu. lembut, halus, seperti makanan agar agar. Perlahan gw menurunkan celana gw bersamaan dengan CD yang tadi sempat Rini turunin.
Gw tuntun tangan kirinya menuju hercules yang telah siap sedari tadi bertahan ingin ikut merasakan kembali usapan dan hisapan gadis 17 tahun ini lagi.
Di usap usap batang kont*l gw yang menegang dengan keras, bersamaan dengan nafas yang semakin meninggi karena didera nafsu darah perawan yang belum terjamah oleh laki laki. Tak ingin kalah dengan kegiatan tangan Rini, kini tangan gw mulai mengusap lembut gunung kembar yang membusung menantang untuk diremas oleh tangan perkasa. Tanpa gw perintah atau gw kasih petunjuk. Rini dengan kesadarannya membuka daster berserta bra kekecilan yang menutupi buah dadanya yang berukuran 36 C dengan pentil merah kecil menantang ingin sesegera di hisap dan mungkin di gigit kecil.
Sesaat langsung gw tarik tubuh mungil itu ke dalam jangkauan dekapan gw. Dengan sigap gw hisap puting susu Rini yang menantang dan ternyata telah mengeras sedaritadi. Rini ternyata tak ingin hanya dia seorang yang merasakan kenikmatan ini bila pasangannya tak merasakan kenikmatan ini juga.
Disambar batang kont*l gw tegang mnegacung tegak berdiri, berirama dengan desahan suaranya. Rini memanjakan kont*l gw dengan sangat lembut. Seakan akan tahu benda yang kini ia genggam sekarang adalah pusaka seseorang yang sekarang memberikan ia kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Uuuuhh....ssshhh... uuuuuhhhhh.... Kak... uuuuuhhh. Enak banget kak... Uuuuuhh...” desah Rini tanpa melepaskan genggamannya dari batang kont*l gw. Seakan akan takut kehilangan tongkat pusaka warisan nenek moyang.

“Rin... enakkan. Kak Donny gak bohongkan... ini hanya pemanasan saja. Nanti... nanti permainan yang sesungguhnya Rini akan merasakan melayang ke surga tingkat tertinggi.” Seru gw memancing agar birahi Rini semakin terbakar dengan omongan gw.

“HHmmm... enak kak... enak... uuuuuhhhh....uuuuhhhh....kak. berikan Rini kenikmatan yang kakkkaak jannnjiiin iiiituuuu...” seru Rini dibarengi dengan desahan yang tertahan

No comments:

Post a Comment